Delin turun dari mobil Darka, keduanya baru selesai mengantarkan orang tua Delin ke terminal bus untuk pulang ke kampung.
Tadinya Denada ingin mengantarkan keduanya dengan mobil dan sopirnya tapi, orang tua Delin menolak, tidak mau merepotkan.
"Ntar malem Demian ngadain bakar-bakar," Darka mendekati Delin yang berdiri menunggu perintah.
Pulang ke kosan atau bagaimana.
Darka melewati Delin. "Lo malem bawa piyama, harus nginep." ujarnya sambil berlalu.
Delin memilih mengekori Darka hingga masuk ke rumahnya. Darka menghentikan langkahnya tiba-tiba membuat Delin membentur punggungnya tanpa bisa rem.
"Lo ngapain?" Darka menoleh dengan alis bertaut galak khasnya.
Delin mengerjap. Dia juga bingung karena Darka tidak menyuruhnya pulang ke kosan atau bertahan.
"Ck! Pulang sana."
Delin pun mengangguk dan segera berbalik. Akhirnya dia bisa menenangkan diri di kosan.
Delin masuk ke kamarnya, bergegas mencari cermin untuk melihat kalung yang melingkar di leher. Dari kemarin dia ingin melihatnya namun selalu tidak sempat.
"Wah.." Delin takjub. Kalungnya kecil tipis tapi kokoh dan juga mengkilap. Apa benar Darka membelikannya berlian?
Delin berpindah fokus, membuka ponselnya. Ada pesan masuk dari Demian.
Demian
Lin, malem nanti datang, temen-temen juga ada yang dateng walau ga semua.Delin membalas iya. Dia jelas harus datang mengingat Darka juga sudah bilang soal itu.
"Udah tahu kabar si gadis desa belum?"
"Delin?"
"Siapa lagi,"
"Eh dia udah pulang belum ya, takut denger.."
"Kayaknya belum,"
Delin menoleh ke arah pintu. Di luar sana ada yang membicarakannya. Pasti dua manusia itu tengah menjemur atau mengangkat jemuran pakian.
Delin memfokuskan telinganya.
"Dia diem-diem gitu katanya pacar pemilik kosan ini, Darka.. Yang keliatan galak ituloh,"
"Ah masa, Delinkan pemalu,"
"Ga percayakan lo, gue juga! Tapi ada yang bilang, Darka sering masuk ke kamarnya Delin,"
"Serius?! Ga nyangka banget,"
"Kan, ga nyangka sama.."
Delin memilih meraih headphone dengan panik. Dia tidak mau mendengar lagi.
Ternyata ada yang melihat Darka masuk ke kosannya. Siapa? Apakah semuanya kini menganggap dia orang buruk yang membuka pintu untuk pria dan membawanya ke dalam kamar kosnya?
Apalagi itu Darka. Apa mereka berpikir dia melakukan itu agar gratis biaya kosan?
Delin terus direcoki pikirannya yang semakin kemana-mana.
***
"Lama!" ketus Darka yang tengah duduk di ruang tengah.
Denada memukul lengan anaknya. "Ga usah galak-galak!" tegurnya.
"Ck! Dia harus terbiasa, bun." balas Darka malas.
"Kamu yang biasain buat ga galak-galak!" omelnya yang diabaikan Darka.