Delin melangkah dengan kaki lemas menuju kamar mandi milik Darka yang begitu luas dan modern. Semua interior khas Amerika sekali. Mungkin karena keluarga Darka memang bukan asli negara ini dan lebih kebarat-baratan.Delin duduk di closet duduk dengan mencoba rileks. Tak lama dari itu dia mulai membersihkan diri dari sisa-sisa percintaan pagi ini.
Darka sudah pergi duluan entah kemana. Delin jadi ingin segera meninggalkan rumah ini dan kembali ke kamar kosnya yang nyaman.
Delin memakai pakaian yang disiapkan Darka, tidak lebih tepatnya pelayan di rumah ini. Dia memakainya dengan cepat.
Delin keluar kamar mandi lalu bergegas meninggalkan kamar Darka, dia takut ada barang hilang dan dituduh.
"Delin, kemari.." Denada terlihat cerah dan semakin ramah semenjak semalam.
Delin pun mendekati Denada dengan malu-malu khasnya. Begitu canggung dan tegang padahal Denada tidaklah jahat.
"Pakaiannya pas ya, bunda yang pilihkan, cantik sekali," dipeluknya sekilas Delin yang tersenyum kikuk.
"Te-terima kasih, bu-bunda," suaranya memelan.
"Tidak usah sungkan, ayo temani bunda sarapan!" Denada menggiring Delin ke meja makan.
Padahal Delin ingin segera pulang. Dia tidak nyaman dan sarapan pun rasanya tidak nikmat karena sulit dicerna.
"Bunda siapkan sarapan yang sering bunda siapkan, ini kesukaan Darka," jelasnya.
Denada mau Delin semakin bisa menjaga Darka dan keduanya segera menikah. Denada tidak mau Darka kembali sendiri bagai pria gay. Dan dia juga tidak mau anaknya berganti-ganti pasangan. Jika pun terpaksa lebih baik hanya Delin saja agar tidak tertular.
***
"Te-terima kasih, bunda sudah mau memberikan banyak pelajaran," Delin membungkuk sopan sekilas.
Denada balas mendekat dan memeluk Delin bagai anak sendiri. "Jangan sungkan, kamu pasti kesulitan merantau di kota orang sendirian, ada apapun berbagi pada bunda ya," lalu tersenyum hangat.
Delin mengangguk kecil dengan senyum tipis yang masih malu dan canggung walau tidak bisa dibohongi, rasa haru menyapa.
"Gih pulang," Denada melihat anaknya yang keluar dari kosan Delin, sepertinya sudah selesai mengurus urusannya.
"Iya, sekali lagi terima kasih, bunda." Delin pun segera mengayunkan langkah setelah Denada mengangguk sebagai respon.
Delin mengerjap gugup saat Darka melangkah juga ke arahnya. Delin memelankan langkah. Hingga Darka melintasinya begitu saja.
Delin bernafas lega walau detik selanjutnya tersentak kaget saat bibir Darka menyambar pipinya hingga suara kecupan begitu nyaring.
Delin menatap sekitar, penghuni kosan untungnya sudah beraktivitas hingga tidak ada di sekitar sini.
Delin kembali melanjutkan langkahnya karena Darka pun begitu.
Darka merangkul bundanya yang cekikikan geli melihat tingkah Darka barusan lalu menggiringnya masuk ke dalam rumah.
Delin segera menutup pintu dengan terengah pelan. Dia malu plus kesal dengan yang terjadi barusan.
Kebenciannya saat tadi pagi dibuat lelah saja belum hilang.
Semua rasa yang membelenggu tiba-tiba hilang diganti dengan keterkejutan.