Darka bangun tanpa Delin di sampingnya. Sudah tidak heran selama sebulan mereka menjadi suami istri. Delin pasti sibuk dengan anak mereka. Darka jelas tidak boleh cemburu walau agak kesal sedikit karena perhatian Delin tidak sepenuhnya padanya.
Darka turun dari kasur, dia langsung ke kamar mandi dan bersiap untuk berangkat ke kantor lalu meeting virtual dengan Deril.
Delin masih belum bisa turun tangan sepenuhnya, melihat kesibukan istrinya yang sekarang harus mengurus dua bayi membuat Darka memilih untuk mengambil alih sementara pekerjaan istrinya.
Semua sudah terjadwal. Sekertaris sudah mengaturnya dengan baik.
"Di mana, Ella?" tanya Darka pada Delin yang menyiapkan secangkir teh dan sarapan.
"Ella barusan sama bunda, ayah juga lagi berjemur di taman, ada suster," jawabnya dengan menerima saat Darka menarik tengkuk dan mengecup bibirnya sekilas.
Darka pun mulai fokus pada sarapan dengan sesekali melihat tab yang berisi jadwalnya hari ini.
Delin pun menyempatkan sarapan.
"Hari ini kemungkinan pulang malem," Darka menggeser tabnya pada Delin agar istrinya itu bisa melihat jadwal padatnya hari ini.
"Makan siang mau aku anterin, kak?"
Darka menggeleng. "Sekalian ketemu klien." jawabnya.
Delin pun mangut-mangut paham.
"Ella mau ketemu papa? Ayoo, nenek anterin ya.." Denada mendekati Darka dan Delin yang menoleh kepadanya.
Ella terlihat tersenyum dengan gusi tanpa gigi. Terlihat menggemaskan, kedua jemari lentiknya bertepuk tangan.
Darka sontak tersenyum menerima sambutan senang dari bayi cantik kesayangannya.
"Nih, mau ke papanya," Denada memberikan Ella pada Darka.
Darka menyambut, mengendus wangi bayi cantiknya dengan gemas. Darka kecupi juga pipi gembulnya.
"Manjanya," Denada mengulum senyum gemas saat Ella ndusel pada papanya.
Tanpa takut kusut dan terkena air liur Ella, Darka membiarkannya tanpa protes, dia mengusap rambutnya.
Delin mengulum senyum dengan perasaan menghangat. Dia pikir hari bahagia seperti ini tidak akan pernah terjadi.
Darka terlihat begitu menyayangi Ella. Tidak galak atau menolaknya.
***
Darka memejamkan matanya sejenak. Sungguh full jadwal hari ini. Dia ingin istirahat walau hanya 10 menit.
Delin dan Ella yang kebosanan di rumah memilih melakukan panggilan video dengan harapan tidak mengganggu.
"Papa? Mau liat papa?" Delin terlihat ragu.
Panggilan pertama tidak di jawab itu tandanya mungkin Darka sedang sibuk.
"Kita mimi aja, ya.." Delin mengalihkan perhatian Ella dari tab lalu mulai memposisikan Ella dengan nyaman.
Ella pun langsung menyedotnya dengan lahap sambil menyentuh random wajah dan rambut Delin.
Delin mengusap sisi wajah Ella. Saat ini wajah Ella jadi mirip seperti Darka, wajah Darka jika jadi perempuan ternyata sangat cantik.
Delin mencolek hidung Ella. "Kamu mirip papa, mamanya mana?" sebalnya.
Ella hanya menatap dengan terus menyedot sambil memainkan kancing pakaian Delin.
"Papa kayaknya lebih sayang sama kamu sekarang!" Delin pura-pura semakin sebal.
Ella masih mengerjap polos.