4. Balasan

914 171 26
                                    

Kasih tau kalo ada typo ya gaes ...

Happy reading! ^^

🍅🍒

"Jadi gimana, Ra?" tanya Tenten setelah Sakura sampai di Koperasi, tempat kerja mereka.

"Apanya?" Sakura balas bertanya. Tidak paham dengan maksud Tenten. Gadis itu menaruh boneka beruang ukuran besar di atas lemari, kemudian membuka ikatan kantong kresek berisi sarapan dan mengambil lontong juga bakwan.

"Nomer yang semalem lo minta ... gimana?" Tenten menaik-turunkan alisnya, menggoda Sakura, "gue kepo." Tenten nyengir.

Sakura yang akan melahap lontong langsung manyun. Gadis mungil itu memasang mimik sedih. Lalu, mengigit lontong dan bakwan tanpa minat.

"Yeeh ... malah galau!" Tenten mencomot bakwan Sakura. Sakura tetap memakan lontong tanpa bakwan. Mendung masih setia hadir di wajahnya.

"Lo mau galau terus mending cari hari lain aja, Ra. Hari ini jumat kliwon. Gue nggak mau tanggung jawab kalo lo kesurupan arwah Mang Hidan!"

Mang Hidan adalah penjaga sekolah yang sudah meninggal beberapa tahun lalu. Katanya, arwah Mang Hidan sering merasuki siswi-siswi di sekolah karena kematiannya masih misterius dan meninggal dalam keadan masih bujang alias jomlo!

Ucapan Tenten berhasil. Sakura langsung sadar dari acara galau pagi dan lansung menghabiskan sarapan. "Kok, kamu ngomongnya gitu, sih, Ten? Jahat banget!" Sakura ngegas.

"Terserah lo, Ra! Mending kita jalan kelapangan, bentar lagi istighosah," ajak Tenten.

"Nanti dulu, mau ngecek sesuatu."

Sakura membuka aplikasi berlogo telepon warna hijau untuk kesekian kali. Centang dua abu-abu masih terlihat di nomor itu. Gadis itu memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Ayo!"

Tepat setelah kepergian mereka, satu panggilan masuk di ponsel yang ber-softcase Doraemon.

Panggilan Masuk ....

Calon Imam❤

* * *

Di lapangan.

"Chat lo belum dibales, Ra?!" Tenten terkejut setelah mendengar cerita Sakura saat di perjalanan tadi.

Sakura mengangguk. Dia galau lagi, dan Tenten merasa prihatin. Gadis itu memeluk tubuh mungil Sakura.

"Sabar, Ra ... mungkin dia sibuk, lo jangan negatif thinking dulu." Tenten memberi wejangan.

"Makasih ... Tenten baik banget. Makin sayang." Sakura tersenyum.

"Istirahat lo traktir gue baso mang Udin, oke?"

Sakura langsung melepaskan pelukan. "Tenten nggak baik!" rajuknya kemudian. Tenten terbahak.

"Kapan terakhir lo periksa chat doi?" Tenten kembali bertanya. Jiwa keponya meronta.

"Tadi, sebelum ke lapangan."

"Terus masih sama?"

Sakura mengangguk.

"Sabar, ya ...."

***

Jari panjang Sasuke bergerak lincah di atas layar ponsel. Tatapannya serius. Ia kembali membaca ketikannya sendiri setelah aksi ketik-hapus yang sudah beberapa menit lalu dia lakukan.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang