Rani berlarian ke toilet sembari membawa sebotol air minum, setelah sampai ia melihat rekanya yang diam mematung di depan wastafel menatap cermin.
"Hey, Lo kenapa?" Mendekati Melanie khawatir.
"Nggak papa ran," ia menghapus air mata, "apa Lo liat ada cewek yang keluar dari sini barusan?" Tanyanya mengerikan tangan dengan tisu.
"Nggak, apakah ada terjadi sesuatu. Oh ya ini minum dulu." Memberikan air minum yang sudah di buka segelnya.
"Makasih banyak ran, ayo keluar kita cari tempat yang nyaman." Keluar toilet.
Rani tertegun sejenak kemudian mengikuti langkah kemana temanya itu pergi. Setelah cukup lama berjalan mereka sudah sampai di rooftop gedung perkuliahan.
"Lo diam aja pas gue tanyain, terus Lo ngajak gue kesini mel. Mana seram lagi." Melihat kebawah ngeri.
"Seram disini nggak seberapa, dibandingkan betapa menyeramkannya hidup gue kedepannya."
"Maksudnya Lo kenapa sih? Coba cerita sama gue baik-baik biar gue paham." Protes Rani.
"Gue udah hancur ran." Menunduk nangis.
"Hancur? Apa jangan-jangan? Lo hamil mel?" Berbicara kecil memegang kedua bahu Melani agar menghadapnya.
Melanie mengangguk nangis tanpa suara.
"Lo gila, terus Melvin mau tanggung jawab?"
"Gua nggak tau, dia nyiksa gue dia hampir mau bunuh bayi kami."
"What the fuck!" Syok nutup mulut, "jadi lebam di tubuh Lo ulah dia?"
"Iya, dia neken perut gue dan itu sakit banget. Gue minum obat pereda nyeri agar sakitnya hilang dan itu nggak berguna. Malahan gue makin dibikin makin muntah-muntah. Gue nggak mau bayi ini ada ran." Memegang tangan Rani.
"Bokap nyokap Lo tau?"
"Belum, mereka lagi kerja, Ran gue takut, gue nggak tau harus ngapain." Melihat ke sekitar megang pagar pembatas menghapus air mata.
"Abang Lo giman?"
"Boro-boro ngadu sama Abang gue, gue aja jarang jumpa dia di rumah. Kami sibuk dengan urusan masing-masing."
"Gue pernah nasehatin Lo kan, jangan terlalu bermain gila dengannya?"
"Iya gue tau. Gue pusing harus apa. Gue pengen tinggalin dia. Tapi gue sayang sama dia ran. Ran pliss bantuin gue buat menyelesaikan semua ini." Megang tangan Rani.
"Bagaimana caranya?"
"Gue gugurin kandungan ini dan semua masalah akan selesai."
"Lo bodoh apa gimana sih Mel? Itu nyawa Lo. Udah berapa bulan?"
"Masuk 3 bulan."
"Ya tuhan. Jangan lakuin itu mending Lo balik kerumah bilang sama orang tua Lo."
"Haaa, Lo ini, kan itu yang gue nggak bisa. Orang tua gue lagi kerja." Rengeknya.
"Ahhh, bodoh amat. Ayo gue temenin. Kalau nggak ada mereka, gue temui Abang Lo." Narik tangan Melanie untuk pergi dari rooftop.
"Ran? Pliss plisse aw." Mengang perut.
"Lo kenapa? Perutnya sakit ya?" Panik.
"Sakit ran." Terduduk Megang perut.
"Aduh. Sabar gue minta bantuan." Ngambil telpon genggam, "siapa? Siapa?" Nyari contact person.
"Haa." Kesakitan menjamin mata.
"Lo tenang tarik napas." Megang Melanie panik,"Lo kesini rooftop sekarang." Katanya saat telpon tersambung kemudian mematikannya.
🍂🍂🍂
Dirumah sakit...
Dokter baru saja selesai menangani Melanie, Rani hanya bisa melihat temannya yang kini tertidur pulas di atas bangkar ruang rawat inap rumah sakit.
Ia tidak tau bagaimana keadaannya saat ini. Ketika dokter selesai memeriksa Melanie, kakak laki-lakinya tiba di rumah sakit dan langsung di ajak dokter ke ruangannya.
"Ikut gue sekarang, ada hal penting yang mau gue omongin sama Lo." Melihat orang yang membantunya membawa Melanie ke rumah sakit.
Sesampainya di taman rumah sakit ...
"Ini semua terjadi gara-gara Lo tau nggak." Kata Rani melihat Melvin.
Yah, orang yang membatu Rani membawa Melanie kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan adalah Melvin.
"Maksud Lo apa? Kenapa karena gue?" Melihat Rani.
"Lo hampir bunuh anak Lo sendiri dan cewek Lo tau nggak?"
"Anak gue? Hei laki-laki yang tidur sama dia itu bukan gue aja Lo tau nggak? Baguslah setidaknya beban gue berkurang." Jawab Melvin santai.
"Lo bodoh, peak, atau tolol sih vin? Gue tau relationship Lo kek gimana sama dia, 24/7 kalian selalu bersama, dia nurut sama Lo, dia nggak pernah melawan Lo sedikit pun, sekarang Lo bilang dia tidur sama laki-laki lain, dan anak yang di kandung dia bukan anak Lo?" Protes Rani menghadap Melvin.
"Bukanlah, Lo mana tau sikap buruk dia kek gimana. Mending Lo nggak usah sibuk ngurusin urusan orang lain deh, dan berhenti bawa gue ke masalah sialan ini."
"Apa Lo bilang? Iiiihhh, gue nggak habis pikir ya sama Lo, setelah Lo lampiaskan hasrat bejat Lo sama dia Lo bersikap kek gini." Prustasi bercampur kesal.
"Wanita murahan kayak kalian memang pantas mendapatkan hal ini tau nggak." Mendorong kepala Rani dengan satu jari kemudian pergi meninggalkan wanita itu.
"Heee bangke Lo ya. Lo harus tanggung jawab bego." Teriak Rani melihat Melvin yang semakin menghilang dari pandangannya.
"Haaa." Setelahnya, menghentikan kedua kaki kesal, "ya tuhan, maafkan gue mel." Mengusap wajah gusar.
____
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCIFER
Teen Fiction"Lucifer adalah satu kata yang menurut gue indah. Walaupun ini menggambarkan sesosok yang sangat menyeramkan, Jangan kita pikirkan itu, tapi bayangkan saja Lucifer itu bentuk makna seberapa bahagianya gua buat mendapatkan cinta lu na, lu cahaya bagi...