Delin jadi gugup dan salah tingkah saat Darka terus menatap ke arahnya. Rambut lurusnya bahkan Darka usap-usap selama mereka jalan menuju tempat yang tidak jauh dari penginapan.
Dikta, Akri dan Lana juga berjalan, mengekor di belakang Darka dan Delin.
"Lo yang dandanin?" tanya Dikta berbisik pada Lana.
Lana mengangguk. "Anak polos kayak dia mana tahu," jawabnya sama berbisik.
"Anak desa kalau di dandan cakep yah," celetuk Akri ikut berbisik di antara keduanya.
"Oh gitu," Lana merespon sewot.
Akri jadi panik. "Ya karena kamu yang dandanin, jadinya hebat gitu, pangling sayang, tapi tetep cantik kamu," dipeluknya Lana gemas.
Jangan sampai jatahnya hilang. Dasar mulut Ceroboh!
Dikta mendengus, Akri panik sekali. Dasar si paling takut pacar.
Delin mendongak menatap Darka, memastikan apakah Darka masih menatapnya dan memang masih.
"Apa kak? Aneh ya? Jangan liat terus. Malu." cicitnya lalu menunduk.
"Cakep, lebih dari ekspetasi gue," Darka semakin merangkulnya erat, merapat.
Darka akan semakin posesif, dia tidak akan lengah. Apalagi sampai membuat Delin di sentuh saat di sana.
"Kita mau kemana, kak?" tanya Delin lagi.
Delin terus penasaran dan takut di lamar di depan banyak orang. Jika berdua pun dia belum siap menjawab.
Jadinya Delin panik dan gelisah sendiri.
"Ke club." Darka memilih menjawab terang-terangan agar Delin tidak gelisah.
"Club?"
"Hm."
"Yang kayak di film?" Delin berdebar malah semakin gelisah. Dia tidak bisa joget, mabuk dan semacamnya.
***
Pertama kali Delin masuk ke tempat seperti ini. Bau dari minuman menyatu dengan asap rokok. Suara musik yang memekakan telinga dan banyaknya lautan manusia yang berbahagia di bawah musik yang dialunkan DJ seksi.
Delin melongo sesaat. Banyak sekali perempuan seksi dan pria jelalatan di sana. Orang yang berjoget itu ada yang saling bersentuhan.
Di mata Delin seperti di kroyok.
Dan tatapan Delin jatuh pada perempuan-perempuan memakai bikini, bergelantungan di tiang dengan di kelilingi pria dari berbagai usia.
Darka tersenyum samar melihat Delin yang syok sampai mulut tidak sadar terbuka.
Darka mencapit pipinya. Delin pun menatap Darka.
"Kita ke tempat kita,"
Delin mengerjap kurang mendengar apa yang diucapkan Darka karena musik menenggelamkan suaranya.
Dikta menepuk bahu Darka.
Mereka pamit duluan dan langsung terjun ke lantai dansa.
Darka pun menarik tubuh Delin agar selalu berada di depannya, direngkuhannya sebagai bentuk penjagaan.
Delin masih sibuk melihat hal-hal baru. Jadi ini yang dikatakan Darka. Club terkenal di sini. Bahkan terkenal sampai ke wisatawan asing.
Delin menatap ruangan tanpa dinding yang ada di lantai tiga yang cukup tinggi dan jauh dari lantai satu.
Di sini musik tidak terlalu keras, obrolan orang di sekitar pun samar terdengar.
"Kita pesen minum, pilih yang lo mau coba." Darka mendudukan tubuhnya sambil menarik Delin ke pangkuannya.