1. Jemput

1.7K 216 58
                                    

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Happy reading

🌸🌸🌸


"Tan-tan!" Sakura berteriak lantang. Ia berlari dari tangga sekolah menuju lapangan basket yang tak jauh dari tempatnya berada. Keringat membanjiri keningnya yang luas, napasnya memburu saat menuruni tangga.

Orang yang Sakura panggil mendesis pelan, "Nama gue Tenten, bukan Tan-tan! Gue bukan aplikasi biro jodoh!"

Tap tap tap

Sakura masih berlari menuruni anak tangga. Namun, di anak tangga terakhir, kakinya menginjak tali sepatu yang terlepas.

Brugh!

Gadis itu jatuh tersungkur.

"SAKIT!" jerit Sakura.

Tenten menepuk jidat, kemudian berjalan mendekat. Ia mengulurkan tangan pada Sakura yang masih terduduk di depan tangga sambil mengusap pelan lututnya yang tertutup rok.

Melihat itu, mata Sakura memanas. Ia terharu dengan kepedulian sahabatnya yang satu ini. Jika Ino yang berada di posisi Tenten, gadis itu pasti akan tertawa kencang sambil mengumpati kecerobohannya terlebih dahulu, kemudian baru membantu setelah membuatnya merasa malu. Sahabat memang suka begitu.

"Kenapa?" ucap Tenten setelah membantu Sakura berdiri.

Sakura mengusap sudut matanya yang sedikit berair. "Baru selesai tugas, ya?"

Tenten memutar bola matanya malas, kemudian berdecak. "Nggak perlu basa-basi, Ra .... Kenapa?"

Sakura nyengir. "Minta SMS, dung! Mau minta jemput ke Abang Sasori. Uang aku abis."

Tenten tersengih mendengar tujuan utama Sakura memanggilnya.

"Lo bawa HP, 'kan?" Sakura mengangguk, "terus, kenapa minta SMS ke gue?" tanya Tenten gemas.

"HP aku mati. Semalem lupa di-charge. Aku juga nggak bawa power bank."

Tenten mencebik. Namun, gadis itu tetap memberikan ponselnya. "Kenapa nggak pinjem duit aja, sih?"

Sakura mengambil ponsel Rosegold milik Tenten. "Aku nggak mau punya utang. Utang itu kayak rindu tau, berat!" Ia mengetik nomor kemudian menempelkan ponsel ke telinga kirinya.

Melihat itu, Tenten melotot. "Kenapa lo nelpon, Jenong? Katanya SMS!"

"Kalo SMS takutnya nggak kebaca. Mending langsung nelpon aja. Cerdas, kan?" ujar Sakura sambil menepuk dada, bangga.

"Bukannya apa-apa, kalo kartu perdana Kakak lo sama gue beda, pulsa gue abis, Jenong!"

Sakura mencebik. "Nggak ikhlas!"

"Iya, gue nggak ikhlas! Siniin nggak!"

"Ah! Udah kesambung, tanggung. Assalamualaikum, Bang? Bang, jemput aku, sih! Uang ...."

Tenten kesal sambil memperhatikan Sakura yang mencak-mencak menerima telepon dari kakaknya.

'Perampok!' maki Tenten dalam hati.

"Ya, jemput di sekolah, lah ...."

Sekolah mana?

"Astagfirullah, Bang ... masa iya udah lupa?! Di MAN Konoha Putri, atuh!"

Oke. Terus, ini siapa?

Urat di dahi lebarnya berkedut, kesal. "Angelina Jolie!"

Tuut!

Sakura mematikan panggilan sepihak. Sakura kesal dengan tingkah kakaknya yang super ajaib itu.

"Dasar Abang nyebelin!" maki Sakura.

"Adeknya juga sama. Nyebelin!" imbuh Tenten.

***

Alis kiri seorang pemuda terangkat. Ia baru saja menerima panggilan dari nomor tidak dikenal dan langsung mendapat perintah agar ia menjemput di tempat yang sudah ditentukan. Sebenarnya ingin sekali membiarkan penelpon yang diyakininya seorang gadis itu menunggu. Namun, jiwa penolongnya tergerak agar tidak membiarkan gadis itu menunggu. Pemuda berkulit putih itu keluar dari dalam rumah, berpamitan pada ibu dan kakaknya yang kebetulan sedang duduk di teras dengan alasan ada urusan mendadak.

"Mau kemana?" tanya pemuda yang lebih berumur.

Pertanyaan itu tak mendapat jawaban. Pemuda itu justru malah bertanya di mana letak helm.

"Jemput jodoh, ya?" tanya Si pemuda tua  lagi kemudian terkekeh. Pemuda itu tidak menggubris. Ia mengucap salam lalu berjalan santai menuju motor.

* * *

Sakura menunggu di warung dekat gerbang sekolah. Sudah lima belas menit dan kakaknya belum muncul juga. Padahal, jarak dari rumah ke sekolah dapat ditempuh sepuluh menit saja jika memakai motor.

"Ck, lama banget, sih! Nggak tau apa aku tuh capek banget hari ini! Belum lagi mau belanja di warung Abah Oro! Duuh sabar, Ra ... sabar. Biar cantiknya nambah." Sakura menghibur diri.

Dia sangat lelah hari ini. Pekerjaannya di sekolah membuatnya berkali-kali mendesah.

Pekerjaan?

Ya, setelah lulus, dia bekerja di sekolah tempatnya dulu belajar. Hari senin sampai jumat dia bekerja, sedangkan sabtu dan minggu Sakura manfaatkan untuk kuliah di salah satu universitas swasta. Gajinya tidak terlalu besar memang, tapi setidaknya ia bisa membantu orang tuanya dalam hal biaya kuliah.

Selang beberapa menit kemudian, ia mendengar deru kendaraan yang mendekat. Sakura kesal. Ia sudah kehilangan dua puluh menitnya yang berharga. Namun, ada satu hal yang membuatnya heran.

"Kok, motornya beda?" ujar Sakura, "ah, mungkin bang Sasori pinjem motor temennya."

Motor itu berhenti. Sedangkan Sakura sudah bersiap dengan segala omelan yang meledak-ledak. Saat helm yang dipakai orang itu dilepas, Sakura bergeming.

"Bang Sas-"

"Naik!"

Bersambung ...

Bersambung ....

YUK, BACA DULU CATATAN DI BAWAH!

Alhamdulillah .... Kita ketemu bulan Ramadhan lagi, terakhir aku post cerita ini tahun berapa ya? Lupa 😂 aku kangen banget banget banget.

Pembaca baru maupun lama, makasih yaa udah mampiir. oh iya, buat yang baru tau, cerita ini lanjutan dari ff aku sebelumnya, Kolak Cinta Bang Sasuke. Biar rada nyambung trs feelnya dapet, lebih enak kalian baca KCBS dulu, biar nanti nggak "loh kok gitu, dsb." pembaca lama jg gpp kok baca ulang KCBS, biar inget lagi hehe.

Cerita ini aku publish ulang karena ada sedikit perubahan, kek sifat Sakura yang udah nggak sefrontal dulu dan panggilan "ana" diganti "aku" udah sih itu aja  bedanya.

Maaf ya lama bgt nunggunya ....

Semoga kalian tetep suka🤗

See you ❤

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang