2. Poor Daisy

1.2K 133 7
                                    


Xavier memandangi gadis berambut brunette yang memeluk dirinya sendiri di dalam selimut wol yang hangat. Scarlett Silverstone..., entah apa yang ada di kepala Danny dan Becca saat mereka berpikir kalau Xavier dan Scarlett dapat bekerja sama dalam membesarkan putri mereka. Itu adalah sebuah tanggung jawab yang amat besar yang diserahkan kepada orang yang salah, karena selain Xavier dan Scarlett tidak berpengalaman menjadi orang tua, mereka juga bukan partner yang cocok dalam berbagai hal, oh, kecuali satu hal....terkutuklah Xavier jika membahasnya sekarang!

"Mengapa kau menyetujuinya?"

Coklat hangat yang mengalir di tenggorokan Scarlett memberikan sedikit perasaan tenang, namun pertanyaan yang baru saja Xavier lemparkan kembali membuatnya tercekik dan tegang. "Danny sekarat, aku harus memastikan dia dapat beristirahat dengan tenang"

"Dengan berjanji kalau kau akan menjaga putrinya padahal kau tidak mampu melakukannya?" satu alis Xavier terangkat naik menatap Scarlett yang terus menghindari tatapannya, dia kemudian menghela napas panjang dan berkata, "Jujur saja aku tidak bisa, Scarlett"

Scarlett mengangguk mengakui apa yang juga dia rasakan, "Aku juga tidak bisa" Nah kan, sudah Xavier duga, wanita dan tindakan implusifnya! Seorang Scarlett Silverstone yang egois dan gila kerja tidak akan mungkin bisa mengasuh seorang bayi. "Tapi aku tidak dapat membiarkan Daisy tinggal di panti. Becca tidak memiliki keluarga yang bisa menjaga putrinya, ayahnya sudah tiada sementara ibunya berada di rumah rawat karena mengidap demensia, selain itu Becca juga merupakan seorang anak tunggal" lanjut Scarlett.

Mengingat betapa pahitnya hidup di panti, Xavier juga tak ingin Daisy terjebak di sana sama seperti yang dia lalui dulu, tapi masih ada jalan keluar bagi Daisy selain tinggal di panti asuhan. Jalan keluar yang lebih baik daripada bayi malang itu harus tinggal dengan mereka berdua. "Danny punya saudari, Lorraine Emerson, dia sudah berkeluarga dan tinggal di Nebraska. Dia sedang berada di dalam penerbangan menuju ke San Francisco saat ini"

Sepasang alis Scarlett terangkat naik, "Maksudmu, kau ingin menitipkan Daisy kepadanya?"

Xavier mengangguk, "Ya, itu lebih baik daripada Daisy harus tinggal di panti atau tinggal bersama kita yang sama sekali tidak memiliki pengalaman mengasuh bayi"

Merenung sejenak, Scarlett akhirnya menyetujui ide Xavier untuk menyerahkan Daisy kepada bibi kandungnya. Mungkin ini lebih baik, pikirnya. Xavier benar, mereka memang tidak memiliki pengalaman mengasuh bayi, ditambah lagi mereka sama-sama sibuk dengan karier mereka masing-masing. Daisy pasti akan baik-baik saja jika dirawat oleh bibi kandungnya, dia akan tinggal di sekitar keluarga ayahnya yang pasti dapat menyayanginya dengan sepenuh hati.

Setelah mereka selesai berdiskusi, Scarlett pergi ke kamar tamu untuk beristirahat sementara Xavier pergi ke kamar Daisy untuk memeriksa apakah gasis kecil itu sudah benar-benar terlelap. Kakinya melangkah memasuki ruangan yang gelap. Di dalam ranjang bayi dia bisa melihat Daisy tidur dengan sangat damai. Oh, gadis kecil yang malang. Beruntung dia masih terlalu kecil untuk mengingat semua kejadian mengerikan yang ia alami hari ini.

Besok, jasad Danny dan Becca akan diantar ke rumah duka. Mereka akan dimakamkan berdampingan di waktu yang sama. Sungguh, Xavier masih tidak menyangka Danny akan meninggalkannya secepat ini, rasanya seperti baru kemarin dia memukul bocah gendut yang membully Danny di sekolah. But this is life, has to end. Death can come any age.

***

Para pelayat mulai berdatangan. Rumah keluarga Emerson dipenuhi dengan orang-orang yang berpakaian serba hitam. Xavier dan Scarlett berkenalan dengan pengacara mendiang Danny dan Rebecca Emerson, wanita itu datang dengan membawa serta dokumen-dokumen penting yang membuat Xavier dan Scarlett tidak sabar menanti kapan saudari Danny dari Nebraska tiba.

Mereka baru dapat bernapas dengan lega begitu sebuah taksi berhenti di depan perkarangan rumah. Scarlett menggendong Daisy dan membawa gadis kecil itu untuk menyambut kedatangan keluarganya. Namun, kelegaan mereka tak berlangsung lama, sebab begitu pintu taksi terbuka Xavier dan Scarlett dibuat tercengang oleh kemunculan lima orang anak yang turun dari taksi yang sama setelah ayah dan ibu mereka.

"Kau tidak bilang dia membentuk satu regu basket di dalam keluarganya!" desis Scarlett, pelan.

Xavier ingin mengatakan kalau dia sama sekali tidak tahu tentang hal ini, tapi rombongan dari Nebraska itu lebih dulu tiba di hadapan mereka lalu dengan air mata yang siap tumpah Lorry berhambur ke dalam pelukannya. "Oh, Xavier...." Lorry terisak tersedu-sedu tapi Xavier tak membiarkannya berlama-lama berada di dalam dekapannya. Dia mendorong Lorry dengan lembut lalu bertanya, "Terkahir kali kita bertemu bukankah kau hanya memiliki dua orang putra?"

"Ya, kau benar, tapi sekarang aku sudah punya lima," Lorry dengan penuh rasa bangga mengusap perutnya, "Aku juga sedang mengandung yang keenam saat ini"

Oh, crap!

Mendengar hal itu Scarlett sontak meringis. Lorry mengambil Daisy dari gendongannya dan memeluk keponakannya yang telah menjadi yatim piatu sekarang.

Xavier dan Scarlett memandangi satu persatu anak Lorry yang hiperaktif, nakal, dan aneh tingkah lakunya. Ada yang memegang dot bayi padahal sudah terlihat seperti berusia 8 tahun, ada pula yang memakan rumput yang dia cabut dari halaman, memukul saudaranya tanpa alasan, ingusan, dan beberapa hal lain yang membuat Xavier dan Scarlett kembali mempertimbangkan keputusan mereka untuk menyerahkan hak asuh Daisy kepada bibi kandungnya.

Air mata Scarlett lagi-lagi tumpah saat peti mati berisi Danny dan Becca dibawa masuk ke dalam tanah yang telah digali. Sedangkan Xavier terlihat jauh lebih tenang, tidak seperti yang lalu kini dia dapat menguasai diri dan mengendalikan emosinya meskipun dia tercekik dari dalam menyaksikan langsung pemakaman sahabat baiknya. Daisy yang berada di dalam gendongan Xavier menunjuk orang-orang yang sibuk menimbun peti mati kedua orang tuanya. Untuk yang ke sekian kali gadis itu masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang sedang terjadi, barangkali dia mengira mereka sedang bermain tanah.

Di atas gundukan tanah yang masih basah itu ada begitu banyak rangkaian bunga yang ditinggalkan oleh para kerabat setelah prosesi pemakaman selesai. Scarlett, Xavier, dan Daisy berada di sana lebih lama, mereka berjongkok tepat di sebelah peristirahatan terakhir sahabat mereka, dan tak satu pun dari keduanya mampu merelakan kepergian Danny dan Becca begitu saja.

"Dia satu-staunya sahabat baik yang aku punya" kata Scarlett, memecah keheningan di tengah pekuburan. Xavier memandang gadis yang berada di seberangnya, "Danny juga satu-satunya orang yang mau berteman denganku"

Scarlett tersenyum, tatapannya masih tertuju pada ukiran nama Rebecca Emerson di atas keramik hitam, "Tampaknya kita sama-sama kehilangan seorang teman, tapi Daisy....dia kehilangan kedua orang tuanya sekaligus"

"Yah...." Xavier merapikan rambut Daisy yang berantakan karena tertiup angin. Jika ditanya siapa yang paling menderita saat ini jawabannya adalah Daisy Emerson, gadis malang itu ditinggal sendirian oleh kedua ornag tuanya di dunia yang penuh dengan masalah ini.

Sekarang, Xavier benar-benar tidak tahu kepada siapa dia bisa menitipkan Daisy.

- TBC -

Hai guys, dapatkan potongan harga pada setiap pembelian semua karyaku di KaryaKarsa dengan menggunakan kode voucher : DISKONJAN
jumlah voucher terbatas jadi buruan klaim sebelum kehabisan!!

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!

The Accidental Parents (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang