She had never felt this feeling before....
It feels great,
So magical,
She felt like she was in hell and heaven at the same time.....
"When was the last time someone fuck you so good, baby?"
Never. Jawabannya adalah tidak pernah. Sebagian dari diri Scarlett ingin menjawab pertanyaan itu dengan lantang namun dia tidak mengatakan apa-apa selain mendesah ketika lelaki itu kembali mengguncang dunianya dengan kejantanannya yang bertindik. Bisa kau bayangkan itu? Di kejantanannya ada sebuah palang logam dengan dua bola kecil di setiap ujungnya yang mengacak Scarlett dengan luar biasa di bawah sana.
Napas Scarlett lagi-lagi terenggut saat bibirnya diraup dengan rakus, lelaki itu mengentak semakin kuat sehingga orgasme yang tak terduga melanda tubuh Scarlett yang berada di bawah desakannya. Dia menggelinjang, sensasi yang mengejutkan dan tak tertahankan membuatnya sontak mendorong lelaki itu. Cairan pelepasan lantas mengalir deras dari kewanitaannya bagaikan air terjun. Melalui cahaya yang temaram Scarlett bisa melihat seringaian di wajah tampan lelaki itu.
He's such a bad boy,
Such a drugs,
Such a trouble!
"Woah, baby, your pussy is begging for mercy" katanya, meledek tubuh Scarlett yang luluh lantak karena ulahnya.
"Fucking hell!" Scarlett mengumpat. Tidak pernah ada pria yang berhasil membuatnya squirt sebelumnya, tidak selain lelaki itu. Scarlett juga tidak heran sebab selama ini dia hanya mengencani pria-pria vanilla hingga kemudian dia mengatakan 'persetan, aku akan melemparkan diriku ke dalam neraka!'
Oh, tapi Scarlett benci dia. Demi langit dan bumi Scarlett membencinya!
Lelaki itu kembali mendekat dan melesak masuk ke dalam celah Scarlett dengan kurang ajar. Dia meraup tubuh Scarlett dari ranjang kemudian membawanya menuju ke balkon di mana Scarlett bisa melihat pesta pernikahan sahabat mereka yang masih berlangsung. Pernikahan Danny dan Becca. Oh, seharusnya Scarlett masih berada di sana sebagai pengiring pengantin, bukannya kembali ke villa dan bercinta dengan groomsman.
Namanya adalah Xavier, dia seorang petarung atau seniman bela diri campuran yang cukup dikenal di Amerika yang sering dipanggil dengan nama panggung The Savior. Dia adalah teman dekat Danny. Beberapa kali sudah mereka bertemu dan Scarlett selalu tahu kalau mereka tidak pernah cocok baik sebagai teman ataupun pasangan. Scarlett dapat menyimpulkan hal ini sebab mereka sudah pernah melakukan kencan buta di mana Becca dan Danny menjebak mereka untuk makan malam berdua.
Scarlett menyukai hidup yang stabil dan menghindar dari masalah sejauh yang ia bisa, sementara Xavier adalah sumber masalah, jagoan dengan seribu wanita yang mengelilinginya. Pendapat dan gaya hidup mereka jauh berbeda sehingga mereka selalu berdebat setiap kali mereka bertemu. Scarlett sendiri masih tidak percaya kalau saat ini lelaki penuh kekacauan itu sedang berada di dalam tubuhnya. Dia tidak percaya mereka kini bercinta!
Ya, Xavier memang sering merayunya—ralat lelaki itu merayu semua wanita. Namun, Scarlett tidak pernah termakan oleh rayuannya, tidak hingga malam ini. Entah mengapa malam ini Scarlett mendapati Xavier sangat menarik dan menggoda. Mungkin karena anggur telah merebut 50 persen kewarasannya atau karena Scarlett lelah menyangkal dan membohongi dirinya sendiri kalau sebenarnya diam-diam selama ini dia mengakui Xavier sialan sangat seksi!
Sekarang sudah terlambat untuk menyesal apalagi menghiraukan kalau Xavier adalah lelaki yang dia benci. Pinggul Scarlett memggeliat resah dan dia rasa pinggul itu akan hancur sebentar lagi oleh hujaman Xavier yang tidak berkesudahan. Lelaki itu jelas tidak suka bercinta hanya dengan berada di ranjang dan melakukan missionary, Xavier memastikan kalau dia menggempur Scarlett di setiap sudut kamarnya, di kamar mandi, di meja, di ambang jendela, di ranjang, lalu sekarang di balkon yang terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Accidental Parents (Tamat)
RomantizmWarning : Adult and explicit sensual content! Selain di ranjang, Scarlett dan Xavier bagaikan air dan minyak, mereka sangat berbeda dalam berbagai hal dan tidak dapat dipersatukan. Mereka saling membenci tanpa alasan yang jelas dan sering berdebat s...