BAGIAN 24: FALLEN LEAVES.
🌺🌺
Jeno memperhatikan tuannya dalam diam. Sudah satu jam dia duduk anteng di sofa tak jauh dari Daniel—memperhatikan tuannya yang menenggelamkan diri dengan berkas-berkas di meja kerjanya. Dari tempat duduknya, Jeno bisa melihat sang tuan yang berusaha menyibukkan diri, meski kadang kala terhenti—hanya menatap kosong lembaran kertas-kertas puyer itu. Beberapa kali Jeno juga melihat sang tuan melamun dengan tatapan terluka.
Dia tidak tahu apa yang telah terjadi, namun Daniel sudah bertingkah menyedihkan seperti ini sejak tiga hari lalu, atau bahkan semingguan ini—sejak mereka mampir untuk singgah di penginapan dalam perjalanan pulang ke Neverland.
Jeno sudah pernah melihat Daniel seperti ini di masa lalu. Sekali.
Acuh tak acuh.
Kacau.
Pendiam—meski Jeno sendiri tahu kalau pada dasarnya Daniel memang tidak banyak bicara dengan orang yang tak beliau kehendaki, namun kali ini berbeda. Daniel bahkan jarang berbicara padanya—atau memerintahnya.
Diluar jangkauan—tidak memperhatikan sekitar, tidak waspada, hal yang hampir tidak pernah dilakukan oleh sang tuan.
Dan.... Murung.
Jeno telah mengenal Daniel sejak lama. Mereka sudah berteman baik sedari kecil. Ketika Daniel naik takhta, Jeno adalah orang pertama yang Daniel pekerjakan. Faktanya, dia juga satu-satunya orang yang dibagi 'makanan' oleh Daniel—kepercayaan Daniel padanya begitu besar. Meski seringkali acuh tak acuh, Daniel nyaris tidak pernah bertingkah murung seolah dunianya akan berakhir. Hanya satu kali Jeno pernah melihat sang tuan begitu menyedihkan seperti ini—dan itu adalah saat sang tuan mengetahui bahwa King Max dan Queen Katarina telah terbunuh akibat kudeta yang dilakukan oleh kerajaan Gorod dan keluarga Park lebih dari satu dekade yang lalu. Setelah itu pun Daniel bersikap tegar, raja muda itu tak terlihat menangis di hari berikutnya—yang ada pria itu malah menyusun siasat perang bersama ayahnya untuk balas dendam. Daniel setangguh itu, jadi kalau sang tuan sampai terlihat menyedihkan begini, berarti ini bukan masalah yang sepele.
Apa kiranya yang membuat sang tuan bertingkah seperti hidup segan mati tak mau? Apakah karena Karina? Ah, tidak. Tidak mungkin. Pengaruh Karina tidak sekuat itu untuk membuat tuannya begini—yang ada sang tuan malah akan marah-marah karena ada saja masalah yang ditimbulkan oleh wanita itu.
Jadi, kalau bukan Karina.... apakah ini karena Soobin?
Jeno tertegun begitu menyadarinya.
Betul, pikirnya, ini pasti berhubungan dengan Soobin. Kalau diingat-ingat lagi, setibanya mereka di Neverland, ia tidak pernah melihat sang tuan berbicara dengan Soobin lagi dan itu bukan karena Soobin yang menghindar—seperti yang seringkali dilakukan oleh pemuda itu—akan tetapi sang tuan. Daniel lah yang menghindar. Sudah tiga hari ini raja muda itu menyibukkan diri dari pagi sampai malam dengan cara bergelut dengan tumpukan berkas yang biasanya selesai dalam satu minggu—kini bahkan dalam tiga hari sudah nyaris selesai—juga berlatih pedang bersama Mark dan akan berhenti jika sang raja sudah benar-benar kelelahan. Daniel baru akan kembali ke Patsa setelah lewat tengah malam. Dia juga menyadari sudah tiga hari ini pula sang raja tidak meminta untuk makan malam bersama Soobin.
Pasti ada yang salah.
Jeno sudah tidak tahan lagi. Maka, dengan memberanikan dirinya, tangan kanan raja itu mengembuskan napasnya dalam-dalam sebelum memanggil sang tuan. "Your Majesty?" panggil lelaki itu cukup keras untuk didengar Daniel.
Daniel yang sedang memandang kosong kertas di tangannya tersentak mendengar seruan Jeno. Raja muda itu menoleh dengan malas pada asistennya. "Ada apa, Jeno?" balasnya tak minat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Woke Up As a Villain [Yeonbin]
FanfictionChoi Soobin, seorang mahasiswa semester tiga, kaget ketika ia mendapati dirinya terdampar dalam dunia novel yang dibacanya. Yang lebih parah, ia bertransmigrasi menjadi tokoh antagonis figuran yang dalam dua kali sebut sudah langsung mendapat ekseku...