Scarlett mengerang kesal. Sudah lima kali, demi Tuhan sudah lima kali Xavier menghubunginya pagi ini untuk menanyakan bagaimana cara mengganti popok bayi! Hal ini tentu sangat mengganggu sebab Scarlett sedang melakukan siaran. Setiap kali jeda, salah seorang kru pasti segera mendatanginya dan mengatakan kalau ponselnya tak pernah berhenti berdering. Oh, Scarlett tidak tahu ke mana perginya Xavier yang merasa lebih hebat dan meragukan kemampuannya dalam mengasuh Daisy!
"Scarlett, Xavier menghubungimu lagi"
Nah, sekarang sudah yang keenam kali. Bahkan kru tersebut sudah mengingat nama Xavier.
Beruntung siaran sudah selesai. Scarlett keluar dari frame lalu mengambil ponselnya dan langsung menyembur Xavier begitu dia menjawab panggilan lelaki itu, "Sekarang apa lagi?!"
Scarlett dapat mendengar Xavier meringis di seberang sana. "Ah, tolong jangan kesal kepadaku, aku hanya ingin bertanya bagaimana cara menyeduh susu. Daisy mulai menangis"
Oh, setiap kali Xavier menyebut nama Daisy Scarlett tidak dapat marah. "Botol susunya sudah bersih?" tanya Scarlett, memastikan.
"Sudah, Ma'am"
Scarlett pun mulai mengajari Xavier bagaimana caranya menyeduh susu formula. Beberapa kali dia mendengar Xavier mengatakan ouch! saat lelaki itu menuangkan air ke dalam botol susu, pasti tanpa sengaja air panas itu terciprat ke kulitnya. Batin Scarlett merasa puas hanya dengan memmbayangkannya.
Suara rewel Daisy terdengar saat interuksi Scarlett hampir selesai. Kini Scarlett merasa dongkol karena kebodohan Xavier membuat putri kecilnya harus menunggu lama hanya untuk meminum susu.
"Xavier kau tidak bisa terus menerus seperti ini, aku bisa kehilangan pekerjaanku karena dirimu!"
"Maaf, kau harus memakluminya ini adalah hari pertamaku mengasuh Daisy, oh ya bisakah kau pulang lebih awal?"
"Mengapa?"
"Temanku akan mengadakan pesta malam ini aku harus menghadirinya"
Oh.
Scarlett mendesah pelan dan berkata, "Akan aku usahakan"
Scarlett memijit pelipisnya begitu panggilan berakhir. Dia duduk di sofa dengan letih, dia mencoba untuk memaklumi Xavier yang kelabakan sebab ini adalah hari pertamanya mengurus Daisy. Tapi demi Tuhan lelaki itu bisa menonton video tutorial di youtube seperti yang Scarlett lakukan, dia tidak harus menghubungi Scarlett terus menerus hanya untuk melakukan tugas yang sepele.
Dan, malam ini Xavier akan berpesta. Bagus sekali!
Scarlett merasa kesal tapi dia mencoba untuk melupakanya. Xavier berhak menjalani kehidupan yang biasa dia jalani selama dia mengasuh Daisy dengan benar, Scarlett tidak berhak melarang lelaki itu bersenang-senang setelah jadwalnya menjaga Daisy selesai. Lagipula Scarlett sekarang sudah merasa cukup lega karena kehadiran Xavier bersama mereka membuat pekerja dari dinas sosial yang memantau pertumbuhan Daisy meresa yakin kalau mereka dapat mengasuh Daisy bersama-sama, meskipun wanita itu sempat mempertimbangkan pekerjaan Xavier sebagai petarung, menurutnya pria dengan profesi seperti Xavier rentan melakukan kekerasan dalam kondisi kesal dan tertekan.
Semoga saja itu tidak benar.
Seperti yang sudah Scarlett janjikan kepada Xavier, dia berusaha pulang lebih awal agar lelaki itu bisa pergi berpesta dan bersenang-senang. Namun, sesampainya Scarlett di rumah dia dibuat terkejut oleh keadaan rumah yang berantakan. Mainan Daisy berserakan di mana-mana, remahan biskuit dan roti berceceran di lantai dan dikerubungi oleh semut-semut kecil. Scarlett tercengang melihatnya, dia melangkah masuk ke dalam rumah hingga dia menemukan Xavier yang dengan santainya duduk di tengah-tengah kekacauan itu.
"Ah, akhirnya kau pulang juga" Xavier bangkit dari sofa dan menghampiri Scarlett yang berdiri mematung di tempatnya sambil memandangi kekacauan yang ada di sekeliling mereka.
"Daisy masih tidur, dia sudah makan siang dan minum susu" kata Xavier. Suara klakson mobil terdengar dari luar. Xavier segera meraih jaket kulitnya dan berkata, "Mereka sudah datang, aku pergi sekarang"
Scarlett masih tercengang di antara rasa kesal dan kebingungan. Namun kemudian dia hanya dapat menarik napas dan menghembuskannya perlahan untuk meredakan amarahnya. Lagi-lagi semua kekacauan ini harus ia maklumi mengingat ini adalah hari pertama Xavier mengasuh Daisy.
Meletakkan tasnya di atas sofa, Scarlett dengan cekatan mulai membereskan rumah yang berantakan menjadi seperti sedia kala. Tetapi, di sela-sela kegiatannya itu amarahnya memuncak karena dia merasa dibodohi. Di dalam benaknya dia bertanya-tanya, apakah akan lebih baik jadinya jika dia mengurus Daisy sendirian saja?
Scarlett sudah mencoba untuk bersabar, selama berhari-hari dia memendam kekesalannya terhadap Xavier tapi lelaki itu justru semakin semena-semena. Scarlett semakin sulit untuk memakluminya lagi. Setiap malam lelaki itu pergi berpesta dan bersenang-senang bersama teman-temannya, dia meninggalkan Scarlett dengan kondisi rumah yang seperti kapal pecah, di mana mainan Daisy berantakan bersama remah-remah makanan yang mengundang semut untuk datang. Sungguh Scarlett tidak habis pikir, apakah Xavier tidak tahu atau tidak peduli kalau semut-semut itu bisa saja melukai Daisy?
Oh, biar bagaimana pun juga ini adalah salah Scarlett. Sejak awal seharusnya dia mengatakan kalau dia tidak membutuhkan Xavier. Memangnya apa yang bisa Scarlett harapkan dari pria sepertinya? Pria yang hidup sembarangan dan tidak permah serius dalam mengerjakan sesuatu.
Tinggal di bawah atap bersama lelaki itu adalah kesalahan yang besar, tetapi Scarlett akan memberikan Xavier satu kesempatan lagi. Besok pagi adalah hari akhir pekan, dia punya cukup banyak waktu untuk bicara dengan lelaki itu. Scarlett harus mendisiplinkan Xavier, memberikannya peringatan dan jika Xavier tetap tidak mendengarkan maka lelaki itu bisa pergi seperti yang dia inginkan sejak awal.
Dengan dongkol Scarlett pergi ke kamarnya setelah dia berhasil menidurkan Daisy. Dia berbaring di ranjang dengan letih sambil memandangi langit-langit kamar. Mengurus Daisy membuat Scarlett kewalahan dan tidak punya cukup banyak waktu untuk beristirahat apalagi mengurus dirinya sendiri. Ternyata mengasuh bayi tidak semudah yang dia bayangkan, ditambah lagi Xavier sama sekali tidak membantu, lelaki itu justru menambah beban pekerjaan Scarlett.
Keletihan membuat Scarlett terlelap dengan mudah di atas ranjang yang sejuk dan empuk. Dia ditarik dari kehidupan nyata ke alam mimpi di mana Xavier mengguncang tubuhnya dengan hasrat yang menggebu-gebu. Scarlett berteriak di sela sela desahannya, berulang kali dia mengatakan di depan wajah Xavier kalau dia sangat membenci lelaki itu. Namun, Xavier justru menggempurnya dengan lebih bersemangat hingga Scarlett datang dan menjeritkan namanya dengan lantang.
Mimpi itu membuat Scarlett basah di dalam tidurnya. Tetapi begitu dia terbangun dan ditarik ke dunia nyata dia justru merasa frustrasi. Dia frustasi karena tidak bisa mencicipi seks yang luar biasa seperti itu lagi. Dia frustrasi kenapa harus mimpi itu yang muncul di dalam tidurnya dan kenapa harus lelaki yang dia benci yang mampu membuatnya datang berulang kali.
Lelaki bertato dan bertindik bukanlah tipe Scarlett tapi mungkin ini adalah kutukan bagi Scarlett yang angkuh dan enggan mengakui bahwa sebenarnya dia menginginkan masalah seperti Xavier ada di dalam hidupnya!
- TBC -
Hai guys, dapatkan potongan harga pada setiap pembelian semua karyaku di KaryaKarsa dengan menggunakan kode voucher : DISKONJAN
jumlah voucher terbatas jadi buruan klaim sebelum kehabisan!!Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Accidental Parents (Tamat)
RomansaWarning : Adult and explicit sensual content! Selain di ranjang, Scarlett dan Xavier bagaikan air dan minyak, mereka sangat berbeda dalam berbagai hal dan tidak dapat dipersatukan. Mereka saling membenci tanpa alasan yang jelas dan sering berdebat s...