Bab 5 : Komandan?

6.9K 336 2
                                    

Cantik,  puji Andika dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cantik,  puji Andika dalam hati.

"Woi, malah bengong," tegur Nala karena dari tadi Andika justru terdiam memandang wajahnya dan bukan membawa masuk kendaraan motornya.

Andika tersadar dari imajinasinya dan langsung tergagap. Dia segera membawa masuk motornya ke dalam teras rumah Nala dan memarkirkannya di sana.

"Sebentar! kayanya kita belum kenalan resmi, kan? Nama lo siapa?" celetuk Nala menjulurkan tangan membuat Andika menyunggingkan senyum.

Kemana saja perempuan ini, baru sadar kalau mereka bahkan belum pernah bertukar nama, tapi justru sudah bertukar nomor ponsel. Nama yang Andika sematkan pun tidak kalah unik dari Nala, Asisten batagor.

"Dika, panggil aja Dika." Andika menyambut tangan Nala dan keduanya pun bersalaman dan berkenalan secara resmi.

"Oke, nama gue Nala. Nanti di dalam, panggil gue Nala aja ya. Terus bilang kalau lo temen satu kantor gue."

Tiba-tiba firasat buruk menghampiri Andika. Dia mencium bau-bau persengkokolan yang tidak beres dan bau-bau kebohongan untuk memuluskan sebuah rencana yang tidak baik. Andika menelisik Nala dengan penuh kecurigaan.

"Apa tujuan kamu sebenarnya?" selidik Andika.

"Lo harus bantuin gue buat jadi pacar gue sore ini doang. Setelah itu, utang lo beneran lunas."

Dahi Andika berkerut. Dia ingin mengekspresikan lebih heboh lagi rasa kagetnya tapi tangan Nala sudah keburu menempel di pergelangan tangannya.

Nala berdecak.

"Ck, kelamaan ... ayo." Nala menarik tangan Andika dan membawanya ke dalam rumah.

***

Nala mempersilahkan Andika duduk di sofa tamu yang berada di ruang tengah. Andika sebenarnya kagum dengan penataan interior dari rumah ini. Walaupun ukuran rumahnya tidak terlalu besar, tapi penataannya memberikan kesan luas untuk rumah itu.

Ditambah warna cat ice blue yang memberikan kesan lega untuk ruangan yang memiliki lebar tidak terlalu luas.

Andika menilai interior rumah menggambarkan si pemilik rumah. Tetap terlihat elegan walaupun sederhana. 

Apa mungkin ini maksud dari ucapan Agung yang mengatakan kalau cewek satu clubnya  itu berbeda dengan cewek lain.

Beberapa saat kemudian, Nala datang dengan membawa segelas minuman dingin berwarna  merah yang sangat menyegarkan.

Nala meletakan gelas tersebut di hadapan Andika lalu dia menaruh bokongnya tepat di sebelah Andika.

"Nanti pokoknya kalau lo ditanya bokap, bilang lo temen kantor gue. Satu divisi sama gue. Jangan sampai keceplosan kalau lo pedagang batagor," perintah Nala dan hanya mendapatkan satu anggukan kepala dari Andika.

HELLO, MR. POLICE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang