Drrt!
Seraya menunggu cilorku yang belum juga matang, lamunanku buyar karena nada dering ponsel. Kutatap ponsel itu serius, mataku berkedip berkali-kali memastikan siapa yang menelepon. Duh, aku itu kaum yang males teleponan. Benci banget ditelepon tiba-tiba seperti ini.
Namun, karena tidak juga dimatikan akhirnya kuangkat panggilan itu. "Halo?"
"Lo di mana?" Kudengar napas Ogi tidak teratur di balik sana.
Aku menatap sekitar, entahlah, aku tau ini di mana namun tidak dengan nama daerahnya. "Lagi di jalan."
"Jalan mana, Gia?"
"Gak tau, pokoknya tempat main skateboard. Kenapa?" Aku mengode ayah yang sepertinya lelah menunggu, bahwa cilorku sedang dimasak.
"Loh? Udah pulang?"
"Udah." Kuterima cilor itu seraya memberi uang lima ribu rupiah dan kembali ke mobil.
"Kok gak ngasih tau gue? Pantesan gue cari gak ketemu."
Kulirik ayah yang sepertinya penasaran dengan siapa aku telponan. Bisa gawat kalau ayah tau yang aku telpon adalah laki-laki. "Iya, aku matiin, ya, bye!"
"Siapa?" Nah, 'kan!
"Temen aku, Yah." Menutupi kegugupanku, cilor itu kutelan dengan cepat.
Syukurnya ayah hanya diam, tidak enak rasanya karena mematikan telepon itu sepihak, aku memutuskan untuk kembali mengabari Ogi.
Selanjutnya, Ogi tidak lagi membalas pesanku. Aku memutuskan untuk mematikan ponsel itu dan kembali menikmati cilorku yang hampir habis.
Kuteguk habis air minumku. Memang salah dia kah sampai meminta maaf begitu? Padahal aku tidak minta tolong untuk diantar olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WILL LOVE YOU BETTER [END]
Teen Fiction"'Cause I loved you first, but someone will love you better." Gia kalang kabut ketika perempuan yang menjadi kekasih roleplayer-nya menelepon, bisa terbongkar penyamarannya dan akan dibenci Valency selamanya. Dengan tak tahu malu, Gia menarik lengan...