BAB 16 : Akhirnya!!!

5.3K 260 0
                                    

"Aku masih cinta sama dia, Mas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku masih cinta sama dia, Mas."

"Maaf ...."

Tatapan Andika seketika kosong. Pelukannya pun kian melonggar. Sungguh, bukan kalimat itu yang sebenarnya dia ingin dengar dari bibir Nala. Sungguh, biarpun dia tahu kalau cinta masih ada di dalam hati kekasihnya tapi Andika masih berharap kalau Nala bisa sedikit berbohong kepadanya.

Labil memang, awalnya dia sendiri yang mengatakan untuk Nala bicara lepas dan anggap dia sebagai kakak. Ketika Nala sudah mengungkapkan semua, justru Andika yang belum siap. 

Sewajarnya, laki-laki mana yang sanggup mendengar kenyataan yang jelas terpampang di depan mata. Begitu pun Andika.

"Dek, kamu mau kembali sama dia?" tanya Andika menahan beban hatinya.

Dari balik dekapan Andika, Nala menggeleng keras.

"Cinta memang  masih ada Mas, tapi niat untuk kembali itu ngga ada. Perselingkuhan adalah kebohongan fatal yang akan terus berulang jika kita memberikannya satu kali saja kesempatan."

Nala mengurai pelukannya. Dia menatap sendu wajah Andika. Tersorot rasa gundah dari matanya. Wajahnya sudah sembap akibat tangis yang terus meluap deras.

Andika dengan penuh kelembutan, mengusapkan ibu jarinya pada pipi Nala untuk menghapus jejak kesedihan itu.

"Menangis sampai puas, Dek. Mas tunggu, tapi besok jangan sampai air mata ini keluar lagi. Mas ngga akan terima kamu menangisi mantanmu yang brengsek itu," ujar Andika tegas.

"Mas ngga marah?" tanya Nala dengan suara serak.

Andika menarik nafas pelan dan menghembuskannya perlahan. Dia memutar tubuhnya untuk bersandar pada sandaran sofa. Andika menurunkan sedikit punggungnya agar lebih santai untuk dia menjawab. Kemudian, kepalanya dia alihkan menatap Nala yang masih mengamati dirinya.

"Menurut kamu, Dek? Apa ada laki-laki yang ngga marah saat tahu pacarnya masih mencintai mantannya? Hm?" Andika tersenyum palsu.

Dia melihat Nala tertunduk dengan tangan yang sibuk memilin ujung kaosnya.

Setelahnya, Andika menempelkan tangannya di atas punggung tangan Nala dan membuat gadisnya itu mendongakkan kepala.

"Mas marah, Dek. Sangat marah, tapi apa kemarahan Mas bisa buat kamu langsung melupakan dia?" Andika menggeleng sendiri.

"Ngga, Dek. Justru kemarahan Mas bisa aja buat kamu takut sama Mas," lanjut Andika.

"Cinta dan benci itu perasaan alami yang ada di setiap hati manusia, dan kita ngga akan bisa mengontrolnya. Mas ngga akan bisa membuat kamu melupakan cintamu sama dia, tapi Mas akan membantu kamu untuk terbiasa menyebut namanya tanpa ada rasa di dalamnya."

Nala semakin menatap dalam mata obsidian Andika. Dia mencari letak kebohongan dan kepura-puraan yang disimpan oleh Andika melalui sorot mata itu. Tetapi, hingga 5 menit lamanya dia terdiam tanpa jawaban, Nala tidak mendapatkan sinyal kebohongan dari tatapan Andika.

HELLO, MR. POLICE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang