BAB 21

2.1K 169 3
                                    








"Ansel?"
Ansel hanya bisa diam menanggapi pertanyaan dari diandra.mau mengelak di sudah terang terangan menyebutkan namanya tadi tidak mengelak,ia belum siap bertatap muka dengan abang tercintanya itu.

Ansel bungkam dengan tangan bergetar hebat.ia benar benar dilanda kebingungan matanya melirik melanthius meminta bantuan tapi,lirikan itu hanya di balas dengan tatapan yang menyiratkan pesan untuknya menyelesaikan masalahnya sendiri.

Ansel mencoba menetralkan degub jantungnya ia menarik nafas kemudian ia menampilkan senyum pada diandra seolah tidak terjadi apa apa.
"Anda mengenal saya dokter?"
Diandra terpaku di tempatnya mendengar suara ansel yang mengalun indah di gendang telinganya.

"Tidak mungkin adikku memiliki kembaran semirip kau bukan?"
Diandra tersenyum getir kemudian berbalik berjalan kembali menuju sofa ia menghempaskan bobot tubuhnya yang lelah.

Ansel kemudian mengikuti diandra menuju sofa setelah terlebih dahulu meletakkan parsel susu kotak rasa pisang diatas nakas.

Mereka yang berada di ruangan itu mendadak terdiam.suasana canggung langsung ketara setelah kejadian tadi.

Diandra mengamati bocah di depannya dengan cermat ia hafal betul wajah dari sang adik.
Bocah di depannya benar benar mirip adiknya yang membedakan,adiknya dulu memakai kacamata dan tubuhnya tidak seatletis pemuda di depannya ini.

Adiknya juga tidak menata model rambutnya semodis ini dan kulit adiknya sangat putih tidak kuning langsat.

Perbedaan ini membuat diandra berpikir bahwa,pemuda di depannya hanya mirip dengan adiknya yang hilang tujuh bulan yang lalu.

Tak berselang lama,suara ketukan pintu menarik perhatian mereka.ansel dengan sigap berdiri dan bergegas membukakan pintu dan terpampanglah tiga manusia jelmaan kera.siapa lagi jika bukan anggara,kafelo dan arka.

"Anjing ansel kita ditinggal."
Sembur sagara setelah masuk ke ruang rawat leon.
"Gila banget si ansel.kalo kita di culik om om pedo gimana?"
Arka merasa kesal di tinggal ansel saat membeli parsel untuk buah tangan.

Masih asik memilih barang yang akan di beli,tiba tiba saja ansel sudah hilang dari pandangannya.
Tiga manusia ribut itu heran bagaimana ansel yang cerewet mendadak menjadi sangat pendiam?
Ansel juga terlihat sangat takut mendengar namanya di sebut.sontak ketiganya menoleh ke belakang tubuh ansel dan seketika mereka terdiam.

Kini,terpampanglah seorang diandra yang memasang wajah memerah entah menahan marah atau tangis.

Ansel dengan gerakan patah patah membalikan badannya menghadap diandra yang sudah berdiri di depannya.

"KATAKAN YANG SEBENARNYA BAJINGAN!!"
"dokter,saya.."
"APA KAU MAU MEMBODOHIKU? KATAKAN YANG SEBENARNYA!!. Katakan hiks katakan kenapa hiks..hiks..katakan siapa dirimu sialan hiks..hiks.."

Wajah diandra memerah karena tangis kedua tangannya memegang bahu ansel dengan sembari sesekali menggoncang goncangnya.diandra terlihat sangat frustasi dan rapuh.

Ansel hanya bisa menangis namun mulutnya terkunci rapat hanya air matanya saja yang mengalir deras di kedua pipinya.
Apakah ini sudah saatnya ia mengaku pada kakaknya?
Tapi jika ia mengaku dan menyudahi sandiwara ini,ansel takut kakaknya akan menjadi incaran musuhnya atau mantan bosnya.

Ansel menunduk menghindari tatapan diandra yang tampak kacau matanya memerah karena menangis.tiga manusia yang baru saja masuk langsung merasa tidak enak.tanpa sengaja,merekalah yang membuat kekacauan ini dan itu membuat mereka merasa bersalah.

Lion mengkode mereka dengan kepalanya untuk duduk dan tenang.lion lalu memandang ansel seperti mengatakan bahwa semua keputusan ada di tanganya.

Ansel menghela nafas mencoba untuk tenang.sepetinya,ini adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya.

TRANSMIGRASI : EMPTY SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang