-Emosi (2)-

352 28 0
                                    

***

Hujan begitu deras dan dinginnya udara datang menyergap tubuh lelah Alex yang sendirian di kamar. Ia tidak ingin menyalakan lampu, ia membiarkan kegelapan memeluknya. Pikiran alex hanya melayang pada ayahnya yang mungkin tengah berjuang untuk melepaskannya dari cengkeraman keluarga gila ini. sejenak, ia merindukan sosok ibunya yang hanya meninggalkan kenangan semasa kecil. Jika saja, ayahnya tidak menikah lagi dan membesarkan Alex dengan sepenuhnya seperti masa lalu, mungkin alex tidak akan terjebak pada kesenangannya di meja judi. Penyesalan menghantamnya, sesak, tapi ia harus terus bernafas. Jendela kecil di depannya terus menemaninya, memperlihatkan dunia luar yang kini menjadi lukisan semata baginya.

Suara isakan tangis itu terdengar, sama-samar, namun terasa begitu menyedihkan. Ia diombang-ambingkan pada prasangka dan perasaan yang tidak tahu berakar dari mana. Ia menyesali perasaan itu, mengapa dengan mudahnya terbuai oleh kelembutan sesaat yang dipajang, sementara Alex tahu benar bahwa penderitaannya juga berakar dari orang yang sama. "apa aku benar-benar sudah seputus asa itu?" gumamnya lemah. Jauh ia memandang ke dalam tetesan hujan itu, ia hanya menemukan satu keinginannya, yaitu kebebasan.

***

Ketika pikiran-pikiran jahat itu masih berkeliling di benak Alex, suara pintu terbuka dengan pelan menarik perhatiannya. Ia sudah tahu benar siapa yang baru saja masuk, seakan hatinyapun tengah menantinya. Ia masih diam, dan mereka hanya bergelut dalam kesunyian. Pemuda itu dapat merasakan seseorang naik ke atas ranjang, dan wajahnya mendekatinya seakan ia ingin membisikan sesuatu, cukup lama, namun tak ada kata-kata yang keluar. Alex masih menutup matanya dengan tetap menunggu, pada suara nafas yang seakan ingin meluapkan perasaannya, namun pada akhirnya hanya suara kehampaan yang terdengar. Yah, Alex menunggu kata yang tak akan diucapkan oleh Arsen. Bukan, Alex-pun tidak pernah berharap, namun kenapa diam-diam perasaannya sakit. Apakah karena sekarang ia tahu, bahwa lelaki yang sudah merenggut keperjakaannya dan memberinya kehidupan menyedihkan ini akan segera menikah dengan seorang wanita? Bukankah itu bagus? Lalu kenapa sakit? Lalu kenapa dia marah, sedih dan seakan paatah hati? Alex benar-benar tidak mengerti dengan perasaaannya.

***

Sementara arsen yang sudah merebahkan tubuhnya di samping alex hanya diam sembari menikmati kegelapan. Tangannya diam-diam memeluk pinggang pemuda itu, dan membenamkan wajahnya pada punggung mulus Alex. Di sisi ini, ia memang sudah meminta maaf pada Alex, tapi nafasnya seakan menyembunyikan perasaan lainnya. dia tidak mengerti apa itu, tapi ia merasakan bahwa ia ingin memeluk tubuh kurus itu lebih lama dari biasanya.

Setelah kejadian pagi itu, seharian Alex harus menghadapi tekanan dari berbagai pihak, terutama dari ayahnya sendiri. karena kejadian yang tidak diprediksi siapapun membuatnya harus menghadapi pernikahan lebih cepat. Meskipun Danielle tidak memberitahukan ke ayahnya soal keberadaan Alex dan tentang orientasi seksual Arsen, namun dengan sikap Danielle sudah membuat ayah Danielle mendesak Arsen dan keluarganya untuk mempercepat pernikahan. Bukan dalam hitungan bulan, tapi dalam hitungan minggu. Sementara Arsen tahu benar, ia tidak pernah memiliki perasaan melebihi seorang adik kepada Danielle, ia tidak bisa mencintai Danielle. Di saat – saat terhimpit itulah, bayangan alex menyelimuti pikirannya, bukan hanya ketika alex tengah kesal atau merengek, tapi ketika wajahnya yang cantik ketika belajar dan tersenyum akan satu hal. Ia ingin menghapus semuanya, tapi ia sendiri ketakutan pada apa yang ia rasakan.

"dua hari lagi, surat ijin itu akan keluar. Setelah itu kita sudah tidak memerlukan anak itu, bunuh dia" perintah ayah Arsen padanya.

"Membunuhnya?"

"bukannya itu memang tugasmu" tegas ayahnya kembali,

Arsen terdiam.

Perjalanannya menuju rumah tak semenyenangkan biasanya, apalagi hujan tiba-tiba turun dengan deras. Diantara kegelapan malam, ia hanya menyaksikan dirinya sendiri yang dirundung pada kegalauan. Ia tidak pernah melibatkan hati dan perasaan sebelumnya, lalu kenapa pada alex, ia begitu...

You are my doll || GeminiFourth ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang