Dangerous Mind: Dead End.

5.6K 561 158
                                    

BAGIAN 11: DANGEROUS MIND: DEAD END.

🌺🌺

Sudah terhitung tujuh hari Soobin terkurung di mansion. Ia tidak diizinkan keluar mansion sendirian oleh Minhyuk semenjak kejadian ia memakai pakaian 'penuh dosa'begitu istilah yang dipakai oleh kakaknya untuk baju oversized dan celana pendek yang dipakainya tempo lalu. Malam hari setelah urusan kerjanya selesai, kakaknya itu memarahinya habis-habisan. Mengatakan Soobin telah kehilangan akal sehatnya karena memakai pakaian penuh dosa itu untuk keluar kamar. Apalagi sampai dilihat oleh David dan asistennya.

Mana Soobin tahu akan ada David! Lagipula untuk apa sih David ke sini, apakah berhubungan dengan pekerjaan?

Soobin belum bertemu Minhyuk lagi setelah makan malam terakhir mereka seminggu yang lalu. Minhyuk sibuk sekali semingguan ini. Kakaknya itu akan pergi bekerja pagi buta sebelum Soobin bangun tidur dan pulang larut malam ketika ia sudah terbuai di alam mimpi. Mereka tak punya kesempatan bertemu—sebenarnya Soobin takut kalau Minhyuk mencoba menghindarinya dan itu membuatnya sedih. Ia tak tahu hanya karena memakai pakaian semacam itu bisa membuat Minhyuk marah besar.

"Lord Soobin." panggilan Injoon membuat Soobin mengalihkan tatapannya dari kukis yang sedari tadi dipandanginya. Ia sedang berada di taman belakang mansion menikmati secangkir earl grey dan kukis yang pagi tadi dibuatnya bersama koki di dapur.

"Ya?" jawab Soobin malas.

Injoon menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tuannya yang tak bersemangat. "Lord Minhyuk menunggu Anda di ruang makan. Sudah waktunya makan siang."

Mendengar itu membuat Soobin membulatkan matanya lucu.

"Kakak?" pekiknya menggemaskan. Injoon sampai dibuat terkekeh melihat antusias tuannya. "Kakak sudah pulang?"

"Sudah, My Lord. Mari."

Tanpa menunggu lama, Soobin berjalan tergesa menuju ruang makan—meninggalkan Injoon yang sibuk membereskan cangkir dan piring kukisnya.

Begitu sampai di ruang makan—benar saja, Soobin bisa melihat Minhyuk yang sudah duduk tenang di kursi—sibuk membaca surat kabar. Kaki Soobin otomatis terhenti. Si pemuda terdiam di tempat—bingung harus menyapa atau langsung duduk saja di kursi. Soobin melirik takut-takut pada Minhyuk yang sepertinya belum menyadari kedatangannya. Ia takut kalau sang kakak masih marah padanya. Sungguh, Minhyuk yang murka terlihat luar biasa menakutkan dan ia tak berani membuat Minhyuk lebih marah lagi.

"Kenapa diam?" Minhyuk akhirnya bersuara setelah cukup lama melirik Soobin yang masih saja termenung dari ekor matanya. Ia tahu jika sang adik saat ini masih takut padanya. "Duduk, Soobin."

Bergerak bagaikan robot—Soobin melangkah kaku, lalu mendudukkan dirinya di kursi depan Minhyuk seperti yang dipinta. Penerus kepala keluarga Lee itu tersenyum geli melihat tingkah kikuk adiknya. Kemana tingkah jahil dan judes adiknya itu, heh? Sekarang yang dilihat Minhyuk hanyalah Soobin yang seperti kelinci penurut; polos dan menggemaskan.

"Kakak sudah tidak marah," celetuk Minhyuk yang sudah tak tahan melihat raut wajah memelas adiknya, "Sudah, jangan memasang wajah seperti ingin menangis begitu." Lanjutnya dengan senyum mengejek.

Soobin yang mendengar itu langsung merengek. Pipinya mengembung dengan mata menyipit kesal.

"Kakak jangan marah-marah seperti itu lagi!" Rengek Soobin, "Aku takut." Lanjutnya lirih.

Mendengar itu, Minhyuk mengulurkan tangannya, mengusap-usap surai adik bungsunya lembut penuh sayang. "Maaf, ya? Kalau kamu tidak nakal juga Kakak tidak akan marah padamu."

I Woke Up As a Villain [Yeonbin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang