Mirip

57 43 9
                                    

      Nagi dan raya merapatkan telinganya di pintu. Afgan, PB, dan Bima berada di belakang mereka membawa kayu. Suaranya tak terdengar lagi, hanya air hujan yang deras.

Duk... ..suaranya terdengar sekali lagi.
Nagi bergegas membuka papan di samping raya dia mengintip di tembok yang bolong.
sebelah matanya menelusuri ke luar, tapi tidak ada seseorang di luar hanya air hujan yang semakin menaik.

" Siapa..? Tanya Bima lirih. Nagi menggeleng.

Afgan menipuk pundak Nagi untuk bergegas mundur , ia juga ikut penasaran dan mengintip. Tapi gedoran di balik pintu semakin keras, dan sekarang malah terdengar suara tangisan. mereka semua terdiam, PB membuka pintu pelan - pelan.

" jangan buka lebar - lebar " afgan menimpali.
pintu terasa berat di tangan PB, raya sedikit meremas pundak Bima. Bima meliriknya dan menjatuhkan tangan raya, tinggi mereka hampir sama .

PB membukanya sedikit, matanya menelusuri keadaan di luar  ia tidak melihat apa-apa . semuanya ikut condong melihat gerakan PB .
PB memutar kepalanya sambil menggeleng.
afgan sedikit melangkah dan menarik pundak PB " Biar gue yang liat ". Tapi tiba - tiba sepatu PB merasa ada yang memegangnya, semuanya tersentak Raya menggigit kukunya  . Dengan tarikan cepat afgan membuka pintu lebar - lebar  .

Mata mereka semuanya membesar, Seorang anak duduk di pojok di bawah pintu dengan baju yang basah kuyup.

" Reza.. " panggil Nagi yang berdiri di belakang afgan. Afgan dan PB seketika melirik Nagi.

Bima dan raya malah berlari ke keluar menarik anak kecil itu menggotongnya  bersamaan ke perapian , keadaannya sangat mengilukann. Tubuhnya kecil , basah kuyup jidatnya berdarah.

Syara mendekati Nagi yang berdiri di tengah di antara PB dan afgan.

" ade loe.. ??" Nagi hanya melihat ke arah perapian. Bima dan raya malah sibuk menghangatkan tubuh reza.

" bukanya lebih baik.. " kamu datengin adek loe.. " lirih afgan  , Nagi tidak berkutik. Afgan tidak tahu apa yang di pikirkan Nagi dia hanya menatapnya, lalu menghela nafas .

Bima melepaskan baju reza dan memakaikan  jaketnya. Raya sibuk mendekatkan tangan reza ke api. " wah..." Bima tersenyum riang.Mata reza masih tertutup bibirnya pucat, badannya menggigil. Raya mengelap darah di jidatnya, mata reza sedikit demi sedikit mulai terbuka.
Raya memegang pipinya.

reza sontak terkejut karna dia melihat seorang cewe dan cowo di depannya yang tersenyum bersamaan.

Bima berlari ke arah Nagi, dia merebut tasnya lalu mengambil sebungkus roti dan air. Nagi tidak melawan

Kasta ikut berdiri di belakang raya membuat reza semakin mengerutkan keningnya matanya berkaca - kaca.

" kalian siapa.. " Raya membalasnya dengan tersenyum.

kasta sedikit menyikut raya, " loe ga takut sama dia.. ". Raya tidak membalas, kasta melihat Nagi yang berdiri seperti patung, dan sekilas melirik PB, mereka bertatapan . Kasta pun bertingkah aneh, dia mengalihkan pandangannya dan menarik rambutnya kebelakang telinga. " Seterah loe aja " lalu pergi meninggalkan perapian.

Bima membuka sebungkus roti dan memberikannya pada anak kecil di depannya.
reza tidak langsung menerimanya. Tapi Bima dan raya memaksa. Reza menerimanya lalu melahapnya pelan. Mereka berdua mengelus-elus rambut reza.

" Mereka terlihat akur.. " syara dan afgan berseru bersamaan.

" Nama kamu siapa ? ? tanya raya lembut, Bima memberikan air minum padanya.
Reza meminumnya sedikit, lalu menatap raya dan Bima bergantian.

" Reza.. " raya dan Bima saling berpandangan.

" kamu tuh mirip banget, tapi versi kecil dan lucunya.. ".

reza yang ingin melahap rotinya terdiam, dia hanya menatap rotinya saja. " maksud kaka" reza menatap cowo didepannya.

" hmm.. Nagi.. "?

" Nagi.. "

Bima tersenyum lalu memandang Nagi, kepala reza mengikuti arah pandangan Bima.







ngenes udah ngenes☺😊😇

Failure . ℅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang