25. masih ada cinta

495 54 19
                                    

Double updatee!!! Karena aku mau nepatin 30 votenyaaa terimakasihhh♡♡

Guys sebenarnya aku bingung buat bawa alur cerita ini, maaf kalau semisal ga sesuai ekspetasi kalian di awal, sama mungkin banyak perubahan dari awal cerita. Karena emang sebenarnya nggak gini alur yang pengen aku buat dulu, tapi ternyata emang aku belum mampu untuk membawa alur itu ke dalam cerita, masih perlu banyak belajar.

Jadi karena ini juga sudah terlanjur, aku lanjutkan alur ini seadanya ya.

Aku harap kalian nggak kecewa dan tetap sayang sama ceritaku.

Oke

___________________CHANCE___________________
aku berharap kesempatan itu masih ada

Happy reading!!🐣
Sorry for typo's

.
.

Note : Usia kandungan Haechan udah 5 bulan dan Haechan udah ambil cuti kuliah
.
.
.

Haechan berjalan pelan ke arah meja belajarnya.

Srek

Duduk dengan tenang seraya meminum susu putih untuk nutrisi janinnya.

Besok ia ada jadwal check up dengan dokter Klara.

Di usia kandungan yang sudah menginjak lima bulan ini, tentu kondisinya semakin menurun. Ia sudah mewanti-wanti hal itu, ia juga tidak lupa terkait segala hal yang sudah ia setujui di awal kehamilannya dulu.

"Bayi!! Papi harap papi bisa mendengar tangisan pertamamu. Tapi..jika memang papi harus pergi sebelum mendengar tangisan dan melihat wajahmu, papi juga tidak masalah. Papi masih bisa melihat perkembanganmu dari atas sana. Tugas papi tinggal dua bulan lagi. Dan papi benar-benar berharap bahwa keajaiban itu ada."

Haechan segera mengetikkan sesuatu ke nomor suaminya.

Sudah terhitung dua bulan, ia dan suaminya pisah rumah dalam rangka untuk sembuh.

Haechan sendiri belum tahu apakah suaminya akan sembuh dalam jangka waktu yang masih ia punya.

Apa ia akan diberi kesempatan oleh semesta untuk merasakan cinta dan kasih suaminya lagi seperti dulu? Ia tak tahu.

Bahkan ia tak pernah tahu bagaimana perasaan Mark saat ini untuknya.

Haechan menyesal sungguh, ia sudah berulang kali menyesali perbuatannya dulu. Ia juga selalu meminta maaf kepada orang-orang yang sudah ia sakiti sebelumnya. Tak hanya Mark, namun kedua orangtuanya juga.

Jika sempat, ia selalu mengirim pesan kepada mae atau daddynya, tidak banyak yang ia katakan ia hanya mengirim hasil foto usg bayinya, lalu mengirimkan kabar perkembangan bayinya, dan tak lupa menyelipkan doa agar kedua orangtuanya itu sehat selalu.

Tinggal sendiri di rumah tanpa adanya siapapun membuat Haechan sadar, bahwa yang dilakukan Mark saat ini adalah menghukumnya.

Haechan kesusahan, ia tidak tahu bagaimana cara menjadi ibu yang baik. Ia juga tidak tahu bagaimana menghadapi semua kesulitan di masa kehamilannya. Ia sendiri.

Setiap pagi ia akan selalu bolak balik ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Terkadang satu hari penuh ia tidak makan nasi, namun ia selalu menyempatkan untuk tetap meminum susu dan vitamin demi bayinya.

Punggung dan pinggangnya rasanya sangat lelah, bahkan kakinya mulai membengkak, ia sangat malas untuk bergerak dan bangun dari ranjang, rasanya perutnya sangat berat.

Dua bulan ia lewati semuanya dengan usahanya sendiri. Bohong jika Mark masih mencintainya. Haechan berharap Mark akan datang dan menemani masa-masa kehamilannya. Tapi, tidak. Mark hanya datang setiap satu minggu sekali untuk menanyakan keadaan bayinya, tanpa menanyakan keadaan Haechan.

Chance| MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang