Scarlett menikmati suasana malam ini, malam di mana dia makan malam berdua bersama atasannya yang tampan. Seperti dugaan Scarlett pria itu sempurna. Harrison mapan, baik hati, dan serius pada apa yang ingin dia capai dan sedang dia lakukan. Dia juga sering bergabung dalam kegiatan kegiatan sosial juga acara amal. Sungguh pasangan hidup idaman, Scarlett selalu menjalani hubungan yang tenang bersama pria seperti Harrison Luna, yah meski terkadang berkencan dengan pria bendera hijau cukup membosankan dan tidak ada tantangan tapi bukan maslah, toh Scarlett mencintai hidup yang stabil dan membosankan.
Setelah selesai makan, mereka menikmati anggur sambil mengobrol santai tentang cuaca, pekerjaan, dan tentu saja tentang diri satu sama lain. Harrison bercerita banyak tentang dirinya dan Scarlett senang mendengar lelaki itu berbicara. Tetapi, lama kelaman Scarlett mulai merasa bosan, entah mengapa dia merindukan rumah yang beberap jam baru dia tinggalkan.
"Ceritakan tentang dirimu Scarlett, aku belum mendengar apapun tentangmu" kata Harrison.
"Uh, aku tidak memiliki sesuatu yang menarik untuk diceritakan"
"Come on, kau pasti punya" sahut Harrison sembari memamerkan deretan giginya yang putih.
"Well, sebenarnya. Hidup yang kujalani selama ini datar-datar saja. Sejak kecil kedua orang tuaku mendidikku dengan sangat disiplin, jadi aku pergi ke sekolah untuk fokus belajar, tidak pernah berpesta, dan baru mulai berkencan saat aku kuliah" ucap Scarlett, Harrison masih mendengarkannya dan menunggu bagian terbaiknya, "Tapi belakangan ini aku merasakan perubahan yang besar terjadi di dalam hidupku"
"Oh ya? Apa itu?"
"Aku memiliki anak asuh, namanya Daisy. Dia adalah putri dari sahabatku yang meninggal karena kecelakaan satu bulan yang lalu"
Harrison mengingatnya, kecelakaan tragis yang terjadi di pusat kota yang memaksa Scarlett harus mengambil cuti selama tiga hari. "Gadis kecil itu baik-baik saja sekarang?"
"Ya, dia bak-baik saja sekarang. Dia anak yang menggemaskan, tidak pernah rewel, dan tidak merepotkan. Aku tidak tahu bagaimana rasanya peduli kepada seseorang sampai Daisy menjadi tanggung jawabku. Dia seperti malaikat kecil kau tahu? Oh, sekarang aku jadi merindukannya!"
Harrison tersenyum lembut, "Aku belum memiliki anak jadi aku kurang mengerti bagaimana perasaanmu. Kau membesarkannya sendirian?"
Scarlett menyesap anggur di gelasnya lalu menggeleng pelan, "Tidak, aku membesarkannya bersama Xavier, dia adalah teman ayahnya Daisy. Hak asuhnya jatuh kepada kami berdua"
Perbincangan mengenai Scarlett dan keluarga kecilnya terus berlanjut. wanita yang sempat merasa bosan itu kini menjadi antusias begitu dia membicarakan tentang hari-harinya bersama Daisy dan Xavier. Harrison yang mulai merasa aneh akan perbincangan ini sempat mengalihkan Scarlett ke topik yang lain yang dapat membuatnya mengenal Scarlett lebih jauh, namun lagi dan lagi Scarlett terus membicarakan tentang Xavier dan Daisy.
Well, Scarlett mungkin melakukannya dengan tidak sengaja, gadis itu hanya menyayangi keluarga kecilnya, tapi Harrison tidak mengajaknya berkencan untuk mendengar semua itu, dia membawa Scarlett makan malam agar mereka bisa saling mengenal lebih dalam, karena jujur saja wanita itu cantik dan pintar, Harrison sangat tertarik kepadanya.
"Scarlett" Scarlett terdiam ketika Harrison menyelanya saat dia sedang membicarakan tentang kejadian di mana Daisy mengompol di atas pangkuan xavier.
"Ya?"
"Maaf sebelumnya, aku mengerti kau menyayangi keluarga kecilmu tapi aku belum mendengar apapun tentang dirimu, aku ingin mengenalmu lebih jauh Scarlett"
Scarlett merasa malu dan tidak enak hati begitu Harrison menegurnya, "Oh ya, kau benar, maafkan aku"
Harrison menggenggam tangannya yang berada di atas meja kemudian bertanya, "Jadi hal apa yang kau lakukan untuk bersenang-senang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Accidental Parents (Tamat)
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Selain di ranjang, Scarlett dan Xavier bagaikan air dan minyak, mereka sangat berbeda dalam berbagai hal dan tidak dapat dipersatukan. Mereka saling membenci tanpa alasan yang jelas dan sering berdebat s...