Badanku sama sekali tidak segar karena tidurku yang terganggu semalam. Usai mengucapkan kalimat malam itu, Naufal langsung mematikan panggilannya dan meninggalkan aku yang kebingungan.
Berbagai macam pertanyaan bersarang di benakku. Kenapa dia memanggil aku Shasa, kenapa dia menelepon aku di antara banyak manusia lain dan kenapa dia bersikap seolah sedeket itu denganku?
Namun, hari ini pertanyaanku sepertinya tidak terjawab karena Naufal absen. Sera nampak sibuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang menumpuk karena terlalu sering absen
"Masih pagi udah tidur," celetuk Sera heran melihat aku yang merebahkan kepala di atas meja.
Aku hanya tersenyum semu membalas perkataan Sera. Notifikasi dari ponselku terus berbunyi karena pesan dari Valency, syukurnya gadis itu tidak marah dan memperpanjang kejadian semalam.
Tidak bertahan lama tidurku, suara Kaogi membuat kelas menjadi riuh karena pengumuman bahwanya seluruh kelas diharapkan berkumpul di aula. Sera yang sedang sibuk-sibuknya menjadi kesal karena baru juga terkumpul niatnya untuk belajar, sudah ada saja yang merusaknya.
Kami berjalan beriringan di koridor yang ramai karena semua orang berjalan menuju tujuan yang sama, tetapi langkahku dan Sera terhenti karena seorang gadis dengan jepitan merah muda di rambutnya itu. "Seraphina, ya? Ditunggu pak Anton di BK, katanya ada perlu."
Aku yang mendengar itu jadi cemberut, begitupun Sera yang mau tak mau jadi melepas genggaman tangan kami. "Nanti kalau udah selesai aku nyusul. Kamu duluan aja."
Awalnya aku ingin ikut saja dengan Sera, tetapi gadis itu meyakinkan bahwa ia hanya sebentar dan pasti akan datang lalu duduk di sebelahku. Akhirnya, aku luluh dan membiarkan Sera pergi ke arah yang berlawanan denganku.
Dengan langka berat, aku berjalan menyusuri koridor yang mulai sepi. Anak-anak sudah terlihat ramai dan berisik di aula, sementara, aku menyipitkan mata mencari di mana anak-anak kelasku berkumpul.
Kurang lebih tiga puluh detik aku berhasil menemukan kelasku. Ternyata bangku yang tersedia sudah habis, di tengah-tengah kebingunganku aku berniat untuk duduk di kursi kosong di bagian laki-laki. Tetapi, aku tidak memiliki keberanian untuk duduk di sana.
Mereka melihatku, menyadari keberadaanku. Tetapi, mereka seakan tak peduli dengan apa yang aku lakukan. Harusnya aku berani untuk bertanya pada mereka, namun entah kenapa mulutku rasanya berat, memilih untuk diam dan berdiri saja.
"Gia, kamu telat juga, ya?" Gadis dengan kawat gigi itu bertanya padaku.
Aku mengangguk. "Kursinya udah habis," balasku.
"Eh, Dila. Sini duduk, kosong nih depan gue." Rua memanggil gadis di sebelahku dan menepuk bangku kosong di depannya.
"Ga ah, tempat cowok," balas Dila.
"Gapapa lah, emang lo mau berdiri di situ sampai kelar?" sambung cowo di sebelah Rua. "Sini duduk aja, gapapa kita sekelas juga," tambahnya.
Dila melirikku, "Kamu mau duduk berdua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I WILL LOVE YOU BETTER [END]
Teen Fiction"'Cause I loved you first, but someone will love you better." Gia kalang kabut ketika perempuan yang menjadi kekasih roleplayer-nya menelepon, bisa terbongkar penyamarannya dan akan dibenci Valency selamanya. Dengan tak tahu malu, Gia menarik lengan...