-Douceur-

803 37 5
                                    

Beberapa hari kemudian...

Alex sudah dirawat di rumah Arsen, dengan dokter keluarga. Saat itu, Ia hanya pasrah ketika Arsen berdebat dengan dokter di rumah sakit, yang pada akhirnya tetap memaksa membawa tubuh lemah alex ke kediamannya.

Ia membuka matanya, dan menatap jendela kecil di kamar itu. sesekali ia menghela nafas panjang, tubuhnya masih lemah, dan kebosanan melanda dirinya. Dalam hatinya, ia selalu mengumpat kepada Arsen, tentang semua yang terjadi dengannya. Apalagi, kedua sahabatnya tidak bisa lagi mengunjunginya karena ia sekarang sudah di rumah Arsen.

Ketika Alex masih sibuk dengan pikirannya, seseorang yang tak henti ia kutuk itu akhirnya datang dengan keangkuhannya. Seperti biasanya, wajah dinginnya itu terlihat menusuk di hati Alex. Bahkan, alex sudah malas berdebat dengannya atau memulai pemberontakan, bukan hanya karena kondisi tubuhnya yang belum pulih, tapi rasa sakit hatinya juga. Tiba-tiba saja, pemuda itu naik ke atas ranjang tempat tidur alex, lalu membuka jasnya dan hanya menyisakan kemeja hitamnya. Salah satu tangannya seakan menjadi bantal untuk kepala alec, dan kemudian ia memeluk alex dengan lembut.

Sejujurnya, akhir-akhir ini Arsen bertingkah aneh. Dia tidak membentak alex seperti sebelumnya, ia hanya diam, kadang-kadang ia hanya membisikan kata – kata kasar tapi dengan suara lembut yang membuat Alex merinding mendengarnya.

"Kau masih berniat mengikuti kompetisi sialan itu?" tanyanya tiba-tiba, sembari melempar pandangannya pada tumpukan buku di meja dekat ranjang tidur,

"memang kenapa? Aku sudah berjuang untuk sampai di peringkat tertinggi, aku tidak akan menyiakan-nyiakan itu" jawab alex dengan kesal,

"Kau bajingan kecil, kenapa kau cerdas sekali" gerutunya sembari memelek Alex semakin erat,

Dalam hati, alex hanya menggerutu pada si bajingan itu. "apa salah kalau aku cerdas? Dasar aneh" pikir alex kesal,

Dia terdiam, pemuda yang sedang memeluk tubuh Alex itu hanya memandang diam pada sesuatu didepannya, seakan tengah berfikir keras.

"Apakah gadis itu akan ikut juga?" tanyanya pelan,

"gadis? Gadis siapa?"

"Mantanmu.. Gadis bernama Jane, kau menulis kalau dia wanita yang paling kau cintai"

"kalau iya, kenapa?"

Alex tidak heran kalau arsen mengetahui soal jane, karena semua hp dan laptopnya sudah pernah dijelajahi. Bahkan media sosial alex juga sekarang berada di tangan arsen.

"Kalau begitu, kau tak boleh datang.. apa perlu aku meminta panitia mendiskualifikasimu?"

"Gila ya.." bentak Alex tersentak, kata-kata itu membuatnya naik pitam, mata Alex memerah penuh amarah.

"Kenapa kau semarah itu? wajar kan, kau bonekaku..." jawab Arsen seakan tanpa rasa bersalah,

Bagi Alex, kompetisi ini bukan sekedar kompetisi biasa. Ini adalah kesempatan baginya untuk bisa mendapatkan beasiswa pertukaran mahasiswa ke German. Jika dia gagal, dia sudah tidak memiliki kesempatan lagi.

"Aku tidak suka, bisakah kau membiarkanku hidup bebas, aku bukan boneka siapa-siapa" gumamnya,

"Aku sudah membelimu.. ayahmu yang sudah menjualmu.. "

"AKU Tahu.. jangan terus mengulang-ulang itu.. " teriak Alex sembari menutup telinganya,

Arsen menatap lama pada sosok di pelukannya, ia masih tak mengerti mengapa ia menjadi lembut seperti itu.

"Aku merindukan tubuhmu" ungkap Arsen tiba-tiba,

"Ah sial, aku masih sakit.. " bentak Alex dengan menyingkirkan tangan arsen yang sudah merayap ke bagian-bagian terlarang di tubuh alex. Ia tak habis pikir, pemuda tampan yang seperti iblis itu benar-benar tidak punya rasa kasihan.

You are my doll || GeminiFourth ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang