BAB 23

2K 158 1
                                    








Pemuda yang melanthius temukan sudah di rawat di ruang ICU.lukanya cukup parah atau mungkin bisa di bilang sangat parah.

Dia mengalami patah rusuk sebelah kanan.cedera kepala belakang yang terjadi karena pukulan benda tumpul,paha kaki kanan patah tulang,luka tembak di betis kanan,kaki kiri atas seperti luka tusukan paku panas dan luka tusukan paku di bahu kanan.

Terdapat luka tusukan pisau di lengan kiri atas luka lebam di sekujur wajahnya dan di temukan sedikit racun rumput di pencernaannya yang membuat ia sesekali memuntahkan darah segar.

Diandra kagum pada pemuda yang di bawa melanthius itu.bagaimana dengan keadaan seperti itu ia masih bisa bernafas? Oho jangan lupakan luka cambuk yang tersebar di tubuhnya.ia benar benar terlihat sangat sangat mengenaskan.

"Bagaimana ia masih bernafas dengan tubuh yang benar benar kekurangan darah dan nutrisi itu?"
Diandra bergumam sembari menatap pemuda yang terbaring di brankar ruang ICU yang ramai dengan suara alat penunjang kehidupan tersebut.

"Aku juga tidak tahu kak,tubuhnya seperti kerangka sangat kurus.lucas menemukannya dengan kondisi ia terikat menggantung dengan kedua tangannya sebagai tumpuan."
"Di lambungnya juga kakak tidak menemukan sisa cernaan makanan dek,"
"Gila..apakah bocah itu hanya di siksa saja tanpa di beri makan?"
Diandra meringis membayangkan bagaimana mengerikannya penyiksaan yang di dapatkan pemuda malang itu.

Terlihat para pemuda sedang berkumpul di ruang rawat leon.mereka adalah lima serangkai,lucas,ansel dan diandra.saat ini mereka sedang mengobrol santai melepas jenuh setelah seharian sibuk dengan kegiatan masing masing.suara pintu terbuka membuat mereka menghentikan obrolan sejenak dan menoleh untuk melihat siapa yang bertamu.

"Woy ansel sekolah anjing.lo kalo enggak sekolah otak lo kagak berguna nanti."
Teriakan menggema berasal dari salah satu dari tiga manusia rempong.siapa lagi si tukang rusuh kalo bukan anggara,kafelo dan arka.

Ansel hanya mendengus sebal ketenangannya terganggu oleh suara cempreng ketiganya.
"Apasi arka kampret ganggu renungan kalbu aja lo."
"Idih,otak kalo enggak di pake karatan nanti."
"Mana ada otak karatan lah bego! abang gue yang dokter aja enggak pernah liat otak karatan."

Diandra termagu sejenak,sejak kapan adiknya menjadi seorang yang banyak bicara? Setahunya,ansel yang dulu tidak punya teman dan kata katanya sangat lembut tidak seperti sekarang.

Tapi,hal itu malah membuat diandra tersenyum haru.ia sangat senang adiknya memiliki teman dan menikmati sekolah serta masa remajanya.

"Idih si monyet di nasehatin malah ngelunjak."
"Diem lo kaf.btw lo bawa apa?"
Ansel tampak memperhatikan sebuah kantong plastik hitam yang di pegang kafelo sedari masuk.
"Makanan nih beli di warung depan tadi.lo mau?"

Ansel mengangguk antusias kemudian mengadahkan kedua telapak tangannya meminta makanan itu pada kafelo
"Lo alergi sesuatu enggak?"
"Enggak tuh."
Kini gantian kafelo yang mengangguk ia kemudian memberikan satu nasi bungkus dan satu jus jeruk pada ansel.

"Abang abang.. itu yang karet merah ada seafoodnya yak,terus yang karet kuning pedes kalo yang normal warna ijo bang."
Mereka yang berada di ruangan itu mengangguk.pengertian juga manusia ini batin mereka.

Mereka makan dengan tenang dan lahap maklum,ini sudah memasuki jam makan malam dan setelah kegiatan mereka tadi siang pasti membuat mereka merasa lelah dan lapar.

Setelah makan,mereka tampak menikmati waktu masing masing seperti diandra yang melihat daftar pasien di laptopnya,para melanthius yang mengecek perusahaan di ipad masing masing,lucas bermain game bersama trio rempong dan ansel yang bergelung di bawah selimut tebal.

TRANSMIGRASI : EMPTY SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang