15. marah

392 32 8
                                    

Happy reading!!🐣
Sorry for typos~

.
.

Mark masih diam tak berkutik terduduk di kursi tunggu depan IGD. Haechan masih ditangani di dalam sana.

Menatap kedua telapak tangannya yang penuh darah, ia berusaha membuang jauh-jauh pemikiran bahwa Haechan yang telah membunuh bayinya dengan sengaja.

"Hiks..bagaimana kamu bisa sejahat ini Haechanie..-"

"Tidak- tidak, kamu tidak melakukan itu kan sayang? Sayang..aku sudah bilang jangan melakukan apapun, kenapa kamu tidak menuruti perkataanku satu kali saja. Hiks..tidak, dia tidak berdosa, bahkan dia masih sangat mungil kenapa kamu sungguh tega membunuh bayi kecilku. Haechanie, aku sungguh mencintaimu dan bayi kita. Tapi kenapa kamu tega ingin membunuh anak kita..-"

"Wali pasien atas nama Haechan?"

Mark segera bediri dan menghapus jejak air matanya.

"Saya suaminya. Bagaimana, bagaimana keadaan isteriku?"

"Sebelulmnya apa Anda sudah tahu bahwa Isteri Anda tengah mengandung?"

Mark menganggukkan kepalanya.

"Apa isteri Anda juga sudah tahu mengenai janin di perutnya?"

Mark mengangguk sekali lagi.

"Pasien berusaha menggugurkan kandungannya dengan minum obat peluruh kandungan, bahkan bukan hanya satu yang ia minum tapi lebih."

Hancur sudah perasaan Mark. Sakit. Bahkan penolakan Haechan selama ini tak sebanding dengan rasa sakit yang ia rasakan kini, melihat dan mendengar sendiri bahwa bayi kecilnya ingin dibunuh oleh ibunya sendiri.

"Beruntungnya reaksi obat nya berlangsung lama dan pasien cepat dibawa ke rumah sakit. Namun, kami hanya bisa menyelamatkan satu dari dua janin yang pasien kandung. Dan kami akan terus memantau perkembangan janin tersebut karena saat ini kondisinya sangat lemah bahkan tidak menutup kemungkinan jika ia bisa terlahir dalam keadaan cacat. Untuk pasien sudah kami pindahkan ke ruang inap dan bisa dijenguk."

Mark menganggukkan kepalanya.

Bukannya masuk ke dalam ruang inap Haechan,

Mark pergi. Hatinya terlalu sakit dan emosinya akan meluap jika harus bertemu Haechan saat ini juga.

● ●

"Maafkan aku tidak bisa melindungimu. Tenang di sana bayi kecil. Semoga adikmu kuat ya.."

Mark beranjak dari halaman belakang rumahnya, dia baru saja memakamkan bayi pertamanya.

Bayi mungil yang bahkan belum berbentuk manusia, masih gumpalan daging namun bukankah ia juga masih memiliki hak untuk hidup.

Drrrt

"Halo bubu,"

"Sayang...bagaimana kabar menantu dan calon cucu bubu?"

Mark diam sebelum menjawab pertanyaan sang Ibu.

"Bubu,..-"

"Iya sayang,"

"Maafkan Mark tidak berhasil menjaga Haechan. Haechan kemarin jatuh di kamar mandi. Saat ini kami masih di rumah sakit, untuk bayi nya..-"

"Saat ini kondisinya masih sangat lemah namun dia berhasil di selamatkan."

"Ya Tuhan..biarkan Bubu membeli tiket dan pulang sekarang ya, kasihan menantu bubu pasti sangat terguncang."

Tut

__

Mark baru tiba di kamar Haechan ketika hari sudah malam. Ia berharap Haechan sudah tidur sehingga ia tak perlu berbicara atau menatap mata penuh kebencian itu.

Ceklek

Mark menatap Haechan yang kini juga menatapnya.

Mark berlalu dan tak mengindahkan Haechan, duduk dan merebahkan dirinya pada sofa di dalam ruangan.

"Mark..-"

Masih tak ada sahutan dari Mark, namun ia mendengarkan, ia akan mendengar apapun yang dikatakan oleh isterinya.

"Aku tak berhasil membunuhnya."

"...."

"Kenapa dia tidak mati? Kenapa dia masih hidup? Kenapa kamu menyelamatkanku ha?! Kamu senang bukan karena aku tak berhasil membunuhnya?"

Mark berdiri dan berjalan pelan menghampiri Haechan. Sudah ia bilang bukan, dirinya lelah dan emosinya masih belum mampu menghadapi Haechan.

Haechan menatap Mark, yang kini menatap datar ke arahnya.

Mengambil gelas di nakas, kemudian menggenggamnya hingga gelas itu pecah di genggamannya.

Pyar

Mengambil pecahan kaca itu dan menyerahkannya ke Haechan dengan telapak tangan yang penuh darah.

"Ma..-Mark..-"

"Bunuh. Bunuh anak itu. BUNUH ANAK ITU SEKARANG JUGA HAECHAN?!!"

Haechan terkesiap akan bentakan Mark. Mark tidak pernah membentaknya, dan baru kali ini ia melihat Mark semarah ini.

"Kenapa diam? Bukankah kau memang pembunuh? Ayo! Tunjukkan di depanku bagaimana cara membunuh anak tak berdosa itu. Ayo, kasih tahu aku bagaimana cara seorang ibu membunuh bayi yang bahkan masih berupa gumpalan daging..-"

Haechan tak mengambil pecahan kaca itu dan tak bergeming di tempatnya. Ia bergetar takut dan cemas.

"Ck. Kau takut? Kemana nyalimu itu? Aku tak pernah meminta apapun Haechan. Bahkan aku juga telah menghilangkan harga diriku sebagai seorang suami hanya demi isteriku. Aku membiarkanmu berselingkuh secara terang-terangan di depanku, aku membiarkanmu membawa selingkuhanmu itu ke dalam rumah ku, dan sekarang, aku juga akan memberikan kesempatan untuk kamu membunuh anakku. Ayo bunuh anak itu sekarang juga di depanku. AKU BILANG AMBIL HAECHAN hiks..- Mark meluruh dan bersimpuh di lantai rumah sakit.

"Hiks..dia tidak bersalah Haechan. Dia masihlah kecil. Kenapa kamu tega membunuhnya. Hiks..kenapa? Kenapa kamu melampiaskan rasa bencimu ke mereka yang tak bersalah. Hiks..- kamu pembunuh Haechan, kamu ibu yang buruk.."

"Tapi bayimu masih hidup Mark. Dia nggak mati. Dan aku bukan pembunuh."

"KAMU PEMBUNUH!! Kamu berhasil Haechan. Kamu berhasil membunuh salah satu di antara mereka."

Haechan terdiam. Mengelus sebentar perutnya. Jadinya bayinya sudah mati? Tapi dia punya dua?

"Sekarang terserah kau ingin apakan anak itu aku tak peduli. Buatlah ia juga menyusul kakaknya di surga dari pada ia harus terlahir cacat karena ibunya sendiri."

Mark meninggalkan Haechan sendiri lagi di dalam kamar.

Haechan masih mencerna ucapan Mark. Bayinya selamat dan kemungkinan besar terlahir cacat?

Tidak dia tidak mau. Bukan ini yang dia mau. Dia hanya ingin anaknya mati. Tapi jika anaknya selamat dan terlahir ke dunia, namun dalam keadaan cacat bukankah amat sangat berdosa dirinya sebagai seorang ibu dan manusia?

Air matanya luruh seketika. Menangis dan menyesali perbuatan yang ia lakukan beberapa jam lalu. Seharusnya kedua anaknya masih di sini. Dan salah satu dari mereka tak akan terlahir cacat.

~ tbc ~

Dikit-dikit aja...

Double uppppp wehhh🦋

Chance| MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang