BAGIAN 10: HERE COMES THE TROUBLE.
🌺🌺
Baru kali ini Jeno merasa ia sangat sibuk. Sedari pagi ia sudah bolak-balik sebagai delegasi; perantara pembicaraan antara Daniel dan David. Sudah seminggu lebih Daniel dan David perang dingin. Dua orang itu saling melemparkan tatapan membunuh ketika bertemu satu sama lain. Jeno tidak tahu apa yang terjadi di antara keduanya, namun hal itu sungguh mengganggunya, sebab dialah yang direpotkan—ia harus bolak-balik ke kamar tamu menyampaikan titah Daniel. Joshua pun sama, pelayan pribadi David itu cukup sering mengeluh kakinya pegal akibat keseringan bolak-balik dari pavilion Barat ke kamar tamu yang David tempati—yang mana berada di pavilion Utara yang jaraknya lumayan jauh.
Perang dingin itu juga sedikitnya berdampak pada kelancaran kerja sama tambang emas di Tsom. Alih-alih pergi bersama ke Tsom, Daniel dan David memilih pergi bergantian hari untuk meninjau pertambangan itu.
Hari ini adalah giliran hari di mana David yang harus pergi ke Tsom. Sang pangeran sudah pergi sejak satu jam lalu dan akan kembali sore hari—meninggalkan setumpuk berkas masalah tambang yang harus diaudit pada Daniel.
"Your Majesty, ini sudah waktunya makan siang." Jeno yang membantu mengaudit berkas berkata pelan.
"Aku tahu." Jawab Daniel singkat. Matanya tak lepas dari berkas-berkas di mejanya, membaca beberapa laporan sambil mengernyitkan dahi.
"Anda harus makan siang, Your Majesty."
"Jeno," panggil Daniel mengangkat satu salinan kertas untuk ditunjukkan pada Jeno—mengabaikan ajakan makan siang Jeno, "Kemari. Lihat ini."
Jeno mendekati sang tuan, mengambil berkas itu lalu membacanya dengan cermat. Berkas itu adalah laporan pengeluaran rumah tangga istana.
"Sudah tahu apa yang salah?" tanya Daniel.
Jeno mengangguk, "Pengeluaran bulan ini membengkak." Gumam Jeno.
"Ya. Apa yang membuat pengeluaran bulan ini lebih dari yang seharusnya?" Daniel bertanya-tanya, "Kita tidak bisa membiarkan ini. Musim paceklik akan segera tiba, akan ada banyak rakyat yang terdampak. Tidak seharusnya istana menghamburkan uang saat masih banyak rakyat yang kelaparan." Nada suaranya terdengar tidak senang.
"Saya akan menanyakan hal ini pada Sir Henry."
"Aku ingin laporannya sedetail mungkin. Jika aku menemukan kecurangan di sana, kau tahu apa yang akan terjadi."
Jeno meneguk ludah melihat kilat kejam di mata Daniel. "Saya mengerti, Your Majesty."
Mengangguk, Daniel kembali meninjau berkas-berkas yang tersisa. Ada banyak berkas penting—mulai dari kerja sama bilateral dua negara, laporan terkait keuangan, pendidikan, dan sebagainya—hingga yang tidak penting semacam undangan menghadiri pesta debutante beberapa anak aristokrat.
Omong-omong tentang debutante, Daniel seketika memikirkan Soobin. Anak itu seingatnya belum melakukan debutante.
"Jeno." suara Daniel terdengar pelan di keheningan.
Jeno yang duduk di meja kerjanya mengalihkan atensinya pada sang raja, "Ya, Your Majesty?"
"Bocah itu—" Daniel berdeham, "Maksudku.... Soobin. Dia belum menggelar debutante, kan?"
Sang asisten mengernyitkan dahi mendengar kata Soobin meluncur bebas dari mulut sang raja. Merasa aneh mengingat beberapa waktu yang lalu raja di depannya ini sangat enggan mendengar nama Soobin. Uring-uringan. Namun kini beliau sendiri yang menyebut nama sang mantan tunangan. Apakah Rajanya itu waras? Oh, tentu saja Jeno mengatakannya dalam hati—ia tak mungkin berani mengatakannya secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Woke Up As a Villain [Yeonbin]
FanfictionChoi Soobin, seorang mahasiswa semester tiga, kaget ketika ia mendapati dirinya terdampar dalam dunia novel yang dibacanya. Yang lebih parah, ia bertransmigrasi menjadi tokoh antagonis figuran yang dalam dua kali sebut sudah langsung mendapat ekseku...