23. kesempatan

412 44 10
                                    

Happy reading!!🐣
Sorry for typo's

.
.

Mark melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

Gelap. Itulah kondisi yang dapat digambarkan Mark. Ia dapat menyimpulkan bahwa Jeno telah pulang ke rumah Bubu.

Menghembuskan napasnya pelan, tungkainya melangkah menuju kamar isterinya.

Kepala dan hatinya terus berkecamuk. Memikirkan ucapan Jaemin tadi siang.

Ceklek

De javu, seperti dulu Mark akan masuk ke dalam kamar isterinya, menarik selimut untuk Haechan, mengelus rambutnya, mendoakan kebahagiaan Haechan, dan mengecup kening Haechan.

Tidak, kali ini dirinya hanya memandang tidur lelap sang isteri dari samping ranjang.

"Aku harap keputusanku besok adalah yang terbaik untuk kita," ujarnya kemudian berjalan meninggalkan kamar Haechan.

___

Haechan mengerjapkan matanya pelan ketika sinar matahari mengusik tidur nya.

Tok tok

Haechan memandang pintu kamar, siapa?

Ceklek

"Mas..-" Haechan menatap tak percaya ketika melihat suaminya memasuki kamar tidurnya.

Sudah lama ia tak melihat Mark.

Mark menarik napas panjang kemudian menghembuskannya.

"Bagaimana kondisimu Haechan?"

"Eh?" Haechan semakin dibuat tak mengerti dengan sikap Mark.

Mark kini duduk di ranjang Haechan, menghadap sang isteri yang kini juga menatapnya.

"Aku ingin kita pisah rumah."

Haechan hanya diam menatap mata teduh milik suaminya.


"Haechan, dengarkan aku."

Haechan menganggukkan kepalanya, ia akan siap mendengar semua yang dikatakan oleh Mark.

"Aku akan memberimu kesempatan."

"---aku harap dengan kita tidak saling bertemu bisa membuat kita merenungkan apa yang telah kita perbuat. Haechan, aku tahu kamu sudah berubah, tapi aku belum menemukan alasan apa yang membuatmu berubah. Ini terlalu tiba-tiba untukku Haechan. Haechan, jangan memintaku kembali seperti sedia kala dalam waktu sedekat ini. Kau justru menyiksaku lagi dalam perasaan tak menentu setiap hari. Kau tahu, aku selalu di landa rasa khawatir, cemas, sedih, benci, dan marah dalam satu waktu."

"Haechan, aku harap dengan kita tidak saling bertemu kamu bisa menemukan alasan apa yang membuatmu berubah. Maafkan aku, tapi aku hanya bisa memberimu kesempatan ini. Waktu. Biarkan lukaku kering dan sembuh terlebih dahulu. Aku tidak berjanji. Namun, jika lukaku sudah kering, aku akan datang dan membiarkanmu menutup luka itu.

--Haechan, aku masih mencintaimu. Aku tak berbohong bahwa aku masih peduli dan khawatir padamu." Mark memegang lembut pipi Haechan, menghapus air mata yang mengalir di pipi tembamnya.

"Jika kamu masih di sini, aku takut rasa kecewaku akan terus bertambah besar. Jadi, berikan kita waktu. Ya, Kita. Aku dan kamu sama-sama memerlukan waktu Haechan. Aku tahu kamu belum sepenuhnya ingin berubah, dan aku juga tahu kamu melakukan ini semua hanya untuk mendapatkan maaf dariku dan semua orang. Jika itu maumu, aku sudah memaafkanmu Haechan. Aku memaafkanmu. Jadi, aku memohon kembalilah seperti dirimu. Jadilah dirimu sendiri dan berubahlah jika kamu sudah menemukan alasanmu untuk berubah."

"Aku sudah membeli apart, aku akan pindah nanti sore. Akan aku usahakan satu minggu sekali mengunjungimu dan mengantarkanmu ke dokter kandungan.  Maafkan aku jika selama dua bulan ini terus menyakitimu. Aku sama terlukanya ketika melakukan hal itu, karena sungguh aku masih sangat mencintaimu Haechan. Aku tak memintamu melupakan semua kata-kataku sebelumnya, karena itu bentuk rasa kecewaku. Aku berharap kamu bisa mengerti untuk hal ini Haechan."

Haechan termenung, ia menatap teduh Mark yang kini menatapnya. Tatapan itu kembali, namun sarat akan luka dan kecewa.

Memegang kedua pipi Mark, kemudian tersenyum hangat.

"Mas Mark, makasih untuk kesempatannya. Aku akan menemukan alasanku untuk berubah dan akan aku tunggu luka mas sembuh, nanti akan aku tutup lukanya. Aku memang terluka, tapi luka mas lebih dalam. Mas benar, kita sama-sama egois jika masih bersama. Aku akan menenangkan diri. Dan mas juga menenangkan diri. Sekali lagi, aku meminta maaf atas semua sikap dan perkataanku di masa lalu yang membuat mas terluka. Maaf belum bisa menjadi isteri yang baik. Aku harap aku juga masih diberi kesempatan untuk menjadi isteri yang sebenarnya. Terimakasih masih mencintaiku sampai saat ini."

Cup

"Maafin mas ya dek," Mark mencium kening Haechan.

Haechan berhambur ke dalam pelukan Mark.

Mark juga memeluk balik tubuh Haechan, menepuknya pelan.

Mark memilih berdamai, berdamai dengan rasa kecewanya.

Nyatanya memang benar yang dikatakan Jaemin kemarin siang, bahwasannya sejahat dan sebejat apapun isterinya, cintanya lebih besar dari kesalahan itu.

Dan rasa cinta itu yang membuat Mark membenci dirinya sendiri. Ia marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa membenci Haechan, ia marah pada dirinya sendiri ketika masih peduli dan tidak bisa mengabaikan Haechan.

Dua bulan ia terus bergelut dengan rasa kecewa dan penyesalan itu, dilumuri dengan rasa cinta dan iba, membuatnya terus merasakan rasa cemas, khawatir, marah, dan kecewa dalam satu waktu.

Oleh karenanya, kemarin malam ia benar-benar memikirkan tindakan apa yang sekiranya bisa melepaskannya dari rasa berkecamuk itu.

Ya. Berkomunikasi dan melepaskan bebannya pada Haechan. Pada akhirnya Mark jujur, kepada Haechan mengenai rasa cinta dan kecewanya.

Saat ini, keduanya sudah saling memaafkan dan berdamai dengan lukanya masing-masing.

Hanya tinggal menunggu, apakah semesta akan memberikan waktu yang cukup untuk keduanya menunggu luka itu kering kemudian saling menutupnya atau hanya meninggalkan luka itu kering tanpa ditutup.

Berdoa saja keduanya bisa sembuh tanpa membuat luka baru yang lebih dalam.

~ tbc ~

omonaaa bisa double updatee bosss kerennya oii

makasii yaaa udah support ceritaakuu dan nunggu selaluu, lop uu pokoknaa tehh

happy end?? 🦋

Chance| MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang