BAGIAN 9: OUR PATH CROSS.
🌺🌺
Berbekal alibi terlalu lelah dan kaki sakit akibat berkuda minggu kemarin membuat Soobin akhirnya bisa bersantai di pagi hari tanpa Minhyuk yang merecoki. Sebenarnya Minhyuk tidak percaya alasan Soobin. Demi Tuhan, adiknya itu hanya sedikit terluka di lututnya dan itu telah lewat seminggu pula! Minhyuk tidak sebodoh itu jatuh pada akal-akalan tidak masuk akal dari Soobin, namun ia membiarkan saja mengingat adiknya itu cepat lelah dan gampang sakit. Minhyuk tadinya ingin mengajak si pemuda manis untuk ikut ke wilayah bernama Tsom yang jaraknya dua setengah jam perjalanan guna memantau gedung yang sedang dikerjakan oleh timnya. Minhyuk adalah seorang Klerk—orang yang ditugaskan untuk pengerjaan arsitektur, seperti kastil dan menara, gedung-gedung umum, atau katedral. Seorang arsitek di dunia Soobin. Kakaknya bilang ia mendapat proyek besar untuk membuat sebuah bangunan yang akan ditempati para penambang emas. Bangunan itu sudah hampir seratus persen jadi, karena itu Minhyuk harus pergi ke Tsom untuk memastikannya sebab akan dihuni oleh para penambang mulai esok hari.
Soobin rasa ia akan bosan jika ikut Minhyuk ke sana. Pasti hanya ada alat-alat dan bahan bangunan saja, tak ada yang menarik. Lebih baik Soobin menikmati hidup dengan rebahan membaca buku dan makan pastry yang sudah disiapkan pelayan. Oh, Soobin memang berencana menikmati kekayaan keluarga Lee dengan sebaik-baiknya.
"Goblok banget nih pemeran utama bisanya cuma nangis doang. Bales tuh pelakor jangan malah nangis!" Soobin sedari tadi sibuk mengumpati tokoh utama dalam novel yang dibacanya. "Dialog nih cewek kayanya cuma 'Yang Mulia' sama 'Hiks' doang. Novel apaan nih, nggak kuat gue!" Saking kesalnya, Soobin sampai membanting novel itu di kasur—menyerah melanjutkan membaca novel tidak jelas itu. Dirinya sudah terlanjur emosi membaca kebodohan pemeran utamanya.
Pemuda manis itu kemudian bangkit dari tidurnya, berjalan ke arah rak buku, lalu mengembalikan novel yang sempat dibacanya tadi ke tempat semula dengan kesal. Soobin mengeluarkan pocket watchnya, sudah pukul sepuluh pagi. Setelah sarapan, ayahnya pamit pergi untuk melakukan perjalanan bisnis. Soobin baru tahu jika setelah pensiun sebagai penasihat raja, ayahnya itu beralih menjadi seorang saudagar. Beliau bersama tiga orang rekannya bekerja sama menjual kopi. Di sini, kopi adalah barang langka dan tak semua orang tahu mengenai kopi sebab Neverland sendiri tak punya tanaman kopi. Maka dari itu, ayahnya bersama rekan bisnisnya jauh-jauh ke negeri bernama Abyssinia yang jaraknya sangat jauh—harus menempuh dua bulan penuh perjalanan—untuk membeli kopi di negeri yang memproduksi kopi itu, lalu menjualnya dengan harga yang mahal di negeri ini. Pembelinya tentu saja kaum aristokrat mengingat kopi adalah minuman ekslusif—yang tak sembarang orang bisa menikmatinya.
Soobin meringis miris memikirkannya. Kasihan sekali rakyat Neverland tak semuanya bisa merasakan kenikmatan kopi. Andai mereka tahu jika di dunianya kopi bisa didapatkan dengan mudah dan dengan harga yang terjangkau pula. Tapi tak apa, itu sebuah keuntungan untuknya kan karena kopi mahal jadi keluarga Lee bisa kaya raya.
"Mending jalan-jalan nggak sih? Udah hampir seminggu gue di rumah rebahan mulu, pegel juga ini punggung." gumam Soobin pada dirinya sendiri.
Benar. Lebih baik Soobin berjalan-jalan daripada bosan di rumah. Lagi pula Injoon juga tidak tahu kemana rimbanya, jadi tak akan ada yang melarangnya. Si pemuda manis akhirnya melangkahkan kak menuju lemari bajunya untuk memilih pakaian yang sekiranya pantas untuk ia gunakan ke pusat kegiatan masyarakat yang tak jauh dari rumah. Dahinya mengernyit ketika matanya hanya mendapati pakaian-pakaian berbahan sutra di lemari itu—mulai dari jas, kemeja, hingga blouse, semuanya berbahan sutra. Tampak mahal. Jika ia memakai salah satu pakaian itu, sudah jelas orang-orang akan mengetahui jika ia adalah seorang aristokrat. Tidak, Soobin tidak mau. Ia lebih baik berpakaian seperti rakyat jelata agar tidak menarik perhatian. Maka, setelah mencari-cari, ia akhirnya menemukan sebuah kemeja berwarna coklat pastel yang sudah mulai aus termakan usia—agak aneh kenapa Soobin Lee yang terkenal suka kemewahan masih menyimpan kemeja itu, tapi bodo amatlah. Soobin mengenakan kemeja itu dipadukan dengan celana bahan berwarna senada. Untuk luarannya, ia memakai jubah hitam panjang bertudung.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Woke Up As a Villain [Yeonbin]
FanfictionChoi Soobin, seorang mahasiswa semester tiga, kaget ketika ia mendapati dirinya terdampar dalam dunia novel yang dibacanya. Yang lebih parah, ia bertransmigrasi menjadi tokoh antagonis figuran yang dalam dua kali sebut sudah langsung mendapat ekseku...