15 : Saintess

145 23 5
                                    

Miguel terbang tinggi di atas pusat kota Egralon, sayap hitamnya mengembang megah, mengeluarkan aura gelap yang menakutkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Miguel terbang tinggi di atas pusat kota Egralon, sayap hitamnya mengembang megah, mengeluarkan aura gelap yang menakutkan. Angin malam berhembus kencang, menggerakkan rambutnya yang hitam legam dan menambah kesan menawannya. Dari ketinggian, pandangannya tajam menyapu seluruh kota, mencerminkan kerusakan yang telah terjadi. Api menyala dari berbagai sudut, dan suara teriakan penduduk kota melengking, membentuk simfoni chaos yang menggetarkan.

"Alice..." bisiknya, namanya terucap penuh harapan dan kekhawatiran. Dia tahu bahwa di tengah-tengah kekacauan ini, gadis itu adalah satu-satunya yang bisa menariknya kembali dari kegelapan. Miguel terus mencari, menembus kegelapan malam dengan fokus yang tajam.

Tiba-tiba, matanya tertuju pada sesuatu di bawah. Di tengah reruntuhan bangunan, di antara puing-puing yang hancur, dia melihat sosok yang tak sadarkan diri. Itu adalah Lisa. Hatinya tertegun, dan seakan waktu berhenti sejenak.

Kecemasan dan rasa marahnya memuncak dalam dirinya saat dia melihat seekor ular bersayap, mendekati gadis itu.

Miguel tau makhluk apa itu dan siapa yang dia ikuti.

Miguel bergemeletuk "Bajingan itu berani..."

Tanpa berpikir panjang, Miguel melesat turun, bertekad untuk menjauhkan Lisa dari orang kepercayaan Duke. Namun, saat dia mendekat, tiba-tiba sesuatu yang tak terduga terjadi. Ular bersayap itu terpental jauh, seolah ada kekuatan gaib yang mendorongnya. Miguel terhenti, terkejut dan bingung, sebelum senyum puas mengembang di wajahnya setelah melihat siapa pemilik kekuatan tersebut.

"Master, aku bisa menangani ini"

"Naga lemah," gumamnya, matanya kini berkilau dengan keinginan untuk menghancurkan.

Miguel memusatkan kembali perhatiannya pada Belzebub, yang kini meluapkan amarahnya di seluruh kota. Suara gemuruh dan ledakan mengguncang Egralon, seolah-olah langit dan bumi bergetar dalam ketidakpuasan raja kegelapan itu. Dengan setiap gerakan, Belzebub menebar kehancuran, seolah sedang mengumpulkan energi dari semua yang ada di sekitarnya.

Dari ketinggian, Miguel menyaksikan Belzebub melahap para pengikutnya yang bersujud, menambah kekuatannya dengan cara yang sangat mengerikan. Mereka berdoa dengan penuh pengharapan, tetapi semua itu berujung pada kematian yang menyedihkan. Setiap teriakan, setiap ratapan, menyatu dalam simfoni kematian yang mencekam.

"Jika bukan karena Dewa Sialan itu aku tidak akan membiarkanmu hidup satu detik saja," gumam Miguel, menatap Belzebub dengan tatapan tajam. "Makhluk menjijikan yang tidak pantas bangkit."

Saat tatapan Miguel tetap tertuju pada penguasa kegelapan itu, rasa dingin menjalar di tulang punggungnya. Udara semakin pekat dengan energi jahat, dan bau kematian tercium, membuat perutnya bergejolak. Teriakan penduduk kota tampak memudar menjadi latar belakang saat kekuatan Belzebub melonjak, memancarkan aura gelap dan berdenyut di atas kota. Tanah bergetar di bawah sayap Miguel saat dia melayang, matanya tertuju pada wujud sang penguasa kegelapan yang bengkok. Suara tulang berderak dan daging terkoyak memenuhi udara, membuat rahang Miguel mengatup dengan marah.

Red Thread: The SinnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang