Januar tersenyum lebar ketika menerima barang yang dia inginkan dari Javiar.
"Bagus kan?" seru Javiar meminta persetujuan "Aku yakin Saintess akan menyukainya"
Januar mengangguk setuju dengan mata yang berbinar. Barang yang berada ditangannya adalah hadiah sempurna yang mencangkup tentang langit malam dan keinginannya untuk membuat mimpi buruk Lisa berkurang.
"Terima kasih, Guru" ujar Januar bersungguh-sungguh.
Javiar menepuk pundak Januar "Tidak perlu berterima kasih. Membantu murid adalah kewajiban setiap guru"
⋆。‧₊°♱༺𓆩❦︎𓆪༻♱༉‧₊˚.
Melihat pemandangan ombak menghantam batuan es dari baik jendelanya membuat Lisa tersenyum senang. Senyum Lisa mengembang saat ia mengagumi pemandangan indah yang terbentang di hadapannya. Sinar matahari yang berkilauan menari-nari di atas air yang jernih, menciptakan kaleidoskop warna-warni yang memukau, yang seakan-akan menghembuskan kehidupan ke dalam lanskap pantai yang sunyi. Dia tidak bisa tidak merasakan ketenangan yang menyelimutinya, seolah-olah deburan ombak yang berirama di tebing-tebing megah itu memiliki melodi rahasia yang hanya bisa didengarnya.
Tersesat dalam irama laut yang menghipnotis, pandangan Lisa beralih ke burung camar yang meluncur dengan mudah melalui angin yang berhembus. Gerakannya yang anggun mengilhami rasa kebebasan baru dalam dirinya, memanggilnya untuk melangkah keluar dan membenamkan diri dalam pelukan alam.
"Aku memang sangat ahli dalam bersantai" ujar Lisa dengan senyum mengembang lebar.
Merasa sangat bersemangat, Lisa buru-buru mengenakan mantel hangatnya dan berlari keluar pintu, bertekad untuk lebih dekat dengan deburan ombak. Lisa melangkah keluar, menarik napas dalam-dalam untuk menikmati udara yang segar dan asin.
Saat ia berjalan melintasi teras kayu, ia melihat sebuah benda berkilauan di atas tanah di depan pintu kamar tidurnya. Sambil membungkuk, matanya membelalak kaget dan senang - itu adalah mainan gelembung, tongkat plastik kecil yang dihiasi dengan warna-warna cerah dan berisi cairan yang berkilauan.
Dengan rasa penasaran yang menggelitik, Lisa mengambil mainan gelembung itu, yang hampir tidak terasa berat di tangannya. Ia membaliknya, mengagumi pola rumit yang terukir di permukaannya. Sepertinya itu adalah hadiah aneh yang ditinggalkan oleh pengunjung lain. Saat ia memeriksanya lebih lanjut, sebuah nada yang halus menyelinap keluar dari dalam mainan itu, terbentang di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread: The Sinner
FanfictionSaat berusia 5 tahun, Lisa bermimpi tentang kematian tragisnya di depan umum, sebuah takdir yang tanpa henti menghantuinya. Meskipun berusaha mengabaikan mimpi tersebut, Lisa malah dihantui oleh serangkaian mimpi lain yang semakin nyata. Seperti pet...