-pleurer en silence-

875 40 3
                                    

Arsen berdiri sambil memandang tubuh lunglai Alex, dengan kaos hitam yang sudah mulai basah oleh keringat. Sesaat, ada percakapan singkat antara dokter dan arsen. Beberapa menit kemudian, ia mengusir dokter dari kamar, dan merebahkan tubuhnya disamping tubuh alex. Arsen duduk di atas Kasur, sembari membuka handphone dan berselancar melihat isi galeri alex. Sesekali ia tersenyum melihat foto alex yang bermain-main dengan temannya, atau ketika ia sedang berpose sok keren. Wajah manis itu benar-benar tak cocok dengan gaya sok keren yang ia perlihatkan, senyumnya cukup membekas bagi arsen.

"berhenti melihat fotoku!" suara Alex yang serak, mencoba tegas,

"Kau bangun?" Tanya Arsen basa basi,

Arsen menatap lembut pada alex, sementara alex membalas tatapan itu dengan mata kesal yang seakan ingin memukulinya. Arsen menyeringai. Dia melempar handphone itu ke tubuh lemah Alex, dengan tatapan nakal dia menelisik expresi penasaran Alex.

"Apa ini?"

"Hari ini, datanglah ke kampus. Temanmu menunggu, ada tes" jelas Arsen dengan nada datarnya,

"Sial, aku.. aaahh... " kata-kata Alex terhenti karena rasa sakit itu kembali lagi, ia meringis sembari memegangi perutnya.

Pandangan mengganggu diperlihatkan Arsen, ketika melihat alex kesakitan. Ia memiringkan kepalanya lalu menarik tangan lemah Alex dan meremasnya dengan kuat, seakan ingin menghukum Alex.

"Sakit, apa apaan sih.. " bentak alex,

"Jangan sok lemah, dasar!" gerutunya tanpa alasan, lalu pergi meninggalkan alex yang kebingungan sendirian,

Setelah tubuh pemuda yang sedang ngambek itu pergi, alex hanya memasang wajah cemberut dan heran dengan tingkah pemuda itu. tentunya, itu menjadi kumpulan perasaan menjengkelkan. Tangan pucat itu menggapai kembali handphonenya, dan membuka satu persatu pesan yang sudah dibaca Arsen tanpa izinnya.

"Tidak sopan, seenaknya mengintip handphone orang lain.. " gerutunya semakin kesal,

Kekesalan itu semakin memuncak saat ia membaca balasan kejam Arsen ke semua pesan dan email yang masuk ke hp nya. Dengan panic, ia segera menelpon teman-temannya untuk mengklarifikasi dan menjelaskan kondisinya.

" Halo, Vau.. "

"Masih ingat punya teman? Semalam, kayaknya gak ngakuin tuh... "

"Itu bukan aku, sumpah," ucapnya dengan panic dan kesal,

"bukan kau?"

Tiba –tiba, mark menyahut dari belakang panggilan, tentunya dengan nada marah dan kata-kata sarkas.

"Kalau memang masih teman, temui kami sekarang. Kau tau kan, kalau hari ini tesnya.. " bentak Mark, yang terdengar jelas di telinga Alex. Vau mencoba menengahi dengan memberikan saran, untuk menemui mereka setelah tes. Alex hanya terdiam mendengarkan, sembari memegang perutnya yang masih sakit.

***

Pada akhirnya, Alex berangkat ke kampus diantar kedua pengawal setia Arsen. Sebelumnya, dokter sudah memperingatkan untuk tidak banyak bergerak dan memaksakan diri. Pesan itu, rasanya hanya menjadi angin lalu bagi alex. Dia tidak ingin, teman-temannya tahu tentang kondisinya saat ini. ia mencoba sebisa mungkin bertindak seperti ia baik-baik saja.

Sesampainya di kampus, segera ia turun dari mobil dan berjalan naik ke gedung kampusnya. Ia harus melewati tangga yang begitu banyak. Dengan segenap kekuatan yang tersisa, ia memegang besi pegangan sembari naik ke atas gedung. Di dalam gedung, ia sudah ingin menyerah untuk naik lagi ke ruangan tes. Semua lift sudah penuh, dan beberapa lift lainnya rusak diwaktu bersamaan.

You are my doll || GeminiFourth ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang