16. Persiapan

98 27 1
                                    

Maaf telat update ya, gaes...
HP ku modyar alias metong atau mati. Ini pinjem HP suami. Dadak2an download WP

Semoga suka.

🐣🐣🐣🐣🐣

Sasuke keluar dari kamar mandi, langkahnya sedikit ragu menuju kamar kakaknya, Itachi.

Dari celah pintu yang sedikit terbuka, dapat ia lihat kakaknya sedang memijat pelipis dengan mata terpejam, sebuah buku ada di pangkuannya. Malu tapi mau, Sasuke mengetuk pintu.

Tok! Tok!

Dapat dia dengar sautan dari dalam kamar yang mempersilakannya masuk. Sekarang dia bisa melihat jelas kegiatan kakaknya. Pria 31 tahun itu sedang menghapal sesuatu sambil memejamkan mata.

"Lagi sibuk?"

"Hmm ... Cuma lagi hafalin ikrar buat akad nanti. Kenapa?"

"Gue ...."

Entah kenapa Sasuke tiba-tiba ragu. Tapi, jika bukan dengan kakaknya, ia tidak yakin masalahnya akan cepat selesai.

Sasuke tidak  menyangka, untuk hal sepele seperti ini ia harus melibatkan orang lain. Seharusnya hal semacam ini bisa di selesaikan sendiri, bukan?

"Gue mau tanya sesuatu, boleh?"

"Monggo, silakan."

Tarik napas ... buang .... Sasuke sudah siap dengan segala respon dan resiko yang akan dia terima dari kakaknya nanti. Yang paling penting sekarang adalah masalahnya saat ini bisa teratasi.

"Gimana cara minta ijin orang tua buat ngajak jalan anaknya?"

Mata Itachi yang semula terpejam kini terbuka lebar, berkedip beberapa kali lalu menatap Sasuke tak percaya. Pemuda itu bahkan mengorek kedua telinga seakan-akan tidak yakin dengan pendengannya.

"Bersih."

Melihat reaksi Itachi, Sasuke sudah pasang badan jika akan mendapat beberapa godaan.

Itachi berdehem. Sebenarnya ia sangat ingin menggoda adiknya, tapi urung dilakukan karena dia sadar situasi. Sepertinya adik manisnya itu sedang diterpa gundah gulana yang menbuatnya bingung dan hilang arah sampai-sampai harus bertanya hal pribadi begini dengan dirinya.

"Dek, kamu nanya ke orang yang tepat." Itachi dan Sasuke kini saling berhadapan, menyisakan jarak yang hanyabterpaut beberapa centimeter saja.

"Pertama, kamu harus rapih dulu. Pakai pakaian bagus, jangan kaos oblong sama koloran aja nanti mereka salah sangka. Kedua, bawa sesuatu yg disuka doi atau orang tua doi. Ketiga, salim sama orang tuanya, bukan sama anaknya. Terakhir, ngomong baik-baik."

"Gimana?"

"Apanya?"

"Contoh ngomong baik-baik itu gimana? Lo tau sendiri gue nggak ahli sama hal begitu."

Itachi manggut-manggut tanda setuju. Ia setuju dengan Sasuke karena adiknya memang termasuk orang tidak banyak bicara. Sekalinya bicara, kata-kata yang keluar terdengar menyebalkan ditelinga.

"Kamu ngomong begini aja, 'Om Tante atau Pak Bu' eeehh ..."

"Sakura," timpal Sasuke mengerti kebingungan Itachi.

Mulut Itachi membulat begitu mendapatkan informasi penting ini. 'Jadi namanya Sakura. Nama yang cantik.'

"Om Tante atau Pak Bu, saya mau ajak Sakura keluar sebentar, boleh? Nanti jam sembilan Sakura saya antar pulang lagi.' Nah, kalau nanti orang tua Sakura tanya mau kemana, kamu jawab jujur aja. Biasanya ibu-ibu khawatir sama anaknya yang keluar malem apalagi sama lawan jenis. Ok?"

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang