BAGIAN 14: JEWEL IN THE PALACE.
🌺🌺
Jeno menatap tuannya curiga. Semenjak sang raja kembali entah dari mana-yang Jeno yakini sebagai pusat kota menilik dari pakaian yang dikenakan-dua hari yang lalu, tuannya itu tidak bisa berhenti tersenyum, kadang tiba-tiba terkekeh sendiri-seolah sedang mengingat sesuatu atau seseorang. Wajah sang raja tampak begitu cerah-bahkan kalau boleh berlebihan, Jeno akan mengatakan raut wajah cerah tuannya bisa mengalahkan teriknya cahaya mentari di siang bolong.
Aneh.
Ini aneh sekali.
Padahal Jeno yakin sekali sang raja tadi masih begitu muram dengan mendung yang menggelayut di kepalanya; mengingat tadi pagi masih sempat mendamprat penjaga gerbang yang telat membuka gerbang pavilion Barat akibat sakit perut.
Jeno tidak tahu apa yang membuat tuannya itu akhir-akhir ini suka ke pusat kota. Dulu, Daniel hanya akan ke pusat kota satu atau dua kali dalam sebulan untuk melihat kehidupan rakyat Neverland. Namun, kini hampir tiap hari sang raja ke sana kalau tidak ada urusan yang mendesak di istana. Dan... setiap kali, Jeno ingatkan lagi, setiap kali kembali dari pusat kota, Rajanya itu akan tantrum-mengomel-ngomel dan marah-marah tidak jelas hingga membuat penghuni istana tidak berani menegur sang raja karena aura gelap yang dikeluarkannya. Apalagi ditambah masalah yang disebabkan oleh sang calon ratu belakangan ini, membuat aura Daniel semakin kelam saja.
Tapi kini.... Lihatlah, apa kiranya yang menyebabkan suasana hati Daniel mendadak cerah begini-hingga seolah-olah Jeno bisa melihat bunga sakura beterbangan di sekitar tuannya? Ah, apapun itu, lebih baik begini daripada Jeno harus kesusahan mengurus Daniel yang tantrum. Percayalah, Daniel yang tantrum adalah hal terakhir yang ingin Jeno hadapi.
Sekarang mereka sedang berada di barak Ksatria. Mark selaku penanggung jawab barak menyambut orang nomor satu Neverland dengan ramah. Saat ini ia sibuk meladeni Daniel yang mengajaknya berduel. Jeno hanya diam menonton, tidak tertarik untuk ikut-ikutan.
Ketika duel itu selesai-yang dimenangkan oleh Daniel, sang raja tersenyum cerah dan menjabat tangan Mark yang membuat Mark bingung sekaligus ngeri. Sungguh, Daniel tidak pernah tersenyum seperti itu setelah kematian Their Majesties, dan tiba-tiba saja tak ada angin tak ada hujan sang raja bersikap luar biasa ramah. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Jeno!" Daniel tiba-tiba berteriak melempar pedangnya yang dengan sigap ditangkap oleh Jeno.
"Ya, Your Majesty?" tanya Jeno bingung. Apakah tuannya mau mengajaknya berduel?
"Berduel lah bersama Mark. Aku akan ke gudang."
Jeno mengernyitkan dahinya. "Untuk apa Anda ke gudang?"
"Mengecek sesuatu."
"Baik, saya akan ikut-''
"Tidak. Kau, tetap di sini." Larang Daniel tegas.
Mark dan Jeno hanya bisa saling berpandangan memandang kepergian sang raja. Mereka mengedikkan bahu lalu mulai berduel, melupakan tingkah laku aneh sang penguasa.
Di sisi lain, Daniel berjalan dengan cepat menuju gudang di dekat dapur istana. Beberapa kali ia bertemu dengan pelayan dapur yang menyapanya-terkaget karena melihat sang raja di pavilion Timur mengingat sang raja hampir tak pernah menginjakkan kakinya di sana.
Daniel membuka pelan pintu gudang setelah membuka palang kayu yang digunakan sebagai kunci. Ia melangkahkan kakinya memasuki ruangan temaram itu. Sumber pencahayaan hanya berasal dari cahaya matahari yang melewati jendela dan pintu utama yang dibiarkannya terbuka sehingga tidak semua sisi ruangan bisa terlihat jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Woke Up As a Villain [Yeonbin]
FanficChoi Soobin, seorang mahasiswa semester tiga, kaget ketika ia mendapati dirinya terdampar dalam dunia novel yang dibacanya. Yang lebih parah, ia bertransmigrasi menjadi tokoh antagonis figuran yang dalam dua kali sebut sudah langsung mendapat ekseku...