Sesuai prediksi, Januar diberikan hukuman.Ketika Januar menarik Lisa kedalam dekapannya, Uskup Agung melihat adegan tersebut. Dia bahkan tidak mendengar penjelasan dari banyak pasang mata yang mengatakan bahwa pelukan tersebut hanyalah pelukan selamat.
Lisa masih dapat merasakan suara Uskup Agung yang sedingin es memasuki Indera pendengarannya
"Sebagai saintess, kau dilarang untuk terlibat dalam segala bentuk hubungan romantis dengan seorang pria. Pelanggaran terhadap ajaran suci iman kita ini tidak bisa dianggap enteng."
Lisa mengerti bahwa saintess harus menyerahkan seluruh hidupnya pada dewa, tapi bagaimana mungkin uskup agung tidak memberikannya ruang untuk membela dirinya?!
Lisa masih kesal ketika mengingat itu.
Beruntungya, Januar telah diangkat menjadi kesatria suci. Hukuman yang didapatkannya tidak terlalu berat, namun tentu saja mengganggu latihannya. Januar tahu bahwa gagal memenuhi harapan Uskup Agung akan membawa konsekuensi tersendiri, tetapi dia tidak mengantisipasi betapa kerasnya konsekuensi tersebut. Uskup agung melucuti persenjataan dan baju besinya, melarangnya untuk berpartisipasi dalam sesi pelatihan yang sedang berlangsung. Dia juga diberi tugas untuk membantu para lansia di kota tetangga. Semua orang tahu ini bukan kebetulan - Uskup Agung ingin menjauhkan Januar dari Lisa dan membuat pria itu memahami beratnya kesalahannya.
Lisa menjadi sangat bersalah. Dihari pertama Januar diangkat menjadi kesatria suci, dia justru mendapat hukuman yang membuatnya tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai kesatria suci.
Menurut Lisa hukuman itu sangat konyol. Ayolah, dewa tidak pernah menyukai Lisa. Dia yakin dewa tidak peduli dengan siapapun yang dia peluk!
Lisa menghela nafasnya, mulutnya merapalkan matra penyembuhan ketika tangannya menggenggam tangan keriput wanita tua dihadapannya.
"Di dalam cahaya ilahi, aku hadir dengan kasih, penyembuhan menyapu, di dalam angin dan embun. Dengan sentuhan yang lembut, dan kata-kata yang penuh berkah, kuembuhkan segala yang terluka, kembalilah ke dalam kehidupan."
Lisa selesai mengucapkan matra dan merasakan kehangatan lembut di tangannya. Matranya berhasil.
Mata wanita tua itu terbuka dan dia tersenyum lemah pada Lisa. "Terima kasih, saintess," bisik wanita itu. Lisa tersenyum balik dan membantu wanita itu berdiri.
Setelah wanita tua itu pergi, Lisa menghela nafas lagi.
Roseanne, yang berada di belakang Lisa, menyenggol tangannya, mengagetkannya "Jika kau terus-terusan menghela nafas seperti itu, kau akan dimarahi suster Jennah" ujarnya menatap kearah suster Jennah yang mengintai diujung ruangan "Apa yang kau pikirkan, Lili?"
Lisa menatap Roseanne, pikirannya masih disibukkan dengan pikiran tentang Januar dan hukuman Uskup Agung. "Aku memikirkan betapa tidak adilnya hukuman untuk Januar," katanya dengan sedikit rasa frustrasi dalam suaranya. "Maksudku, dia hanya memelukku karena dia terlalu bersemangat telah menjadi seorang kesatria suci. Ini tidak seperti kami akan melarikan diri bersama atau semacamnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread: The Sinner
FanfictionSaat berusia 5 tahun, Lisa bermimpi tentang kematian tragisnya di depan umum, sebuah takdir yang tanpa henti menghantuinya. Meskipun berusaha mengabaikan mimpi tersebut, Lisa malah dihantui oleh serangkaian mimpi lain yang semakin nyata. Seperti pet...