05. arum

363 25 7
                                    

Happy reading!!🐣

Hampir lima hari ini Haechan merasa amat sangat damai, tidak ia tidak merasa kehilangan apapun hingga detik ini. Ini membuktikan ucapan maenya tempo lalu salah. Benci akan tetap jadi benci. Tidak ada ceritanya benci jadi cinta.

Haechan keluar kelas sambil membawa satu kantong plastik berisi susu kotak dengan roti di dalamnya.

Suara tong sampah yang tertutup membuat Haechan menepuk kedua telapak tangannya setelah membuang satu kantong plastik tersebut.

Kembali masuk ke dalam kelas, dan menjadikan lengannya sebagai bantal.

Haechan menutup chat obrolannya dengan Mark. Kenapa Mark begitu bebal pikirnya.

Membuka matanya cepat ketika merasakan rasa dingin menjalar di pipinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membuka matanya cepat ketika merasakan rasa dingin menjalar di pipinya. Menemukan seseorang dengan mata berbentuk bulan sabit itu kini tersenyum menatapnya.

"Nih minum." Sodornya kemudian. Haechan menerima botol tersebut dan menenggaknya habis.

"Hm. Thanks."

"Lo ngapain di sini? Kelas lo di sebelah. Lo salah kelas?"

"Emang. Gue sengaja mau ngasih lo minuman itu dulu. Baru gue balik kelas. Tapi kayanya lebih baik bolos aja. Mau ikut nggak."

Haechan tersenyum. Kemudian menganggukkan kepalanya. Hanya Jeno yang selalu mengerti isi hati dan kepala Haechan. Ia merasa sangat sumpek jika di kelas. Lagian kedua sahabatnya sangat fokus belajar untuk kenaikan kelas. Haechan? Tidak untuk apa belajar, tidak ada gunanya. Menurut Haechan semua nilai-nilai yang ia peroleh selama ini itu hanyal hasil rekayasa dari manusia, bukan karena usahanya.

__

"Nanti balik gue anterin,"

Haechan menoleh, ia tidak bodoh untuk tidak mengerti bahwa Jeno memiliki perasaan lain padanya.

"Nggak usah. Udah gue bilang gue nggak homo. Jadi buang jauh-jauh perasaan lo itu, sebelum lo berakhir kaya Mark."

"Ck. Yaelah gitu doang lo ngamuk. Gue juga bisa kali buat lo jatuh sama gue tanpa harus ngemis-ngemis kaya Mark."

Haechan menatap mata tajam milik Jeno tak ada keraguan di sana.

"Buktiin dah. Lagian gue udah punya cewek, gue sayang sama cewek gue."

"Nggak yakin sih gue. Si Arum kan? Anak 11 IPA 3? Kasian banget ya, si Arum jadi pelampiasan lo doang buat buktiin ke Mark kalau lo nggak homo. Ck. Kenapa lo denial banget sih,"

Haechan marah, maka tak segan ia menarik kerah Jeno kemudian mendorongnya hingga jatuh.

Jeno terkekeh, kemudian memegang sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah.

"Wow wow wow santai dong babe,"

Buagh

Haechan kembali melayangkan pukulan ke pipi Jeno.

Chance| MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang