perjalanan

70 52 11
                                    

Mereka keluar dari basmen, bersiap - siap meninggalkan area sekolah dan daerah sekitar tidak tau tujuan kemana mereka pergi. Hanya waspada dengan daerah yang sedang mereka tepati karna sudah tidak berpenghuni, manusia lain pun tidak terlihat . menunggu Bala bantuan dari pemerintah sepertinya mustahil karna tidak ada kabar apa pun, internet mati. Daerah sini sudah tidak aman untuk mereka huni

Bangunan di luar sekolah ikut hancur, para pemilik, penghuni tidak terlihat. Mereka juga penasaran apa ada yang selamat atau mereka ikut meledak. Arah jalan pun sudah tidak terlihat mereka kebingungan mencari jalan yang benar dan jalan yang tidak tertutupi dari bekas ledakan . Semuanya berjalan hanya mengikuti Nagi saja. Selang 20 menit, Tak jauh dari mereka, terlihat genangan darah dan mayid yang tergeletak di jalanan, Muntahan dan segala jenis organ tubuh yang yang keluar. Bus yang menabrak kios. mobil hancur , sepeda motor yang kerangkanya ada di mana-mana.

Syara ingin puntar balik, dia muntah - muntah melihat semuanya, Bima melemas matanya memerah, air mata keluar begitu saja tangannya memegang hidung dan perut, ingin sekali muntah tapi hanya mengeluarkan air liur. Nagi berjalan gontay , tidak peduli dengan bau busuk yang dia lewati . Dia menginjak - injak mayad karna itu salah satu jalan yang bisa ia lewati.

PB mempermudah jalan untuk kasta, dan afgan yang masih membopong Raya . Dia bersih keras mendorong mobil yang sudah separuh badan, di bantu Nagi dari depan.
Kasta menyisir rambut panjangnya ke belakang telinga dan tersenyum tipis kepadanya . Afgan penepuk punggung PB. Mereka terus berjalan 10 mnt.

Nagi Sedikit mengenali daerah sekitar ia berlari kencang mendekati tiang listrik yang roboh dia mengobrak -abrik papan di belakang tiang listrik dan benar itu adalah pertigaan ke arah rumahnya. Tapi kawasan itu sudah tenggelam. Daerah yang dia tinggal, tempat ibunya kerja, dan tempat Ita bersekolah sudah menjadi kawasan air . Nagi berdiri termenung ia mengusap wajahnya, air matanya turun jatuh membasihi aspal. Aspal. yang sedang dia injak juga retak. Seseorang memegang tangannya dan ternyata afgan. dia Mengajaknya untuk meneruskan perjalanan.

Terik matahari membakar kulit, pelipis penuh dengan keringat. Nagi berjalan di belakang kasta yang sedang merangkul raya yang di bantu Afgan . Mata raya sejak tadi masih menutup, air liur membanjir di pipinya.

Debu - debu berhamburan angin meniupnya kencang membuat seluruh mata mereka terlilip debu. Bima tersedak dan meludah, dia sedikit merengek dan mengusap keringat di pelipisnya. "kita udah berjalan berapa jam, katanya". syara menyikutnya lalu berjalan lebih cepat darinya. PB yang Lajunya paling depan di susul syara seketika dia menghentikan syara menggunakan kayu panjang, syara hanya meliriknya menghentakan kayu yang PB pegang. Afgan meneriakinya untuk tidak berjalan terlalu cepat.

Nagi seketika sudah di depan syara, semuanya terkejut. Syara yang tepat berada di depan Nagi meringis. " kenapa sih loe ". Nagi memasang muka datar mata melihat syara dengan tatapan melirik ke atas karna dia lebih tinggi darinya. Nagi berjalan di depan syara di susul Bima di sampingnya sambil berceloteh, tapi Nagi tidak menanggapinya dia lekas mundur dan berjalan berdampingan dengan PB.

Matahari mulai meredup, hari mulai ashar. Nagi mendekati sebuah bangunan kosong yang
sedikit sempit. PB yang duluan masuk memastikan bahwa tempat itu layak untuk di huni, tidak ada darah atau bangkai, dan mayat.
kasta dan afgan menaruh raya di depan bangunan syara duduk di atas batu, PB masuk kedalam bangunan . Nagi pergi mencari potongan kayu tak jauh dari mereka, Bima ikut di belakang Nagi sambil memberikan air minum padanya tapi dia hanya mendengus.

Bibir Bima mencuit seperti bebek, ia memasukannya lagi ke dalam tas Nagi. Tiba- tiba Bima Terpeleset tangannya lekas memegang kaki Nagi " ahh-hhhh"".., Tapi Nagi masih berdiri kokoh walaupun Bima seorang laki-laki . Nagi menghentak - hentakan kakinya . " lepasin "..!!
" Nagi ...tolongin gue " , please...!! pelas Bima.
Nagi mendelik lalu menjatuhkan kayu yang dia pegang , membuat Bima menutup telinganya. lalu ia pun membantunya berdiri , Mengusap -usap bajunya dengan keras, menata rambutnya. " Makasih gi " , katanya lembut sambil tersenyum. Nagi lekas memungut kayu dan memberikan 3/4 kepada Bima, Ia memberikan ekspresi mulut menganga dan mata mbelolo wajah memerah. Nagi tak begitu peduli ia berlari meninggalkan Bima.

Failure . ℅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang