4. Jadwal

1.1K 134 16
                                    

Suara yang amat berisik yang terdengar dari luar kamar membuat Scarlett terbangun. Pukul enam memang sudah pagi, tapi masih terlalu awal bagi Scarlett untuk meninggalkan ranjang sebab dia telah memgambil cuti. Mengucek matanya, Scarlett segera keluar dari kamar karena mengira suara itu berasal dari kamar Daisy yang mungkin sudah bangun dan sedang melemparkan mainannya ke lantai untuk mendapatkan perhatian. Namun ternyata dugaannya salah, suara yang mengusik tidur Scarlett bukan berasal dari kamar putri Becca melainkan dari arah ruang keluarga.

Scarlett segera melangkahkankan kakinya dengan penuh rasa penasaran menuju ke arah sumber suara, hingga dia menemukan tumpukan kardus yang sedang Xavier bawa. Beberapa sudah jatuh di lantai dengan isi yang berhamburan. Oh, beruntung itu hanyalah pakaian.

"Apa yang sedang kau lakukan pagi-pagi begini?" tanya Scarlett.

Xavier meletakkan tumpukan kardus di atas meja tamu lalu dengan napas yang berkejaran dia berusaha menjawab pertanyaan wanita itu, "Ini...aku...aku akan pindah"

Uh?

Belum sempat Scarlett memproses apa yang baru saja dia dengar Xavier sudah lebih dulu bertanya, "Jadi di mana aku bisa meletakkannya, kamar Danny dan Becca atau kamar tamu? "

Scarlett tergagap, "Ka-kau ingin tinggal di sini?"

Xavier dengan mantap berkata, "Ya, aku tidak bisa mempercayakan Daisy dirawat sendirian oleh wanita yang tidak berpengalaman sepertimu"

Sialan.

Scarlett melangkah mendekatinya dan berdiri tepat di hadapannya sambil berkacak pinggang dan membusungkan dada, "Kau pikir dirimu cukup hebat, Xavier? Mari kita lihat siapa yang lebih baik dalam merawat Daisy!"

Xavier tidak membalas kata-kata Scarlett yang penuh dengan tantangan lelaki itu hanya tersenyum miring kemudian tatapannya jatuh pada puncak dada Scralett yang tercetak jelas di balik tanktop tipis nan ketat yang wanita itu kenakan. Scarlett yang menyadarinya segera memblokade mata jahat Xavier dari dadanya menggunakan tangan. Dengan wajah yang memerah dia berlari kembali menuju ke kamarnya meninggalkan Xavier yang masih berdiri di tempatnya dengan penuh rasa geli dan juga tertantang, Xavier tertantang untuk merasakan kembali puting merah muda itu di dalam mulutnya. Sialan.

Sesampainya Scarlett di dalam kamar, dia segera masuk ke kamar mandi untuk menbersihkan diri. Sambil menyabuni tubuhnya dia tersenyum-senyum sendiri karena merasa senang Xavier akhirnya mau bekerja sama dengannya mengasuh Daisy. Scarlett yakin ini akan berhasil, meski sulit bagi mereka untuk akur tapi setidaknya demi Daisy mereka akan berusaha mengesampingkan kebencian mereka terhadap diri satu sama lain. Semua akan berjalan dengan baik selama Xavier tidak berpikir untuk bersikap kurang ajar kepadanya seperti saat lelaki itu memandang payudaranya secara terang-terangan beberapa menit yang lalu.

Dasar bajingan!

Sebagai awal dari kerja sama mereka yang akan berlangsung entah sampai kapan, Scarlett dan Xavier membagi tugas pertama mereka pagi ini. Xavier menyiapkan sarapan sementara Scarlett memandikan Daisy. Begitu Daisy segar dan wangi, Scarlett membawanya ke ruang makan. Dia mendudukan gadis kecil itu di kursi bayi dan mulai menyulanginya bubur yang masih hangat yang baru Xavier buat. Jangan merasa kagum dulu kepada Xavier, itu hanya bubur instan biasa yang hanya perlu diseduh!

Dua mangkuk sereal sampai di meja makan begitu Scarlett selesai menyulangi Daisy. Dia menatap Xavier dan tak habis pikir lelaki itu menghabiskan waktu selama puluhan menit hanya untuk membuat sereal. Namun, tanpa berkomentar Scarlett mulai menyantap sarapannya sebab dia juga sudah kelaparan.

"Apakah kau pikir kita harus membagi jadwal memgingat kau sibuk dengan pekerjaanmu dan aku juga sibuk dengan latihan dan pertandinganku?"

Oh ya, Xavier benar. Ini adalah waktu yang tepat untuk membagi jadwal.

"Aku bekerja dari pagi hingga sore" kata Scarlett.

"Begitupula denganku" Xavier menyahut, "Pagi hingga siang biasanya aku melakukan latihan sementara sore hingga malam aku melakukan pertandingan"

Oh, jadwal mereka jelas bertabrakan.

"Tidak bermaksud egois, tapi tidak bisakah latihanmu kau lakukan di malam hari saja? Toh, kau tidak melakukan pertandingan setiap hari 'kan?"

Xavier menatap Scarlett dengan tatapan tidak senang, "Tidak bermaksud egois, huh? Kau pikir pekerjaanmu jauh lebih penting daripada latihanku?"

Scarlett berdecak, "Aku tidak bermaksud seperti itu, hanya saja siaranku mustahil untuk diganggu gugat, sementara waktu latihanmu lebih fleksibel, kau bisa melakukannya kapan pun yang kau mau"

Andai saja Scarlett salah, Xavier pasti akan mendebatnya, tapi apa yang wanita itu katakan benar. Jadwal latihan Xavier lebih fleksibel jadi dia yang harus mengalah. "Baiklah, akan aku bicarakan dengan pelatihku nanti." ucapnya.

"Jadi kau akan mengasuh Daisy dari pagi hingga sore, sedangkan aku dari sore hingga malam. Setuju?"

Xavier mengangguk dengan wajah yang masam, jujur dia belum sepenuhnya siap dengan kehidupannya yang baru ini. "Bagaimana dengan weekend?" tanyanya, lagi.

"Masing-masing dari kita akan memiliki satu hari libur, kau ingin sabtu atau minggu?"

Dengan beberapa pertimbangan Xavier memilih hari sabtu sebagai hari liburnya. Jawabannya itu mengakhiri diskusi mereka tentang pembagian jadwal dalam mengasuh Daisy. Scarlett tidak keberatan mendapatkan libur di hari minggu, toh dia juga tidak ke mana-mana, paling hanya merebahkan diri seharian di kamarnya sambil membaca buku atau jika sesekali dia merasa bosan dia bisa pergi ke salon dan mengajak Daisy ikut serta, tampaknya itu bukan ide yang buruk.

"Di mana kau menaruh barang-barangmu?" tanya Scarlet.

"Masih berada di garasi" jawab Xavier.

Oh. "Kau bisa menaruhnya di kamar tamu, mulai sekarang kamar itu adalah milikmu. Sementara aku akan tidur di kamar Danny dan Becca, sebab kamar mereka bersebelahan dengn kamar Daisy, itu akan memudahkanku menjaganya di malam hari" jelas Scarlett. Xavier mengangguk setuju, dia tidak peduli di mana dia akan tidur, selagi ada ranjang dan tidak ada gangguan nyamuk mala dia bisa tidur dengan tenang.

Setelah sereal di mangkuk mereka telah habis, Scarlett mengumpulkan alat makan yang kotor lalu membawanya ke wastafel untuk dicuci. Sedangkan Xavier membawa Daisy ke ruang keluarga untuk menonton film kartun kesukaannya. Scarlett menyusul mereka di ruang keluarganya tak beberapa lama kemudian, hatinya terasa hangat melihat Daisy bersandar di lengan besar Xavier sambil menyaksikan film kartun dengan antusias. Scarlett tidak tahu alasan mengapa Xavier mendadak berubah pikiran, tapi kini dia sangat senang Xavier ada di sini, mengisi kekosongan figur ayah yang telah pergi dari hidup Daisy.

Scarlett mendekat dan duduk di sofa yang sama dengan mereka. Dari ekor matanya dia bisa melihat Xavier meliriknya cukup lama sebelum mata lelaki itu kembali tertuju pada televisi. Sebenarnya Scarlett datang untuk mengucapkan terima kasih, tapi dia terlalu canggung untuk mengatakannya. Oh, persetan dia harus mengesampingkan egonya sejenak untuk melakukan ini!

"Xavier" Scarlett tak percaya nama itu berhasil meluncur dari lidahnya yang terasa kelu.

Xavier menoleh menatapnya, "Ya?"

"Terima kasih banyak karena telah bersedia merawat Daisy bersamaku" ucap Scarlett, pada akhirnya. Sejenak Xavier bergeming seakan tak percaya Scarlett baru saja mengucapkan terima kasih kepadanya.

Mulut Xavier terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian mulut itu kembali tertutup rapat. Mata Xavier kembali tertuju pada televisi lalu dengan ketus dia berkata, "Tidak perlu berterima kasih"

Ya, hanya itu. Dan Scarlett juga tidak mengharapkan Xavier akan membalasnya dengan kata-kata yang manis sebab dia tahu betul bagaimana watak lelaki itu.

- TBC -

Hai guys, dapatkan potongan harga pada setiap pembelian semua karyaku di KaryaKarsa dengan menggunakan kode voucher : DISKONJAN
jumlah voucher terbatas jadi buruan klaim sebelum kehabisan!!

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!

The Accidental Parents (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang