Jeongwoo mengebrak pintu di belakang, menguncinya agar yang di dalam tak bisa keluar begitu pula sebaliknya.
Perlahan Jeongwoo mendekat, membuat sosok lain yang ada disana meringsut kebelakang.
"H-hyung, maafkan aku.."
"Minta maaf saja terus sampai mati"
..........
........
......
"Park Junghwan"
Junghwan tersentak dengan tubuh bergetar, nada bicara Jeongwoo terlampau dingin dengan hawa mencekam.
"Ada yang ingin kau katakan?"
Junghwan hanya menggeleng kecil dengan kepalanya yang terus merunduk.
Ia takut, sangat.
Apapun yang ia katakan, akan menentukan bagaimana nasib orang yang ada di balik pintu sana.
"Ku hitung sampai lima, katakan padaku atau kucari tau sendiri-
Satu.
Dua.
Ti--"
"Maaf!"
"Sudah ku bilang. Jangan meminta maaf, siapa yang salah?"
"A-aku, terjatuh, t-tidak a-ada-"
Getaran pada tubuh Junghwan kian menjadi. Jantungnya berdegup kencang dan sekujur tubuhnya seolah menjadi jeli.
Jeongwoo mengayunkan kakinya, menendang tong sampah yang berada tepat di samping sang adik dengan berbagai kata kotor menyelingi.
"Kau takut?"
Hanya gelengan kecil sebagai jawaban. Tangan Jeongwoo terulur untuk mengangkat dagu yang lebih muda guna bersitatap.
Ibu jadi pemuda itu bergerak mengusap bercak keunguan di sudut bibir sang adik.
"Jangan takut, ini bukan salahmu"
"......."
"Ini salah mereka"
"......"
"Dan kau ingat kan, apa kata papa?"
...........
........
"Y-yang salah harus di hukum"
"Benar, jadi, katakan padaku, aku akan menghukum mereka untukmu"
.
𝙿𝙰𝚃𝚁𝙾𝙽
KAMU SEDANG MEMBACA
Patron | Drabble
Hayran KurguJeongwoo terlalu terobsesi dengan adiknya. -300 words ⚠️ Semua yang ada dalam cerita ini merupakan fiksi dan tidak untuk ditiru⚠️ -09/01/2024