4. Gara-Gara Luka

119K 4K 43
                                    

Demian mengendap-endap. Dia akan mengejutkan Delin yang sepertinya hendak pulang. Jadwal kampus hari ini memang sedikit.

"Dor!" Demian menepuk bahu Delin.

Delin begitu terlonjak kaget nan sensitif sampai tubuhnya oleng dan jatuh ke aspal parkiran yang tidak mulus. Di penuhi batu-batuan kecil.

Demian melotot. "Delin! Astaga! Kenapa sekaget itu, aku Demian," dia membantu Delin berdiri.

Respon Delin terlihat risih dan bergegas melepaskan sentuhan Demian. Sontak saja Demian merasa aneh.

"Ada apa, Delin?" Demian menilai wajah Delin yang pucat dan lesu, seperti ada yang mengganggu pikirannya.

"Engga." Delin merapihkan bukunya lalu bergegas melanjutkan langkah dengan agak tertatih karena lututnya terluka plus intinya masih sedikit tak nyaman.

"Biar aku obat—"

"Aku duluan, Demian.." potong Delin dengan suara pelan bahkan tanpa menatap lagi.

Selain karena takut terbaca, Delin juga takut perempuan pembully melihatnya akrab dengan Demian di kampus.

Hidupnya sudah berat. Delin tidak mau cari perkara lagi. Delin mencoba menahan tangisnya.

Kakinya sungguh berdenyut sakit. Sepertinya ada batu yang menempel.

***

Delin turun dari gojek dengan hati-hati. Delin tidak langsung masuk, dia melihat ke rumah pemilik kosan. Di sana jika ada Darka jelas Delin tidak akan masuk.

Hingga suara mobil menyapa. Delin jelas menoleh karena dia berdiri di dekat gerbang utama yang menghubungkan rumah dan kosan keluarga Darka.

Delin kian memucat. Si pengemudi orang yang dia hindari. Orang yang tidak ingin Delin temui. Orang yang Delin benci.

Jemari Delin bergetar, dengan cepat dia menyingkir dari sana dan masuk ke dalam sambil tertatih.

Darka melihat itu hanya menatapnya lurus tak terbaca. Mobilnya pun masuk setelah penjaga membuka gerbang.

Darka turun dan memerintah penjaga untuk memasukan mobilnya. Dia harus menemui kelinci penakut yang kabur darinya.

Apa sesakit itu sampai tertatih parah.

Delin buru-buru mengkunci pintu dengan terengah panik. Dia hampir menangis saking ketakutan.

Wajah Darka memang tampan tapi sayangnya Delin tidak bisa melihat itu. Dia tetap monster baginya setelah apa yang terjadi.

Tok.. Tok..

"Buka!" suara dingin Darka mengalun menyeramkan.

Delin semakin panik dan dengan terpaksa membuka pintu karena tidak ingin menimbulkan kecurigaan atau kericuhan.

Darka mendorong pintu dengan kasar membuat Delin yang lemah terhuyung dan jatuh terduduk di lantai.

Darka mengunci pintu dengan segera. Dia pun tidak ingin menimbulkan kecurigaan. Hubungannya dengan Delin harus menjadi rahasia.

Delin tak sempat berdiri, Darka menarik kakinya yang berdarah dengan tidak berperasaan.

"Sakit!" refleks Delin dengan suara lemahnya yang khas. Delin mendudukan lagi tubuhnya, dia tidak ingin rebahan di lantai.

Dark Obsession (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang