"Lili, Uskup Angung Casper meminta kita berkumpul"
Roseanne menegang.
"Uh, kau menangis?"
Lalisa Cherith, yatim piatu, telah terbangun di kehidupannya yang ke seratus. Dengan mata memerah dan wajah yang basah, tawanya masih tersisa sedikit ketika dia berbalik menatap Roseanne yang berdiri dibalik pintu.
Merasa konyol, Lisa langsung mengusap air matanya. Kaki-kaki kecilnya berusaha bangkit untuk menghampiri Roseanne namun dia terjatuh pada gaya duduk yang sama, kakinya sangat keram.
Roseanne yang melihat Lisa terjatuh langsung berlari menghampirinya. Dia menyingkirkan kain dan ember penuh air untuk membuat ruang yang lebih besar agar Lisa dapat berdiri. Dia memeluk Lisa, memapah gadis itu dengan wajah yang menampilkan usaha kerasnya.
"Kau beraaat" ujar Roseanne seiring rangkulannya membantu Lisa.
Lisa berpegangan erat pada pelukan Roseanne, tubuhnya yang kecil gemetar karena kelelahan dan emosi yang meluap-luap. Udara di dalam ruangan itu pekat dengan ketidakpastian, setiap detik yang berlalu sangat membebani hati mereka yang rapuh. Saat Roseanne memeluk Lisa, ia melihat lingkaran hitam di bawah mata gadis itu, bukti dari malam-malam tanpa tidur yang penuh dengan mimpi buruk.
Sambil mengayun-ayunkan tubuhnya ke depan dan ke belakang, Roseanne membisikkan kata-kata yang menenangkan kepada Lisa, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Dia tahu bahwa apa pun yang telah terjadi telah mempengaruhi Lisa secara mendalam. Panggilan Uskup Agung Casper hanya menambah rasa firasat yang semakin menggantung di udara.
"Maaf, aku tidak bisa membantu mengerjakan hukumanmu. Suster Jennah tidak mengizinkanku datang kesini"
Lisa merasa sangat aneh. Bagaimana bisa, dia, yang telah hidup selama seratus kali, kini ditenangkan oleh anak berumur lima tahun yang juga terjebak dalam kehidupan tidak menyenangkan bersamanya.
Lisa dan Roseanne mengenal sejak mereka berumur tiga tahun. Sepanjang hidup Lisa, dia tinggal di gereja. Entah memasak, memeras susu, membersihkan ataupun membantu upacara doa. Lisa melakukan semua itu sejak dia kecil. Sedangkan Roseanne, dia muncul ketika Paus Ginan yang saat itu memiliki panggilan perjalanan ke Hanan. Ketika dalam perjalanan pulang, Paus Ginan bertemu anak kecil dengan kalung budak berlarian di tengah hutan. Anak kecil itu Roseanne.
Saat ini, Lisa sedang mengerjakan hukuman yang diberikan Suster Jennah karena Lisa tidak membersihkan ruang doa dengan baik. Hukuman yang diberikan adalah membersihkan gudang makanan. Mengecek keadaan makanan mentah, buah-buahan, sampai memperhatikan kebersihan lantai dari serangga-serangga.
Sebenarnya, Lisa melakukan dengan sangat baik tugas yang diberikan, namun Suster Jennah memiliki sentiment aneh padanya. Dia selalu mendapat hukuman jika Suster Jennah yang bertanggung jawab. Lisa menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri saat Roseanne memeluknya erat-erat. Beban dari hukuman Suster Jennah yang tidak adil membebaninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread: The Sinner
FanfictionSaat berusia 5 tahun, Lisa bermimpi tentang kematian tragisnya di depan umum, sebuah takdir yang tanpa henti menghantuinya. Meskipun berusaha mengabaikan mimpi tersebut, Lisa malah dihantui oleh serangkaian mimpi lain yang semakin nyata. Seperti pet...