42 - i don't understand but i luv u

13 0 0
                                    

Naufal mundur, ia tersenyum sinis memegang bibirnya yang perih. "Santai." Naufal menatapku, lalu melirik Ogi yang masih emosi. "Gak gue apa-apain kok," ujarnya.

"Iya, 'kan, Sha?" Naufal menyelipkan rambutku ke belakang telinga dengan wajah tengilnya itu.

Kerah bajunya kembali ditarik Ogi, membuat cowok itu mundur menjauhiku. "Maksud lo apaan, hah?" Ogi menatap Naufal tak santai.

"Kenapa lo marah? Kocak!"

Ogi semakin kuat menarik kerah Naufal. "Ya kenapa emangnya kalau gue marah? Urusan lo?"

"Lah? Aneh lo! Emang lo siapanya berhak nonjok gue karena nangis doang?"

"Mata lo nangis doang!" Bugh. Ogi kembali meninju rahang Naufal membuat cowok itu mendesis ngilu.

Entahlah kenapa drama sekali mereka berdua, membuatku menggeleng heran. Melihat Ghani turun dari studio segera aku berlari ke arahnya untuk menghentikan Ogi dan Naufal yang mulai panas.

"Kaogi, udah!" Ghani menahan Ogi dengan mengalungkan lengannya ke leher cowok itu dari belakang.

Aku menatap mereka berdua heran, menghampiri Naufal yang terduduk di rumput dan membantu cowok itu berdiri. Bibirnya yang memar dan berdarah disentuh cowok itu yang membuatnya mendesis.

Kukeluarkan tisu dari tas milikku dan meminta Naufal untuk menunduk, agar aku bisa menghapus darahnya yang menetes.

Belum juga menempel tisu milikku pada bibir Naufal, Ogi sudah menarik sebelah tanganku kasar. "Lo pulang bareng gue."

Aku tak menjawab kalimatnya. "Gak mau?" tanyanya entah kenapa seperti akan mengajakku duel, tidak ada lembut-lembutnya.

"Iya, bentar."

Kuberikan tisu itu pada Naufal. "Sorry, Pal. Aku duluan, ya."

Meski bibirnya perih, Naufal tetap tersenyum tipis membalasku. Ia mengambil tisu pemberianku.

Hendak melangkah, tetapi sebuah tangan tiba-tiba mencengkeram pinggangku dan mengangkatku bak karung beras. "Lama."

"OGI!?" pekikku memukul punggung cowok itu meminta agar segera menurunkanku.

Walaupun sekolah sudah sepi, tetap saja aku tidak nyaman berada di gendongannya. "Turunin, Ogi," pintaku yang tak didengarkan Ogi. Ia tetap berjalan dengan santainya menuju parkiran.

Astaga, aku benar-benar malu.

Menuju parkiran, kututup wajahku dengan rambut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menuju parkiran, kututup wajahku dengan rambut. Rasanya aku mau menghilang saja melihat banyak adik kelas yang masih berkeliaran menunggu jemputan dan yang masih pacaran di taman sekolah.

Aku tak mengerti jalan pikiran cowok yang menyandang tas gitar di punggungnya ini. Aku digendongnya, tas disandangnya, apakah dia tidak keberatan? Rasanya semua manusia aneh akhir-akhir ini.

I WILL LOVE YOU BETTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang