BAB 30

1.7K 144 6
                                    

Seorang pemuda nampak duduk di balkon kamarnya yang berada di lantai empat.duduk di sofa pajang yang menyajikan pemandangan samping kamar yang indah.

Kedua bola matanya menatap kosong ke depan.tubuh shirtles nya nampak di terpa angin malam yang dingin.cuaca mendung menandakan sebentar lagi awan akan mengeluarkan tangisnya.

Matanya yang kosong menelisik halaman mansion yang terlihat sepi.hanya lampu taman yang nampak berkelip kelip dari atas.
Suara jangkrik menambah kesan tersendiri pada malam yang larut tersebut.

Jarum jam menunjukkan angka dua belas malam.dentingan waktu terus berputar tidak di hiraukan oleh pemuda bersurai gelap itu.

Sudah tidak menghitung berapa lama ia berada di negri novel yang alurnya sudah sangat berantakan.di otaknya hanya ada rencana rencana gila tentang bagaimana ia mengakhiri semuanya dengan cepat.

Pemuda bernama lionardo hinneth mahatama,pemuda berkulit kuning langsat tersebut tampak melamun dengan sebotol beer di tangan kanannya.

Entah sudah berapa botol minuman beralkohol itu ia tenggak.pemuda tinggi itu sedang memikirkam keinginan terbesarnya sedari ia di kehidupan pertama.ia hanya ingin kematian tenang dan damai bukan mengulang kehidupan membosankan seperti ini.

Perlahan,kaki jenjangnya berdiri dan melangkah maju membawa tubuhnya mendekati pinggiran balkon.dua lengannya bertumpu pada pinggiran pagar balkon dengan wajah menunduk melihat ke bawah.

Pikiran pemuda bercelana training hitam panjang itu melalang buana.bibirnya terkantup rapat menghiasi raut wajah datarnya yang sangat kaku.

Semua hal yang ia ketahui di dalam novel ini satu persatu sudah ia temukan.semakin menyelami isi novel ini,ia semakin di buat lelah dengan teka teki yang ada.

Nirmala sudah ia singkirkan beserta keluarganya.masalah anak pertama nasadewa juga sudah ia bongkar.

Lion menghela nafasnya lelah.masalah tentang lakeswara dan narel tidak ada dalam alur novel,rasa suka nirmala padanya juga tidak tertulis jelas.

Lion lelah,bolehkan lion menyerah setelah menyelesaikan teka teki yang ada?

Bolehkah ia pergi dari kehidupan semua orang setelah ini?

Bolehkah ia meninggalkan semuanya untuk tidur dengan tenang?

Lion menegakkan tubuhnya memandang jauh ke depan.hutan pinus di sana seakan menari nari mengejeknya.

Mengejek tentang takdir hidup seorang perempuan yang malang.seorang yang bahkan tidak tahu apa itu keluarga dan semua yang ada di dalamnya.

Helaan nafas lirih lion berikan sambil sesekali ia menenggak minuman di tangannya.menelisik keadaan,matanya tanpa sengaja melihat sebidang tanah yang nampak penuh di tumbuhi bunga mawar dan kamboja.

Seketika otaknya bekerja dengan baik.jika suatu saat nanti,ia membuat sebuah pavilium di lahan tersebut mungkin cukup untuk menguburkannya dengan layak.

Bayangan itu membuat mata pria dengan jiwa asing itu semakin menggelap.sepertinya,emosi sedang menguasai pemuda itu.

Walau wajahnya datar,tapi percayalah pikiran pemuda berjiwa nafisa ini terus berputar.
Wajah datar dan dinginnya seperti sebuah topeng dari bentuk realisasi perasaan,campuran antara rasa lelah dan depresi.

Bisakah aku mati?
Pertanyaan itu terlintas begitu saja diotaknya.
Lion tersenyum getir.kehidupan dirinya di sini tidak jauh berbeda dari kehidupannya dahulu.
Keinginannya jika ia hidup kembali hanya satu yaitu,bisa memiliki orang tua yang menyayanginya tulus.

Tapi,bagaimana sekarang? Tidak ada perubahan tentang kata orang tua di kehidupannya ini.
Lion hanya bisa tersenyum remeh,meremehkan dirinya sendiri yang tidak berguna menurutnya.
Ia mengingat,tidak ada yang membuatnya bahagia baik itu hal kecil maupun besar.

TRANSMIGRASI : EMPTY SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang