"Saya boleh nambah, ngga?"
Wajah cantik Nala tanaya seketika mematung. Mata bulatnya membesar seperti ukuran diameter bola sepak. Satu lagi, Nala tidak sempat menutup mulutnya yang masih menganga.
Dia memandang Andika yang sedang mengangkat piring kosong di depannya sembari digoyangkan sedikit.
"Boleh, ngga?" ulang Andika karena melihat jiwa Nala yang seketika menghilang karena pertanyaannya.
Nala menggelengkan kepala dengan cepat guna menyadarkan dirinya sendiri dari keterkejutan.
Andika mengangkat sebelah alis dengan tangan yang masih mengangkat piring kosong tersebut.
Nala dengan sigap mengambil piring kosong Andika lalu kembali menyendokkan nasi beserta lauk di atas piring beling berwarna cokelat. Setelah itu dia menyerahkan kembali pada Andika yang sudah menunggunya dengan menyunggingkan seutas senyum manis.
"Terima kasih, Dek," panggil Andika terdengar terlampau manis dan menggetarkan hati si play girl Nala.
"Apa? Tadi lo panggil gue apa?" desak Nala menghentikan Andika menyuap nasi ke dalam mulutnya.
"Terima kasih, Dek? Kenapa? Ada yang aneh? Usia kamu di bawah saya 4 tahun. Kamu lahir 2001 dan saya 1997, jadi wajar dong kalau saya panggil kamu 'adek'?"
Nala kembali mengedipkan mata berulang. Sepertinya setelah ini dia tidak lagi meneruskan makan karena perutnya sudah terlanjur kenyang mendengar ocehan manis dari laki-laki yang memiliki model bibir atas tipis.
"Apa saya boleh melanjutkan makan lagi?"
"Ah, iya ... iya ... abisin aja semuanya kalau Mas Dika masih lapar," celetuk Nala melengoskan wajahnya bukan marah tapi sedang melindungi rona merah yang mulai timbul pada tulang pipinya.
"Terdengar manis, lebih manis lagi kalau ngga usah pakai kata lo dan gue." Andika menatap lekat wajah Nala yang sudah benar-benar seperti warna kepiting rebus.
Semakin gugup saja Nala dibuat oleh Polisi tampan itu. Ternyata Andika kalau sedang mengejar perempuan, manuvernya tidak main-main. Bahkan bisa membuat sekelas Nala yang selalu membuat lawan jenis bertekuk lutut, menjadi diam tak berkutik.
Nala membereskan piring kosong bekas dia makan. Dengan cepat dia segera mendorong kursi makan dan berpindah menuju wastafel cuci piring. Di sana dia sudah memegangi dada karena merasa jantungnya ingin melompat jauh.
"Saya lanjut makan ngga apa-apa, kan?" tanya Andika kepada Nala yang berdiri membelakangi dirinya.
Nala membalikkan tubuh lalu bertanya kepada Andika, "Lo makan lahap masakan gue, beneran enak atau cuma formalitas biar gue seneng?"
"Saya ngga tahu cuma formalitas atau beneran enak, tapi menurut saya rasa masakan kamu pas di lidah. Hampir sama dengan masakan ibu di rumah, seperti itu, Dek." Andika memberikan penekanan lembut pada panggilan "Dek" untuk Nala.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, MR. POLICE (END)
RomansaAlur ringan Nasib sial menimpa seorang Andika Barata, anggota Reskrim yang tengah menyamar. Dia bertemu dengan Nala, karyawati swasta yang hobby menikmati dunia malam alias dugem. Selain suka dunia malam, Nala juga kerap bergonta ganti pacar dengan...