22. Darka Si Usil M*sum

81.8K 2.4K 30
                                    

Delin terlihat melamun sampai tidak sadar bahwa air putih yang dia tuangkan sudah lumer kemana-mana.

"Ck! Tumpah!" suara Darka yang ketus menyapa sambil meraih botol air di tangan Delin.

Delin menatap gelasnya yang sangat penuh dengan kaget. "Eh, maaf.." Delin segera mencari tissue atau lap.

Darka yang menemukannya duluan langsung membersihkannya, terutama yang di lantai. Delin terlihat panik, bisa saja ceroboh menginjaknya lalu tergelincir.

"Diem! Udah gue lap!" Darka menatap Delin agak jengkel dengan kepanikannya itu. Tidak berubah sama sekali.

"Gue ga akan hukum lo, lo ga perlu panik!" Darka menyimpan lap basahnya lalu melanjutkan niat awal untuk minum juga.

Delin pun berdiri di samping Darka dengan tenang, tidak secanggung dulu walau masih takut.

Darka melirik Delin dengan masih meminum segelas air yang sebelumnya Delin isi lalu menyudahinya.

"Apa?" tanya Darka dengan menatapnya galak.

Delin pun menatap jemarinya yang saling bertautan. "Mau minum," jawabnya.

"Nih,"

Delin meraihnya lalu menghabiskannya. "Kak Darka masih mau minum?" tanyanya dengan mendongak menatap Darka walau tidak berani lama.

"Maunya lo,"

Delin menoleh kaget dan itu lucu.

Delin kaget karena bukannya semalam mereka menggila sampai tubuhnya remuk?

Masih ingin lagi?

Darka mengusap wajah Delin yang syok dan langsung tertekan itu. Lucu sekali, paniknya dengan jelas terbaca.

Delin memang selalu mudah dibaca saking banyaknya ekspresi yang membuatnya tidak bisa bohong.

"Mau main ke pantai lagi?" Darka mendekat, membelit pinggang Delin agar merapat dengannya. "Atau cari oleh-oleh?" bisiknya tanpa melepas pandangan.

Delin juga balas menatap walau pipinya berakhir bersemu karena malu. Sekelebat kenakalan semalam membuatnya panas dingin.

Darka mengendus pipi Delin, mengecupnya ringan, beralih ke pipi satunya dan sama.

Delin hanya diam saat keningnya dan Darka menyatu. Begitu mesra di pagi buta. Bahkan matahari saja masih mengintip.

"Di pake jalan ga sakit, hm?" bisik Darka tanpa mengubah posisi, hanya menggesekan hidungnya pada hidung Delin.

Delin balas melingkarkan tangannya lalu menggeleng. Awalnya agak mengganggu tapi sekarang sudah tidak terlalu lagi.

Darka mengecup pipi Delin lagi hingga suara kecupan terdengar nyaring, dua kali.

"Kita jalan keluar," Darka mengangkat tubuh Delin bagai manekin, mengabaikan terkesiapnya Delin.

"Kak, kita—"

"Iya, lo ga mau mandiin gue?" potong Darka dengan tatapan menyorot galak.

Jelas saja Delin menciut tidak bisa menolak. Darka tahu saja kelemahan Delin itu apa. Delin sampai menurut tidak protes lagi.

***

"Cuma bentar, jangan manyun," Darka mencapit bibir Delin.

Delin menggeleng. Dia tidak manyum, padahal tidak sadar memang manyun karena kesal. Darka membuatnya sampai lemas-selemas lemasnya.

Delin menyisir rambutnya yang sudah kering, meraih sunscreen dan mengoleskannya ke kulit, lalu memasangkan pewarna bibir tipis, hanya itu. 

Darka hanya memperhatikan dari belakang. Darka terlihat sudah siap berangkat, hanya tinggal menunggu Delin.

Dark Obsession (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang