13. Pertanyaan Abi

93 25 4
                                    

Mulai dari sini, udah masuk part baruuu

Nanti aku update 2 atau 3 hari sekali

Vote dan spam komennya aku tunggu, ya 😉

Selamat membaca

🐣🐣🐣

Angin malam meniup rambut berantakan milik seorang pemuda di depan sana. Tangannya terlihat mengelus perut yang belum diisi sejak mendapat perintah sang ayah dua jam lalu untuk menunggu anak gadisnya yang belum pulang juga. Sesekali pemuda itu jongkok guna menenangkan riuhnya suara perut yang meminta makan.

'Duuh ... bisa kena asam lambung nih kalo kelamaan.' Tangannya mengelus perut yang tertutup kaos oblong.

Sekitar 50 meter diantara tumbuhan liar di jalan, Sakura dapat melihat wajah nelangsa kakaknya. Gadis itu meneguk ludah susah payah. 'Innalillahi ...,' gumamnya seakan-akan sedang melihat musibah di depan sana.

Ciiit!

Motor yang Sasuke kendarai berdecit cukup nyaring ketika berhenti di halaman rumah Sakura. Di teras rumah sudah ada seseorang yang menunggu dengan wajah khawatir campur kesal. Tangannya kini berkacak pinggang.

"Oh ... jadi syaiton ini yang nyulik kamu, Nong?" ujar Sasori ketika adiknya sampai dan memberinya salam. Sasori menatap remeh motor matic itu. "Motor aja kurang dijajanin apa lagi kamu. Putus!" titah Sasori mengambil keputusan sepihak.

Idiiih ... jadian aja nggak, udah putus aja. Kira-kira begitu isi hati Sakura.

"Apaan sih bang? Putas putus putas putus, urat abang kali yang putus!" Sakura jadi jengkel sekarang.

"Gue balik. Telinga gue bisa gangguan gara-gara ocehan perang sodara."

"Bener-bener ya, lo!" Sasori menatap Sasuke kesal. "Etika minus banyak, muka pas-pasan pula!"

What, pas-pasan?

"Udah, Nong, orang kaya dia jangan dipertahanin ... putus aja putus. Lagian nih ya, Ab--"

"Nih, martabak telor," potong Sasuke sambil menyodorkan bingkisan yang sudah dia persiapkan sebelumnya.

Tangan Sasori kini terlipat di depan dada. Ia membatin, 'Mau nyogok gue nih bocah, harga diri gue lebih mahal dari harga martabak!'

Sasori berdehem. "Telurnya berapa?"

"Tiga."

Raut wajah Sasori seketika berubah.

'Alhamdulillah ya Allah ... Abang tampan dan imut ini nggak jadi kena asam lambung. Engkau memang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.'

Mimik yang sebelumnya ketus kini jadi ramah. "Aduh, Dek ... jangan repot-repotlah kalo kesini." Tangan kirinya kini merangkul Sasuke sedangkan tangan kanannya bergerak mengambil alih bingkisan berisi martabak. "Yuk, masuk dulu .... Ngopi dulu ngopi."

Sakura menganga. Ia tak habis pikir dengan kelakuan abang satu-satunya itu. Bisa-bisanya Sasori mempersilakan Sasuke untuk bertamu setelah sebelumnya bak bertemu dengan musuh.

"Nggak usah. Gue balik dulu, Bang. Assalamualaikum?"

"Waalaikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh," balasnya. Bahkan, tangan Sasori yang bebas kini tengah melambai sampai motor yang Sasuke kendarai tidak terlihat.

Gigi putih Sasori kini menghias di wajah yang menurutnya tampan. Hidungnya mengendus aroma yang menyeruak dari dalam bingkisan. "Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" Kemudian pergi begitu saja meninggalkan Sakura yang masih menganga tak percaya.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang