6. Wejangan Sebelum Menikah

938 160 44
                                    

Happy reading^^


🐢


Ponsel dengan softcase Doraemon berbunyi di ruang tengah. Kizashi yang baru saja selesai sholat mendekat ke asal bunyi. Pria itu mengernyit bingung saat melihat siapa yang menelepon putrinya sore-sore begini.

"Calon imam?"

Sakura punya pacar? Kenapa tidak bilang? Tapi, bukannya Sakura enggan pacaran? Pikiran seperti itu terus berputar di kepala pria usia 45 tahun itu.

Dia kenal betul bagaimana putrinya. Biasanya, Sakura akan bercerita jika ada seorang pemuda yang mencoba mendekatinya. Namun, kenapa kali ini tidak? Patut dipertanyakan.

Tak ingin penasarannya berlarut-larut, pria itu keluar rumah menuju teras di samping rumah.

"Ra ... sini bentar, Nak!" ujarnya halus.

Sakura yang sedang menyapu, menghentikan kegiatannya. Gadis itu mencuci tangan kemudian mendekat ke abinya.

"Kenapa, Bi?" Sakura bertanya.

"Kamu punya pacar? Katanya nggak mau pacaran?"

Mata Sakura berkedip dua kali. "Kata siapa Saki punya pacar? Nggak, kok. Kata Abang Imut, ya? Jangan percaya Bih! Hoax!" Sakura menjawab dengan menggebu. Mimik wajahnya yang semula kalem, berubah jadi kesal.

"Terus, calon imam siapa, Ra?"

Pertanyaan Kizashi kali ini sukses membuat Sakura menepuk jidat berkali-kali.

Aduh! Lupa cerita ke Abi!

Kizashi masih menunggu jawaban dari putrinya. Pria itu menikmati aksi tepuk jidat yang dilakukan Sakura.

"Saku lupa cerita ke Abi! Dia itu Abang Sasuke, Bi ... ketemu pas ramadhan tiga tahun lalu sebagai penjual dan pembeli. Abi inget, kan, rasa kolak yang enak banget?" Kizashi mengangguk, "nah, Saku beli ke dia. Orangnya ganteng loh, Bih! Hihi."

"Terus, gara-gara dia ganteng, kamu langsung suka, iya?"

"Iyalah!" jawab Sakura semangat. Detik berikutnya,gadis itu mengadu.

"Kok, kepala Saku di tepok, Bi?"

"Pilih pasangan jangan modal tampang aja, Ra! Tanggung jawab nggak? Setia nggak? Sayang sama kamu nggak? Mapan nggak? Dan paling penting, agama dia gimana? Jangan modal ganteng aja. Nih, liat Abi, muka Abi emang nggak ganteng, tapi Abi sayang sama bunda kamu. Cinta bisa hilang kalo tua nanti, Ra ... tapi sayang, nggak bakal bisa." Kizashi menuntaskan wejangan panjangnya. Pria itu melirik ke arah Sakura yang bergeming. Sepertinya, Sakura tengah berpikir.

"Nggak cuma ganteng aja, kok, Bi ...," ujar Sakura, pelan. Gadis itu tersenyum lembut. "Dia hormat sama ibunya, pasti nanti nggak bakal berani nyakitin Saku."

"Kok, kamu?"

"Saku kan calon istrinya Bang Sasuke!" Sakura nyengir.

"Hilih, PD banget, sih, Dek!"

Sasori tiba-tiba muncul dari belakang, kemudian masuk ke dalam rumah. Pemuda itu sepertinya baru pulang kuliah.

"Apaan, sih, Bang? Sirik aja!"

Kizashi hanya menggelengkan kepala melihat tingkah kedua anaknya.

"Inget pesen Abi, ya, Nak. Kalo dia bener-bener serius sama kamu, dia nggak cuma bilang i love you, tapi dateng nemuin Abi, ngomong baik-baik sama Abi. Itu baru serius namanya." Kizashi berkata setelah keadaan kembali tenang.

"Iya, Bi."

"Satu lagi."

"Apa?"

"Kamu jangan nikah sekarang-sekarang, kamu masih muda! Hahaha," tawa Kizashi meledak.

"Iya Abiii, aku masih pengen main."

Kemudian, kedua tertawa pelan menikmati sore.

🍅🍒


Tangan Sakura saling meremas satu sama lain. Gadis itu mendengarkan seseorang yang sedang berbicara sebelum ijab qabul dilaksanakan. Dengan perasaan was-was, tak henti-hentinya ia berdoa.

Ya Allah ... semoga Abang Sasuke dikasih kelancaran. Aamiin, Sakura berdoa dalam hati.

Ino dan Tenten yang menemani Sakura, mengusap bahu gadis itu memberi ketenangan.

Ini lebih mendebarkan ketimbang sidang. Hidup dan matinya seakan-akan sedang dipertaruhkan saat ini.

"Bismillahirrahman nirrahim," ucap ayah Sakura dengan tegas. Jantung Sakura berdebar dengan hebat. Remasan tangannya kian meguat.

"Ananda Uchiha Sasuke bin Uchiha Fugaku. Saya kawinkan dan saya nikahkan engkau dengan anak saya yang bernama Haruno Sakura, dengan mas kawinnya berupa seperangkat alat solat, cincin emas seberat lima gram dan uang lima juta, tunai!"

Jantung Sakura kian berdebar.

"Saya terima nikah dan kawinnya, Haruno Sakura binti Haruno Kizashi dengan mas kawin tersebut, tunai!"

"Bagaimana saksi, sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah ...."

Tanpa sadar, air mata Sakura menetes. Dia terharu. Perjuangannya selama ini tidak sia-sia. Pemuda itu sudah sah menjadi miliknya. Ia mengucap syukur tanpa henti. Perasaannya sedang berbunga saat ini.

"Ra, selamat, ya ... terharu gue," ucap Ino. Gadis itu menghapus airmatanya pelan.

"Nggak nyangka gue, lo bakal nikah muda. Selamat, ya!" Tenten memeluk Sakura diikuti Ino.

Lalu, bundanya dari tempat akad muncul. Wanita itu tersenyum lembut.

"Sakura, yuk, kedepan! Salim sama Mas kamu."

Pipi Sakura bersemu mendengar panggilan yang diberikan bundanya untuk Sasuke. Apa dia harus memanggil Sasuke seperti, itu?

Ya ampun ... banyanginnya aja udah malu gini!

Sakura berdiri. Tenten dan Ini membantu Sakura, keduanya memegang tangan pengantin itu dengan senyum mengembang.

Dengan pelan ketiganya berjalan melewati sekat yang menjadi pemisah. Di depan sana, Sakura bisa melihat mata tajam namun lembut di saat yang sama itu menatap ke arahnya. Darahnya berdesir, rasa hangat menjalar ke seluruh tubuh terutama wajah. Sakura berjalan dengan kepala menunduk. Tanpa sadar, Sakura menginjak gaun putih yang tidak diangkat hingga akhirnya ....

Brugh!

"Sakiiit!" Sakura mengusap pantatnya yang mencium lantai. Matanya sedikit mengerjap memandang sekitar. Gelap.

"Ya Allah ... mimpinya tangung banget," rengek Sakura pelan.

Bersambung ....

Ada yang udah baper? 😆😆

Buat kalian, jaga kesehata yaaa

Komentarnya aku tungguuuu ...

Salam❤

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang