Juni 2017

765 55 0
                                    

Suara rintihan sosok yang tengah berlumuran disana memenuhi ruangan. Kesunyian pun kian menambah perih pada luka di sekujur tubuh.

Tak ada insan lain yang menemani, hanya ia yang menangis seorang diri.

"Siapa?"

Suara ketukan di pintu hendak diabaikan, namun ketukan ragu-ragu itu tak kunjung berhenti bahkan setelah sepuluh menit berlalu.

"H-hyung.. Kau tidak apa?"

Jeongwoo berdecih, kian menekan luka pada kaki yang terus mengucurkan darah.

"Begini, a-aku tidak sengaja melihatmu masuk.. S-sepertinya kau terluka parah"

"Pergi"

"Aku hanya akan membantumu mengambil obat lalu pergi, biarkan aku masuk"

"Ku bilang pergi sialan!!"

Pening mendadak menerjang, gelap pun melanda dan hening kembali datang.

















.

"Kau sudah sadar?"

Susah payah Jeongwoo menetralkan retina guna menajamkan penglihatan. Ia mendapati Junghwan dengan wajah pucat juga keringat membanjiri.

"Sedang apa kau disini?"

"M-maafkan aku, aku memanggilmu berulang kali t-tapi kau tidak menjawab. J-jadi aku—"

"Kau yang melakukan ini?"

Hanya anggukan yang Junghwan berikan. Jantungnya berdegup kencang, rasa takut kian menjadi walau ia tahu jika yang dilakukannya adalah hal benar.

"Kau berdarah terlalu banyak, a-aku hanya bisa melakukan ini"

Jeongwoo merunduk, mendapati perban membalut 30 persen tubuhnya.

Hening cukup lama, membuat tubuh yang lebih muda bergetar halus lantaran takut.

"A-aku akan pergi. Aku tidak akan memberitahu papa—"

"Terimakasih"

".....?"

"Kau telah menolongku, terimakasih"

"Ah iya, sama-sama. K-kalau begitu aku—"

"Aku pasti akan membalasnya"

"Tidak apa hyung, tidak perlu"

"Aku akan membalas budi atas pertolonganmu, Park Junghwan"

"......?"

"Aku pasti akan membalas budi, untuk waktu yang lama"



























































.
𝙿𝙰𝚃𝚁𝙾𝙽

Patron | DrabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang