"Master! Alice sudah bangun"
Alice dengan perlahan membuka matanya yang berat. Kepalanya sakit dan tulang dalam tubuhnya seakan remuk.
Dengan perlahan, Alice mendorong dirinya ke posisi duduk dan melihat sekeliling ruangan yang remang-remang, ringisan keluar dari bibirnya. Dia berada di ruang bawah tanah yang kecil dan pengap dengan dinding batu yang runtuh dan seakan-akan menutup dirinya. Partikel debu menari-nari dalam seberkas cahaya yang merembes melalui jendela yang sempit, menimbulkan bayangan menakutkan di seluruh ruangan.
Ketika pandangan Alice beralih, dia melihat gadis Elf tersenyum lebar, disampingnya terdapat sosok pria tinggi yang memberikan bayangan mengancam. Matanya yang tajam dan penuh intensitas gelap, terkunci pada sosok Alice yang ringkih.
Alice tersenyum "Guel" panggilnya pelan.
Miguel bergegas membungkuk di sampingnya, matanya penuh dengan keprihatinan dan kelegaan.
"Aku pikir, aku kehilanganmu" Miguel berbisik, tangannya gemetar saat ia menyibak sehelai rambut dari wajah Alice
Alice dengan lemah mengulurkan tangan dan menyentuh tangan Miguel, memberikan senyuman yang meyakinkan. "It's okay, I'm here," bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar. Matanya beralih pada gadis Elf disebelah Miguel "Apa yang terjadi?"
Senyum gadis itu tersendat sejenak sebelum ia berbicara, suaranya bergetar karena campuran rasa takut dan gembira.
"Sora minta maaf. Sora hanya ingin menakut-nakuti teman-teman pahlawan Alice" gadis Elf itu menjelaskan, suaranya goyah. "Tapi- tapi 001 kehilangan kendali dan menyakiti Alice. 001 tidak mendengarkan perintah Sora dan menyeret Alice ke lantai bawah dungeon." Ia melirik dengan gugup ke arah pria jangkung itu, kehadirannya yang mengancam memberikan bayangan panjang di ruangan itu "Sora tidak cukup kuat untuk mengalahkan 001... maaf, Sora hanya membuat masalah dan menyakiti Alice"
Alis Alice berkerut saat dia berjuang untuk mengingat kejadian yang membawanya ke ruang bawah tanah yang gelap ini. Dia menggelengkan kepalanya sedikit, mencoba untuk mendorong kabut dalam pikirannya.
Rasa bersalah menyelimuti Alice saat ia melihat mata gadis Elf itu berkaca-kaca. Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh tangannya, sentuhan lembut dari kulitnya yang pucat membuat Alice merinding. "Sora," kata Alice pelan, "ini bukan salahmu, tidak ada yang salah."
Bibir bawah Sora bergetar, setetes air mata mengalir di pipinya. "Seharusnya aku mendengar perintah master," rengeknya "001 hampir membunuh Alice. Semua ini salahku"
Alice dengan lembut menghapus air mata di pipi Sora dan menatap matanya dengan penuh kasih sayang. "Sora, dengarkan aku," katanya, suaranya tegas namun menenangkan. " Kau tidak bisa disalahkan atas apa yang terjadi. Kau berusaha melindungiku, dan itu sangat berarti. Kita semua melakukan kesalahan, tetapi bagaimana kita belajar dari kesalahan itulah yang menentukan kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread: The Sinner
FanfictionSaat berusia 5 tahun, Lisa bermimpi tentang kematian tragisnya di depan umum, sebuah takdir yang tanpa henti menghantuinya. Meskipun berusaha mengabaikan mimpi tersebut, Lisa malah dihantui oleh serangkaian mimpi lain yang semakin nyata. Seperti pet...