Di dalam tidurnya Xavier merasakan ada telapak tangan mungil yang menepuk-nepuk wajahnya sehingga dia membuka kedua matanya yang masih terasa begitu berat dan mengantuk. Wajah menggemaskan dengan tawa yang riang menyambut pagi Xavier. Daisy duduk di dadanya sambil terus menepuk wajahnya dan berbicara dalam bahasa yang tidak Xavier mengerti.
"Daisy? Bagaimana kau bisa ada di sini, princess?"
"Wakey, wakey, Daddy!" Scarlett muncul di depan ranjang sambil menarik selimut dari tubuh Xavier agar lelaki itu segera bangun. Xavier melemparkan senyum nakal kepadanya, "Aku suka kau memanggilku seperti itu"
Scarlett terkekeh namun kemudian wanita itu mendekat dan menarik rambut Xavier yang berantakan sambil menggerutu, "Jangan mesum di depan anak kecil, bangun, ini waktunya kita belanja bulanan"
Dahi Xavier berkerut dalam. Dia menyingkirkan Daisy dari dadanya, dan meletakkan gadis kecil itu di sisinya sebelum dia beranjak duduk, "Belanja bulanan?" Xavier bertanya bukan karena dia tidak mengerti apa itu belanja bulanan, dia bertanya karena ini adalah untuk yang pertama kalinya Scarlett ingin mereka pergi belanja bersama-sama.
"Ya, persediaan di kulkas sudah hampir habis, susu Daisy juga tinggal sedikit lagi" sahut Scarlett.
Xavier mengangguk paham. Ia kembali meraih tubuh mungil Daisy dan mulai menggelitiki perut buncit itu hingga Daisy tertawa cekikikan, "Jadi kita punya monster kecil yang menghabiskan persediaan susu di rumah ini!" serunya.
Scarlett menghampiri mereka, ia menyelamatkan Daisy dari kelitikan Xavier dan berkata, "Oke, oke, sudah cukup bemainnya, cepat mandi Xvaier aku menunggumu di ruang keluarga"
"Baiklah"
Xavier pergi ke kamar mandi setelah Scarlett meninggalkan kamarnya. Dia bergegas membersihkan diri lalu beberapa lama kemudian dia keluar dengan tubuh yang segar dan siap untuk pergi. Scarlett dan Diasy menunggunya di ruang keluarga smabil menonton film kartun di telivisi. Scarlett langsung mematikan televisi begitu Xavier muncul, mereka segera meninggalkan rumah dan menuju ke supermarket terdekat untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga dan keperluan Daisy.
Xavier tidak pernah membayangkan dirinya akan berkeluarga tapi jika dia melakukannya mungkin akan seperti ini rasanya, di mana dia membuntuti istrinya sambil mendorong troli yang diduduki oleh anak mereka. Xavier bersumpah belanja bulanan yang dia lakukan sendirian tidak pernah selama ini sebelumnya, tapi bersama Scarlett rasanya begitu lama, mereka menghabiskan waktu selama berjam-jam karena wanita itu sangat pemilih dan membaca apa yang dia beli dengan teliti.
Kaki Xavier rasanya seperti sudah mau patah. Daisy yang duduk di troli saja sudah tampak lelah dan bosan. Xavier membantu gadis kecil itu turun dari troli agar Daisy tidak terlalu bosan menunggu Scarlett yang tak kunjung usai berbelanja. Xavier terus mengawasi gadis kecil yang berjalan-jalan di sekitarnya hingga tiba-tiba saja seorang pria datang menghampirinya. "Kau The Savior petarung MMA kan?" Xavier mengangguk dengan penuh rasa bangga, "Oh, bolehkah aku berfoto bersamamu? Aku penggemar berat!"
Xavier tentu saja mengizinkan penggemarnya mengambil beberapa gambar bersamanya kemudian lelaki itu mengucapkan terima kasih dan pergi dengan wajah yang senang.
"Xavier!" suara Scarlett menyentaknya. Xavier memandang wanita itu dengan kesal, "Apa?"
"Di mana Daisy?"
"Dia di si....ni" wajah Xavier langsung berubah menjadi panik begitu dia tidak menemukan Daisy di sekitarnya. Dia segera mencari gadis kecilnya. Demi Tuhan Xavier hanya lengah selama beberapa detik tapi Daisy sudah lenyap dari pandangan mereka, bagaimana mungkin?
"Dia tadi ada di dekatku"
"Kau menurunkannya dari troli?"
Xavier mengangguk kaku.
"Oh, Xavier, oh! Jika kau tidak menemukannya aku akan membunuhmu!"
Mereka segera berpencar demi mencari Daisy, menjelajahi setiap lorong supermarket hingga mereka bertemu lagi di lorong makanan. "Aku tidak menemukannya!"
"Aku juga tidak menemukannya di mana-mana, sebaiknya kita lapor ke petugas" Xavier merasa sangat panik. Lelaki itu mengusap wajhanya kasar dan hendak melapor kepada petugas tapi kemudian dia melihat sebuah kuncir rambut yang tinggi menyembul di balik tempat penyimpanan ice ceam. Mereka segera memeriksa apa yang ada di sana dan mereka merasa sangat lega karena menemukan Daisy yang berusaha mengambil gambar ice cream yang ada di lemari pendingin.
Dengan tatapan polosnya Daisy menatap Xavier dan Scarlett lalu berkata, "Dada....nom! Nom!"
Nom nom adalah nyam nyam, kata yang Daisy gunakan saat dia menginginkan sesuatu untuk dia makan. Scarlett segera menggendong gadis kecil itu kemudian mendudukannya kembali di troli. Daisy mulai merengek karena keinginannya diabaikan. Xavier yang merasa tidak tega bertanya, "Bolehkah kita membelikannya satu?"
"Bagaimana jika dia batuk?" sahut Scarlett dengan tatapan galak.
Dengan entangnya Xavier menjawab, "Kita bisa membawanya ke dokter. Come on, apakah kau tega melihatnya ngiler seperti itu?"
Scarlett memandangi wajah Daisy. Bibirnya yang mungil sudah melengkung turun ke bawah dan matanya mulai berkaca-kaca, gadis kecil itu sudah siap untuk menangis apabila dia tidak mendapatkan ice cream-nya. Menghembuskan napas pelan Scarlett berkata, "Baiklah, tapi dia hanya boleh mendapatkan dua gigitan"
"Siap, Ma'am" Xavier dengan semangat mengambil ice cream yang persis seperi yang ada di gambar lemari pendingin untuk Daisy.
Setelah mereka selesai berbelanja, Xavier mengemudikan mobilnya menuju ke rumah. Xavier mendapati dirinya mulai terbiasa dan merasa nyaman menghabiskan hari liburnya bersama Daisy dan Scarlett di rumah. Dia hanya pergi keluar untuk latihan atau jika ada pertandingan yang harus dia lakukan, dia sudah jarang berpesta dan berkumpul bersama teman-temannya.
Omong-omong soal pertandingan ada sesuatu yang harus Xavier sampaikan kepada Scarlett. "Apakah kau sibuk malam ini?" tanya Xavier.
Scarlett tentu saja menganggukkan kepalanya, "Ya, jika kau lupa seharian ini adalah jadwalku mengasuh Daisy"
"Kau tidak punya rencana lain selain mengasuh Daisy 'kan?"
Scarlett menggeleng kaku, "Tidak, mengapa kau bertanya?"
"Well, aku memiliki pertandingan malam ini, jika kau tidak keberatan maukah kau datang dan menjadi supporter-ku?" Xavier berusaha untuk terlihat tenang padahal jantungnya berdebar dengan sangat kencang menantikan jawaban Scarlett dengan mata yang menatap lurus ke arah jalanan.
"Uh, sepertinya aku tidak bisa, siapa yang akan menjaga Daisy?"
"Bagaimana dengan remaja yang tinggal di seberang rumah?"
"Kimmy maksudmu?" Xavier menganggukkan kepalanya. "Yang terakhir kali kuingat kau mengatakan kalau dia tidak cukup berguna"
Xavier terkekeh pelan, "Itu alasanku saja agar aku bisa menyalahkanmu" Scarlett berdecak sebal. "Jadi bagaimana? Kau akan datang 'kan?"
"Maaf Xavier tapi sepertinya tidak, aku akan menyaksikan pertandinganmu dari televisi saja, oke?"
Xavier tidak ingin terlihat keceawa tapi dia tidak bisa menutupinya. Dia kecewa karena Scarlett menolak untuk datang ke pertandingannya dan mendukungnya. "Yah, baiklah" ucapnya disertai dengan helaan napas yang panjang.
- TBC -
Hai guys, dapatkan potongan harga pada setiap pembelian semua karyaku di KaryaKarsa dengan menggunakan kode voucher : DISKONJAN
jumlah voucher terbatas jadi buruan klaim sebelum kehabisan!!Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Accidental Parents (Tamat)
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Selain di ranjang, Scarlett dan Xavier bagaikan air dan minyak, mereka sangat berbeda dalam berbagai hal dan tidak dapat dipersatukan. Mereka saling membenci tanpa alasan yang jelas dan sering berdebat s...