Lelaki itu sangat panas. Bahkan lebih panas dari yang terakhir kali Scarlett ingat. Bagaimana dia melahap Scarlett di bawah sana sambil menggerakkan dua jemarinya membuat Scarlett tak mampu berkata-kata, hanya mampu mendesah. Tubuh Scarlett menggeliat di atas ranjang, dia tidak bisa menampik, tubuh ini menjadi gila karena merindukan sentuhan Xavier. Tidak ada yang bisa menyentuh Scarlett seperti yang lelaki itu lakukan, Scarlett masih ingat betapa nikmat sensasinya saat lelaki itu mengguncang dunianya, memgentak sejauh-jauhnya ke dalam inti Scarlett yang berdenyut kencang memohon belas kasihannya.
Oh, sialan.
Scarlett pikir dia akan segera datang!
"Xav....ier..."
Tangannya penuh dengan helaian rambut Xavier yang pendek dan lebat. Lelaki itu melahapnya semakin rakus, bahkan menelusupkan lidahnya ke dalam celah Scarlett lalu membuat gerakan memutar yang memiliki arti agar dia segera datang. Tanpa bisa Scarlett cegah lagi, gelombang itu menghantamnya dengan sangat kuat sampai pinggulnya yang dipeluk erat gemetaran dan berusaha memberontak di bawah cumbuan liat Xavier.
Scarlett merintih dengan lirih. Cairan manis yang mengalir deras dari kewanitaannya diteguk dengan rakus oleh Xavier bagaikan mata air yang segar. Lelaki itu kemudian menindih tubuh Scarlett dengan tubuhnya yang besar dan perkasa. Dia menjelajahi setiap sentimeter kulit Scarlett yang meremang dengan ciuman hingga dia berhenti di antara kedua bukitnya yang kencang dengan ouncak yang mengeras. Scarlett mendengar dirinya sendiri bergumam dengan tidak jelas.
"Kau bilang apa sayang?" tanya Xavier.
"Hisap" ucap Scarlett, memohon dan memerintah di saat yang bersamaan.
Xavier tersenyum tipis. Dia menjulurkan lidahnya untuk menjilat puncak dada Scarlett yang menantang sebelum dia menenggelamkan salah satu puncak dada itu ke dalam mulutnya. Punggung Scarlett lantas terangkat naik dari ranjang. Xavier menghisapnya dengan kuat, memberikan gigitan-gigitan lembut yang mengantarkan sengatan ngilu dan juga nikmat hingga ke ujung jemari kaki wanita itu. Sementara tangannya sibuk memelintir puncak dada Scarlett yang lain, sambil pinggulnya bergerak menggesekkan sesuatu yang menonjol di balik celananya pada inti Scarlett yang sudah banjir.
Oh, Scarlett ingin segera merasakan kejantanan lelaki itu terkubur jauh di dalam dirinya, memberikan Scarlett kenikmatan yang tak terlupakan.
Bunyi plop terdengar saat Xavier melepaskan puncak dada Scarlett yang basah dan membengkak karena cumbuannya. Lelaki itu melakukan hal yang sama pada puncak dada yang lain sementara Scarlett berusaha membebaskan Xavier dari boxer yang masih lelaki itu kenakan.
Kejantanan lelaki itu terbebas tapi Scarlett masih belum dapat melihatnya. Ereksinya begitu keras. Scarlett mengulurkan tangannya untuk menggenggam Xavier yang begitu panjang, besar, dan keras. Xavier mengerang dengan mulut yang penuh ketika Scarlett mulai menjelajahi sepanjang batang kejantanannya yang mengagumkan sampai dia menemukan apa yang dia cari. Ya, tindik sialan itu masih ada di sana.
Scarlett yang tidak sabar untuk merasakannya mengarahkan kejantanan Xavier pada pintu masuknya, namun seketika itu juga Xavier menepis tangannya dan menjauh. Dengan napas yang memburu lelaki itu berkata, "Kau sungguh sangat tidak sabaran, Scarlett."
Scarlett menggigit bibir bawahnya. Matanya terpaku pada ereksi Xavier, malam pertama mereka gelap tapi tidak malam ini, dia bisa melihat dengan jelas Xavier yang begitu mengagumkan dan seksi. Wajahnya yang garang, tato yang menghiasi tubuhnya yang kekar, dan kejantanannya mengacung tegak dengan palang logam dan dua bola perak yang menggantung pada ujungnya. Hanya Scarlett yang tahu betapa dia bergairah selama ini karena merindukan lelaki itu. Kenikmatan yang Xavier berikan kepadanya terakhir kali bagaikan kutukan yang membuat Scarlett tak pernah berhenti menginginkannya lagi dan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Accidental Parents (Tamat)
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Selain di ranjang, Scarlett dan Xavier bagaikan air dan minyak, mereka sangat berbeda dalam berbagai hal dan tidak dapat dipersatukan. Mereka saling membenci tanpa alasan yang jelas dan sering berdebat s...