BAB 37

1.4K 128 4
                                    

"Tuan muda,semua sudah sesuai rencana."

Perlahan mata elang milik langit terbuka.ia kemudian perlahan duduk dengan mata yang tidak lepas memandangi dua orang di depannya dengan santai seolah tidak terjadi sesuatu yang besar.

Bintang mengeliat nyaman di pembaringan dengan mata yang berkedip kedip menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.ia lalu bangun dan bersandar pada kepala ranjang yang di sebelahnya terdapat monitor alat pendeteksi detak jantung yang masih menyala.

"Nyaman juga tidur di sini."
Kara menguap beberapa kali mengumpulkan nyawa setelah tidur panjang yang menurutnya nyaman itu.ia lalu melirik ke kanan dan ke kiri melihat teman temannya yang lain dengan tubuh yang masih asik berbaring.

"Gue baru tahu kalo darah buatan ada rasa manis manisnya dikit mirip pewarna makanan."
"Si anjing kok di telen? Muntaber tau rasa lo."
Bintang tidak tahu bagaimana bisa ia memiliki teman yang kelakuannya ajaib seperti kara.boleh tuker tambah?

Mendengar ocehan si sahabat,kara hanya mengangkat bahunya acuh.ia lalu meneruskan kegiatan yang sedikit bermanfaat baginya yaitu rebahan.

Sedangkan leon,ia asik memandangi kembarannya yang mulai membuka matanya dengan pelan.lion perlahan menggerakkan tubuhnya untuk duduk setelah melepas beberapa kabel abal abal di tubuhnya.

"Heh lion? Bahu lo oke?"
Kara bertanya pada lion yang sesekali memegangi bahu kirinya ketika ia berusaha bangun dari ranjang rumah sakit.walaupun wajahnya tetap seperti papan,mereka tahu bahwa luka itu sebenarnya nyeri.

Lion hanya mengangguk samar.bahu dan kakinya yang tertembak masih sedikit nyeri tapi itu bukanlah hal yang besar.sedangkan untuk perutnya itu baik baik saja.bagaiamana bisa? Ya iya orang si lion pake rompi anti peluru.jadi,yang terkena tembakan hanya bahu kiri dan kakinya yang tidak terlindungi.

"Sorry gara gara gue,lo jadi sasaran tembak si bangsat vernon."
Leon benar benar merasa bersalah di sini tapi,lion hanya menganggap itu angin lalu.

Lion hanya mengangguk saja menanggapi permintaan maaf dari leon.toh itu juga bukan salah leon saat vernon tidak mengenalinya karena,mereka memang memasuki raga kembar seiras.

"Lo kok bisa ya enggak encok tiduran seminggu lebih?"
Lion hanya menghela nafas pasrah mendengar pertanyaan kara yang tidak berfaedah itu.jika bukan demi misi,lion sudah berlari keluar dari rumah sakit setelah sadar dari operasi pengangkatan pelurunya.

"Kapan kita bisa keluar feri?"
Feri tersenyum tipis mendengar pertanyaan dari leon yang terdengar sudah jengah berada di ruangan yang berisik dengan suara mesin mesin penunjang kehidupan.

"Sebentar lagi tuan muda,shift dokter dan perawat akan berganti dalam lima belas menit kemudian."
Leon hanya mengangguk saja mendengar itu.ia lalu kembali merebahkan tubuhnya di ranjang rumah sakit untuk mengistirahatkan badannya yang sedikit letih.

"Bagaimana tadi damian?"
"Acting anda bagus tuan muda."
Kara hanya berdecih sinis menanggapinya.ia lalu memandangi langit langit ruangan yang sedikit temaram.

Damian tersenyum dengan tulus.walaupun atasannya terkenal bermulut pedas dan kejam,tapi damian masih bisa melihat sisi kekanakan kelimanya.bagaimanapun juga,lima pemimpinnya adalah remaja yang sebenarnya masih membutuhkan sandaran dan kasih sayah penuh dari orang tua.

"Damian?cepat siapkan pesawat pribadi ke luar kota."
"Baik tuan muda."
Damian dengan patuh melaksanakan perintah yang lion berikan.ia lalu dengan cepat menghubungi pilot pribadi melanthius untuk segera bersiap di bandara terdekat.

"Enggak mau beberes tikus yang sini dulu?"
Bintang menegakkan badannya dan memandang lion dengan heran.mendengar pertanyaan itu,lion hanya menggeleng lemah.ia yakin jika tidak cepat cepat pergi dari sini,musuh dan yang lainnya pasti akan segera menemukan mereka.

TRANSMIGRASI : EMPTY SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang